MEMBANGUN PEMIKIRAN KEAGAMAAN DENGAN PARADIGMA KERAHMATAN UNTUK HIDUP BERDAMPINGAN DALAM HARMONI
MISI
Kamis, 07 Oktober 2010
TAHAJUD UNTUK HIDUP DAN MUNAJAD JIHAD
Sebagai obet hati ke dua, adalah Qiyamul Lail. Yakn berdiri dan sujud pada malam hari, terutama pada sepertiga malam yang terakhir. Pada edisi hamba-hamba Pengasih, telah dijelaskan bahwa salah satu ciri hamba-hamba pengasih yang mendapat kesuksesan adalah mereka yang melalui malam dengan sujud dan berdiri untuk Tuhannya.
Turunnya Perintah Qiyamullail di Mekkah di masa awal kenabian . Ia menjadi kewajiban Rosul saw setelah turunnya surat Al-Muzammil. “Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad) bangunlah untuk sholat di malam hari, kecuali sedikit dari padanya, yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran itu dengan berlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya di waktu malam itu adalah lebih tepat untuk khuyuk dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadaNya dengan penuh ketekunan.”(QS. Al-Muzamil: 1-8)
Menurut sebagian ulama, Perintah qiyamul lain ini turun sebelum perintah untuk menyeru kepada umat manusia yang ada di surat Al Mudatsir, bahkan Qiyamul Lail diperintahkan kepada Rasul jauh-jauh hari sebelum Perintah shalat fardlu, yang diterima saat isro mi'raj. Sehingga dapat dikatakan Qiyamul lail merupakan penggemblengan, persiapkan diri untuk tugas berat menyampaikan risalah rahmatalila alamin yang perintahnya ada pada surat Al Mudatsir, sekitar 3 tahun setelahnya.
Pemahaman ini juga yang menjadi salah satu alasan tokoh tokoh Intelektual Muslim Yogyakarta, Amien Rais, Ahmad Watik Pratiknya, Syafii Maarif, Syaifullah Mahyudin, Kunto Widjojo, Yahya Muhaimin, mempersiapkan calon-calon sarjana dari kalangan Aktivis kampus dengan pembinaan Qiyamul Lail selama 3 tahun di Pondok Pesantren Budi Mulia di bawah bimbingan KH. Supropto Ibdnu Juraimi.
Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya di waktu malam itu adalah lebih tepat untuk khuyuk dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepadaNya dengan penuh ketekunan.”(QS. Al-Muzamil: 1-8). Tugas berat itu, tugas menyeru umat manusia ke jalan Ilahi yang berat itu, dipersiapkan dengan Qiyamul Lail kurang lebih 3 tahun.
Asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat ini berkaitan dengan adanya pertemuan kaum Quraisy di Darun Nadwah untuk merencanakan tipu daya kepada Rosullulah dan da’wah yang di sampaikannya. berita pertemuan itu sampai kepada Rosulullah, sehingga membuat beliau sedih, lalu menyelimuti dirinya dengan kain dan tidur dengan hati yang gundah gulana. Lalu Jibril as datang kepada beliau kemudian menyampaikan surah ini, sebagai penguat jiwa Rosulullah untuk menyongsong tugas berat dari Robbulalamin.
Ayat dari surat al Muzamil itu juga menegaskan methoda untuk mendapatkan internalisasi yang kokoh dari proses pembelajaran/pelatihan. Ini penting diketengahkan, di tengah methoda-methoda training yang lebih ke arah "Euphoria", dominan mengutamakan suasana keceriaan dan nyanyian, tepuk tangan dan yel-yel dan sejenisnya (mengingatkan pada cara peribadatan Agama tertentu non Islam), ternyata al Qur'an berkata lain.
Beberapa keutamaan dari Qiyamullail yang berguna diantaraanya :
a. Proses internalisasi nilai yang kokoh (qaulan syakilan, QS al-Muzzamil: 1-5). .
b. Mendapatkan Maqom/Posisi terpuji (maqaa mammahmuda, QS al-Israa’: 79).
c. Mendapatkan kekuatan yang menolong (sulthaanan nashiiraa, QS al-Israa’:80).
d. Dengan doa shalat malam itu, kita akan mendapatkan jalan keluar yang baik, dikeluarkan darai segala penyakit dengan benar Wa akhrijnii mukhronan sidqin).
Semoga, kita dapat menegakkan Qiyamul lail ini.
MUNAJAD JIHAD
Yaa Allah,
begitu ruah hikmah tlah Kau Limpah.
Dari Zarah langkah kisah berubah
dari kuantum spektrum pendulum,
dari aura suasana jiwa papa
dan emisi kasih nan putih
Alhamdulillah, karunia-Mu begitu Indah Ya Allah !
Engkau berkahi hamba dengan segala cinta dan pesona jiwa.
Mudahkan hamba melakukan kebaikan bagi sesama.
Berilah hamba kekuatan untuk merubah apa yang mesti dirubah,
dan Qonaah terhadap segala yang hamba tak kuasa merubahnya,
karena Engkaulah Yang Maha Kuasa.
Robbii adkhilnii mudkhola sidqin
Wa akhrijnii mukhroja sidqin
waj "alni min ladunka sulthonannashiro.
Yaa Shomad,
Kabulkan Munajad Jihad hamba.
TADABBUR, DUBUR DAN ANAL-LYSIS
Dalam hasanah tasauf, dikenal ada lima obat hati (Tamba Ati Iku Limang Perkara), yaitu Baca Quran dengan tadabbur maknanya, Sholat Malam, Bergaul dengan sholeh, suka menjalankan ibadah puasa, dan yang kelima adalah dzikir malam.
Salah satu dari lima obat penyakit-penyakit hati adalah Wa qirooatiul Qur’an bitadabburil makna. Yang diartikan sebagai membaca al Qur an dengan bertadabbur akan makna maknanya.
KH. Suprapto Ibnu Juraimi (Allah Yarham), Kyai Pondok Pesantren Budi Mulia Yogyakarta, Pondok dimana saya menimba ilmu sebagai santri mahasiswa, menjelaskan masalah ini dengan analog sederhana, bahwa tadabbur seasal dengan (maaf) dubur, yakni belakang. Jadi untuk mendapatkan efek therapy al Quran, kita tidak sekedar membaca, tetapi juga sampai pada melihat, menggalai dan memahami ke belakan-belakangnya, back groundnya, asbabul nuzulnya, serta kontek-konteksnya, sehingga kita dapat memahami secara konprehenship.
Memperhatikan hal di atas, sebagai orang yang belajar anatomi, saya jadi ingat, kalo dubur dalam bahasa anatomi dikenal sebagai anus, Jadi saya amemperdalam pemahaman ini dengan kata Analysa, menguraikan sampai ke belakang-belakangnya. Atau lebih mudahnya menganalisa bacaan Qur’an.
Sudah barang tentu, diperlukan usaha yang lebih untuk dapat melakukan hal ini. Membaca Al Qur’an dengan bertadabbur maknanya. Disamping kita harus mau belajar ilmu-ilmu alatnya, kita juga harus dapat kreatif menghubungkan satu konteks dengan konteks lain. Satu ayat dengan ayat lain, dengan al hadits, dengan as babunnuzul dll.
Dengan proses demikian kita akan memperoleh gambaran yang lebih jelas, dapat mengambil tabsyir dan tandzir, dapat mengambil tarbiyah dan hikmah, yang pada akhirnya kita akan mendapatkan katarsis, pembersihan, penyadaran sehingga tumbuh spirit yang dapat menghilangkan “bercak-bercak” hati, debu-debu hati yang menempel.
Tentu saja, Al Quran, sekedar dibaca saja sudah mendatangkan hikmah tersendiri, mendapat pahala tersenidiri karena membacanya sebagai ibadah. Namun tanpa proses lebih jauh untuk bertadabbur, tentu seperti minum obat dalam dosis rendah, di bawah dosis therapy, jadi meski mendatangkan perubahan, tapi tentu saja tidak sampai pada betul-betul menyembuhkan.
Semoga kita termasuk orang yang dapat membaca al Qur’an bitadabburil makna sehingga semua penyakit hati dapat lenyap dan disembuhkan Allah SWT.
Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar