"JIka sakit berlanjut, hubungi dokter. Jika dokter tidak sanggup, hubungi kami"
Dalam setiap iklan obat di mass media kalimat "jika sakit berlanjut hubungi dokter" selalu menyertai iklan tersebut. Kalimat tersebut memang terasa sugesti seakan "dokter" adalah "trouble shooter" dari segala keluhan sakit yang berlanjut. Namun sayangnya, seperti kita pernah alami bersama, tidak sedikit "dokter" yang malah merasa tidak sanggup menangani sakit yang berlanjut itu, apalagi sakit yang telah lanjut (chronis), yang menurut prognosisnya (perhitungan penetuan sembuh, dubius, atau meninggal/fatal) tidak akan sembuh bahkan atau justru diperhitungkan meninggal.
Tindakan dokter menyatakan "tidak sanggup" dengan pertimbangan profesional memang wajar, karena dokter melakukan praktek terikat dengan kode etik dan peraturan yang berlaku. Sayangnya sebagimana peraturan "yang bernuansa" hukum positif, semua dilandasi oleh semangat "materialisme empirik" , kurang menakomodir semangat "nonempirik" yang bisa saja itu adalah jalan keluarnya. Oleh karena itu, jika seorang dokter menolak untuk melakukan tindakan medik atas pasien karena pertimbangan profesionalisme maka perlu kita hormati. KIta menerimanya dengan lapang dada, tentu saja dengan semangat mau terus menolong pasien yang ada. Ini tentu saja jika kita dilandasi semangat agama (Islam) bahwa "jika saya sakit, maka disembuhkanNya", atau dengan kata lain jika sakit, dia menyediakan penyembuhnya.
Penyembuhan Bukan Pengobatan
Allah adalah Asysyifa (penyembuh) tidak ada Penyembuhan kecuali penyembuhan-Nya (Laa syifaaa illaa syifaauka). Keyakinan seperti ini adalah landasan lain ikhtiar kita menolong setiap pasien, meskipun secara ilmu kedokteran tidak mungkin dilakukan medical treatment atau ilmu pengobatan manapun sudah menolaknya. Keyakinan bahwa setiap penyakit ada penyembuhannya dan Allahlah penyembuh terbaik mendorong kita selalu berikhtiar melakukan upaya penyembuhan meskipun bukan melalui pengobatan (Pemberian obat).
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ} (80) سورة الشعراء
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
(QS. asy-Syu’ara (26) : 80)
Memang perlu dipahami bahwa Asysyifa (penyembuhan) memeng berbeda dengan pengobatan (Ad dawaa). Pengobatan, dalam pengertian farmakologis, adalah memberikan "racun" untuk tujuan tertentu, jadi obat pada hakekatnya adalh racun. Oleh karenanya, dalam proses pengobatan, bisa saja berdampak keracunan. Bahkan setiap obat, harus dihitung keracunan yang berdampak kematian 50 % hewan percobaan, yang kita kenal dengan lethal dosis 50 % (LD50). Dengan demikian suatu tindakan pengobatan dapat bersifat menyembuhkan, meracuni, atau mematikan. Dilaporkan bahwa ratusan ribu jiwa melayang akhibat pengobatan di rumah sakit di Amerika Serikat (USA)dan sudah barang tentu tidak sampai menyembuhkan jika tidak samapai pada dosis terapi.
Secara singkat ada empat konsekuensi tindakan pengobatan ;
1. Tidak menyembuhkan jika obat yang diberikan ada di bawah dosis terapi
2. Menyembuhkan jika obat benar-benar efektif pada dosis terapi
3. Keracunan jika berada di atas dosis terapi (overdosis)
4. 50 % mati, jika ada pada tingkat LD 50.
Kondisi itu mendorong upaya bagaimana kita dapat menyembuhkan tanpa harus meracuni, tanpa harus menanggung efek samping, dampak merugika yang luar biasa. Semangat ini melahirkan upaya-upaya, untuk mencari berbagai komponen yang terbiasa untuk dikonsumsi tetapi memberikan efek penyembuhan (bukan pengobatan). Berbagai bahan berasal dari flora (herbal) maupun fauna dikaji kandungan zat alamiahnya yang mampu memberikan efek penyembuhan.
Sejarah, adalah guru yang bijak, pengalaman adalah guru terbaik. ini juga berlaluku pada ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan upaya penyembuhan. Sejarah umat manusia termasuk sejarah budayanya yang teleh berumur ribuan tahun, adalah sumber mata air penyembuhan memanfaatkan bahan yang terbiasa dikonsumsi. Sumber-sumber ini dikaji, dievaluasi, diteliti, dan diinovasi dengan perkembangan teknologi untuk menghasilkan Bahan Penyembuh yang memiliki karakter capat, tepat dan adequat.
Sebagian dari kita memanfaatkan berbagai penyembuhan ini dengan teknologi biasa, semisal jamu atau herbal lainnya. Hasil dari herbal ini adalah zat aktif alami yang bercampur dengan berbagai komponen lainnya. Karena sifatnya demikian, apa lagi mengingat sel-sel tumbuhan sebagian besar kandungnnya air dan serat, maka sangat sulit diperthitungkan dosis, indikasi dan kontra indikasinya, sehingga akan sulit jika dipadukan dengan "praktek kedokteran". Kandungan yang sangat sedikit dengan berbagai variabelnya, selain mengakibatkan dosis terapi tidak tercapai, atau jika dapat berlaku diosis akumulatif akan tercapai dalam jangka waktu lama, juga sangat tergantung dengan zat-zat lainnya di dalamnya (impuritisnya), kita harus ingat, bahwa zat-zat itu bisa saja bersifat sinergys , netral, atau malan antagonis.
Melalui kajian serius, berbagai rangkaian penelitian, uji laboratorium, uji farmakologis, uji klinis empiris, herbal yang ada dapat diproses melalui bioteknologi dengan bioinokulasi, rekayasa jenetika, teknologi hibridoma dan sejenisnya, pada akhirnya sediaan herbal ini dapat diproduksi zal alamiah murninya dengan berlimpah, yang dapat diperhitungkan berbagai kriteria-kriteria farmakologisnya, sehingga dosis terapi untuk keperluan penyembuhan dapat diperhitungkan. Inilah langkah panjang yang harus dilakukan oleh produk-produk herbal indonesia agar tidak berhenti pada satu titik stagnasi. Sayangnya, industri-industri bioteknologi disini sangat langka kalau tidak desebut tidak ada.
Perpaduan akan keyakinan penyembuhan, pemanfaatan perkembengan teknologi kedokteran, dan pemanfaaatan penyembuhan leluhur yang manjur yang diinovasi dengan bioteknologi modern, akan melahirkan proses penyembuhan yang aman, halal, manjur, rasional dan legal. Inilah hakekat penyembuhan terpadu, the holistic medical dalam konsep kami. Paradigma dasarnya adalah keyakinan bahwa setiap penyakit ada penyembuhannya.
Berbagai perubahan lingkungan telah melahirkan konsekuensi terjadinya "Tabung Reaksi Mutasi" besar di atmosfir (Lihat Environmental Pollutan and Darwono Hypothesa) dengan konsekuensi akan terjadi booming penyakit dan berbagai praktek kesehatan yang lalu akan menghadapi tantangan. oleh karenanya bukan saatnya lagi sebuah metode pengobatan merasa lebih baik dari metode pengobatan lainnya seperti yang terjadi aklhir-akhir ini.
Saat ini yang terbaik adalah bagaimana memanfaatkan berbagai keunggulan dari berbagai metoda untuk mendapatkan suatu proses penyembuhan yang total, aman, halal, nyaman, manjur dan rasional. seperti yang kami kembangkan nelalui konsep Praktek Penyembuhan Terpadu kami (The holistic Medical Practitioner).
Kami yakin, jika yang dimaksud dengan "Penyembuhan" dan "Tidak Ada Penyembuhan Kecuali Penyembuahan-Nya)naka itu punya makna penyembuhan yang tuntas dan tanpa dampak-dampak sampingnya. Atau kataknlah itu Penyembuhan yang berkah.
COntoh, Minum Teh Mewnyembuhkan Berbagai Penyakit
Menhancurkan lemak / kolesterol, menstabilkan tekanan darah, atasi rematik, asam urat, darah tinggi, sakit jantung dan otak, perkuat hati dan daya tahan tubuh.
Gynostemma Pentaplyllum yang mampu meredakan panas dalam dan mengeluarkan racun dari di dalam tubuh.
Semen Cassiae yang berfungsi menghilangkan diare, mengeluarkan gas di perut, mengurangi endapan lemak, dan mengandung banyak zat yang dibutuhkan tubuh manusia.
Folium nolumbinis atau daun teratai untuk mengurangi panas dalam dan menghilangkan dahaga.
Radix Polygoni Multiflori untuk mengeluarkan racun, menghilangkan rasa sakit, melembabkan usus, melancarkan BAB, mencegah kelebihan lemak dalam darah, memperbaiki metabolisme tubuh, dan menurunkan penggumpalan darah.
Green Tea/Teh Hijau untuk menjernihkan mata, menghilangkan panas dalam, mencernakan makanan, menyaring urin, mengurai racun, menghentikan diare dan mengurangi berat badan.
Kandungan gynosaponins di dalam teh ini berguna untuk mengatur metabolisme tubuh, menurunkan kolesterol dalam plasma darah, menghambat pembentukan asam lemak, mencegah jantung koroner, menurunkan lemak darah, melawan penuaan, memperbaiki metabolisme tubuh, dan memperkuat imunitas.
Fungsi :
Menurunkan kadar lemak darah, membantu penyembuhan penyakit pembuluh darah di jantung dan otak
Menurunkan kekentalan darah, menghambat penggumpalan keping darah
Mengatur fungsi saluran pencernaan, menghilangkan sembelit.
Sebagai anti oksidan, menghilangkan radikal bebas dan memperlambat penuaan.
Meningkatkan imunitas tubuh, mencegah tumbuhnya tumor.
Meningkatkan fungsi melawan kekurangan oksigen dalam tubuh.
Sangat disarankan bagi orang yang :
Penderita penyakit hiperlipidemia, penyakit pembuluh darah jantung, penderita hipertensi
Sering panas dalam, kulit kering, wajah kusam, berbadan lemah, imunitas menurun, mudah terserang flu, berusia di atas 40 tahun, sering sembelit, penderita diabetes.
Makan Jamur, Ejakulasi dini Pergi, Kanker/Tumor Menghilang
Meningkatkan kekebalan tubuh, Menghilangkan infeksi/radang, Antibiotik alami berkadar tinggi, Memperbaiki fungsi paru-paru, hati dan ginjal, Filterisasi dan detoksifikasi racun, Anti kanker.
Cordyceps Micellium adalah cendawan yang tumbuh di dataran tinggi, mengandung 7% cordyceps sinensis, 25% protein, 8,4% lemak (diantaranya 82,2% merupakan asam lemak tak jenuh), 20 jenis asam amino, vitamin, mineral, oegesterol, hexoserol, dan berbagai enzim biologis lainnya.
Cordyceps Mycellium memiliki rasa hambar, bersifat hangat, berfungsi sama seperti ginseng, meningkatkan energi, baik untuk paru-paru dan ginjal, menghentikan pendarahan, menghilangkan radang. Dapat digunakan untuk mengatasi batuk kronis, asma, keringat berlebihan, lemah syahwat, mempercepat pemulihan dari sakit, memperkuat daya imunitas tubuh.
Fungsi :
Meningkatkan imunitas terhadap berbagai penyakit, mencegah tumor.
Menambah tenaga, meningkatkan kualitas tidur, menghilangkan rasa letih, meningkatkan fungsi seksual.
Mengatasi berbagai penyakit pernapasan.
Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.
Menghambat proses penuaan tubuh.
Menurunkan kadar lemak darah, mengurangi resiko penyakit pembuluh darah jantung dan otak.
Sebagai antibiotik alami yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit infeksi.
Memperbaiki berbagai penyebab gangguan fungsi liver dan penyakit diabetes.
Sangat disarankan bagi orang yang :
Bagi yang berbadan lemah, mudah flu.
Perokok, sering batuk, banyak dahak, sesak napas.
Sedang sakit dan dalam proses pemulihan setelah operasi.
Mengalami gangguan fungsi seksual.
Menderita hiperlipidemia dan penyakit pembuluh darah jantung.
Penderita diabetes.
Mengalami gangguan fungsi hati.
Mereka yang menjalani radioterapi dan kemoterapi setelah operasi tumor/kanker.
Mereka yang sibuk bekerja, sering lelah, stres, lama bekerja dengan komputer, telepon genggam, dan memiliki pola tidur yang buruk.
Hati-hati, membeli produk dengan nama yang sama, yang original hubungi kami.
Catatan :
Hari ini, pertama-tama saya dipanggil Tobib, oleh Sahabat Saya. Prof. Dr. Edy Meiyanto, seorang profesor ahli therapi kanker, di Fakultas Farmasi UGM. Beliau mengundang saya untuk hadir pada Pengukuhan Guru Besar di UGM, Selasa, 20 Maret 2012. Sebagai sahabat perjuangan Di HMI MPO Yogya, maupun Di Jama'ah Shjalahuddin, Saya sungguh 2 ingin hadir mendengarkan Pidato Pengukuhannya. Semoga apa yang dilakukan Prof. Edy benar-benar menjadi amal jariah dan berkah bagi umat manusia. Selamat Sahabat. Jazaakumullahu khoiron katsiron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar