Bibirku terkatup diam, mataku menatap getir reruntuhan alam Merapi, fikiranku melayang, terkenang saat tadabbur alam di pertengahan tahun 80-an bersama Jama'ah Shalahuddin UGM. Saat di tebing menuju "Plawangan" aku mebacakan Puisi ku "Akhir Sebuah Itikaf".
Mbak Niken (Bu Prof. Edy Meianto - sekarang) berbisik : Dar, aku suka pada bait : Tak ada kata tunggu dalam berpacu, Lengah sedikit, kalah menghimpit, Tunggu Sebentar, Kita terlempar. Masya Allah, semoga kita tak terlambat !
(darwono Tuan Guru)
Wahai gunung-gunung yang bergairah, bisakah kita bicara, agar gairahmu tetap tercurah, dan kami tetap bisa tersenym cerah. Wahai samudra yang menggelora, bisakah kita berembug, agar geloramu tetap maujud, dan kami bisa kembali bersujud (Darwono Tuan Guru).
beberapa saat aebelum meletusnya gunung Galunggung di Tasik Malaya Jawa barat, sekitar Idul Fitri 1982 an, Ebit G Ade meluncurkan album yang salah satu lagunya pas dengan suasana meletusnya gunung Galunggung tersebut. Lirik lagu itu, yang maknanya saat ini sangat terasa, kurang lebih sebagai berikut
Kita mesti telanjang
Dan benar benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam
sebelum bicara
berssihkan debu yang masih melekat
bersihkan debu yang masih melekat
Anugerah dan bencana
adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah menjalani
Ini bukan hukuman
Hanya cambuk kecil
agar kita sadar
adalah Dia di atas segalanya
adalah Dia di atas segalanya
Yah, kita harus telanjang, kita harus jujur dan transparan melihat diri kita, diri kita ini siapa ?. Kesenangan dan kemewahan duniawi telah melupakan kita dari "sangkan paraning dumadhi kita". Sehingga kita begitu arogan dalam memperlakukan alam sehingga "haromoni" yang telah tercipta kita porak-porandakan begitu saja. Sehingga alam bicara dengan bahasanya sendiri.
Kita sungguh terenyuh mengikuti "kisah Hidup" Mbah Maridjan. Seorang hamba Allah yang benar-benar bersahabat dan menyatu dengan Merapi. Ketika orang-orang biasa sudah "disereduk" wedus Gembel, Mbah Maridjan, seorang yang biasa juga, yang memiliki kesetiaan pada alam Merapi yang telah menyatu dengan dirinya, masih bertahan. Masih bisa tersenyum ramah dengan ulah sahabatnya, Merapi.
Namun ketika telah sampai pada saatnya, maka Mbah Maridjan pun memberikan pelajaran pada kita semua, bahwa Beliau, Mbah Maridjan adalah manusia biasa. Makhluq Tuhan yang juga "taat" pada hukum-hukum Tuhan, pada sunatullah, bahwa panas, wedus gembel, juga dapat menyeruduknya. kullu nafsin dzaaiqotul maut, setiap yang berjiwa pasti akan mati.
Walaupun sama-sama "diseruduk" Wedus gembel, namun tetap saja berbeda, antara orang yang selalu baik pada alam dengan mereka yang lain. Mbah Maridjan menyatu dengan abu merapi dalam "statusnya" sebagai hamba Allah yang pasrah dan "Sujud" dengan kehendakNya. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
Poisi jazad Mbah Maridjan yang ditemukan dalam kepsrahan dan sujud pada Yang Maha Kuasa, bagi saya pribadi,sangat yakin dan berdoa semoga beliau dalam "khusnul Khotimah', berahir dalam kebaikan. kebaikan dalam tanggung jawabnya sebagai sesepuh, kebaikan dalam setia pada alam, dan kebaikan kepada Sang Pencipta. Mbah Maridjan seorang yang memiliki hubungan baik kepada Al Kholiq dan MakhluqNya, habluminallah dan habluminannas. Kita semakin yakin, ketika banyak kesaksian bahwa apa yang beliau dapatkan dari iklan untuk membangun mesjid dan dibagikan kepada masyarakat sekitar, masya Allah !.
Kehilangan Mbah Maridjan adalah hal yang layak kita kedepankan. Mbah Maridjan telah memberi contoh kesetian dan pengabdian pada tugas, tetap harus menghadapi semua suasana tanpa "tinggal glanggang colong playu". Sebuah sikap amanah sebagai khalifah di bumi Merapi.
Dari pada bangsa Indonesia berkontraversi untukl memberikan gelar Pahlawan kepada seseorang yang diturunkan dari kepemimpinannya karena tidak mendapat kepercayaan, dan diyakini melakukan KKN dan pelanggaran HAM, lebih baik pemerintah memberikan gelar pahlawan kepada Mbah Maridjan.
Karena apa yang telah Mbah Maridjan lakukan selama hidupnya hingga wafatnya sangat inspiratif bagi Umat Manusia Sedunia dalam berbuat "baik" pada Alam, pada lingkungan hidup, maka hadiah Nobel Lingkungan Hidup bagi Mbah Maridjan adalah sebuah hadiah Yang sangat layak. Meskipun Mbah Maridjan melakukan apapun bukan untuk itu.
MERAPI MELETUS LAGI
Magelang (ANTARA) - Gunung Merapi yang berada di perbatasan provinsi Jawa Tengah dengan DI Yogyakarta, Sabtu dini hari skeitar pukul 00.55 WIB kembali meletus.
ANTARA di lokasi kejadian menyebutkan, dari jarak sekitar 14 kilometer terdengar suara ledakan dari puncak gunung yang berada pada ketinggian 2.968 meter di atas permukaan air laut setelah itu langit terlihat gelap gulita.
Namun setelah itu terlihat cahaya seperti kilat keluar dari puncak gunung tersebut. Sementara itu warga beberapa desa seperti Sengi, Argomulyo, dan lain lainnya yang berada di lereng Merapi terlihat turun menuju ke tempat-tempat yang aman.
GADJAH MADA UNIVERSITY SOLIDARITY
Siapa yang memudahkan urusan hamba-Nya di dunia, maka akan dimudahkan urusannya di akhirat. Mudahkanlah semua urusan saudara kita yang sedang kesulitan karena berbagai musibah. Kita berbagi hati (Darwono Tuan Guru)
MUNAJAT ANAK BANGSA
Ilahi ,
di tangan-Mu lah sehagala keagungan dan kemuliaan
Di gengaman-Mu lah segala berkah dan keridloan
Di saat bulan berkah-Mu menuju peraduan,
Dan Cahayanya menjelma hilal Syawal
Kupanjatkan satu doa untuk negeri tercinta,
Yang telah Kau cipta begitu indah dan berlimpah berkah
Jadikan negeri ini,
negeri yang digambarkan dalam firman_Mu
Negeri, baldatun thoyyibatun warobbun ghofur
Yaa Ghofuur,
Yaa Syakuur,
Yaa Nuurun 'alan Nuur !
(5 September 2010)
DO YOU AGREE THAT MBAH MARIJAN IS PERFECTLY AS THE NOBLE PRIZE WINNER CANDIDATE ?
JUST JOIN GROUP : "PRIZE NOBLE FOR MBAH MARIDJAN" DI FACEBOOK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar