MEMBANGUN PEMIKIRAN KEAGAMAAN DENGAN PARADIGMA KERAHMATAN UNTUK HIDUP BERDAMPINGAN DALAM HARMONI
MISI
Jumat, 18 Maret 2011
TSUNAMI
Bencana tsunami biasanya banyak menelan korban nyawa, sehingga perlu ada peringatan dini untuk masyarakat. Meski teknologi sudah bisa memprediksi beberapa bencana tapi tidak ada salahnya mengenali tanda-tanda sebelum bencana terutama tsunami, agar bisa segera mengamankan diri.Tsunami adalah rangkaian gelombang samudera yang menumpahkan air yang kadang bisa setinggi lebih dari 100 kaki (30,5 meter), ke daratan.Dinding-dinding air ini dapat menyebabkan kehancuran maha luas ketika mencapai tepi pantai.
Gelombang amat menakutkan ini biasanya disebabkan oleh gempa bumi bawah laut yang besar di perbatasan lempeng tektonik. Ketika dasar samudera di sebuah batas lempeng tektonik naik atau turun maka itu tiba-tiba menggantikan air di atasnya dan meluncurkan gelombang bergulung-gulung yang kemudian menjadi tsunami.
Sebagian besar tsunami, sekitar 80 persen, terjadi di kawasan "Cincin Api" di Samudera Pasifik, yaitu sebuah kawasan geologis di mana pergeseran tektonik menciptakan gunung api dan gempa bumi.Tsunami juga bisa diciptakan oleh longsor bawah laut atau letusan gunung api bawah laut.Gelombang tsunami juga bisa meluncur, seperti sering terjadi di Bumi di masa kuno lalu, karena dampak dari jatuhan meteorit besar ke samudera.
Tsunami menjelajahi samudera dengan kecepatan di atas 850 kilometer per jam, atau sama dengan kecepatan sebuah pesawat jet. Dengan kecepatan seperti itu tsunami bisa menjelajahi seluruh Samudera Pasifik kurang dari sehari. Dan semakin panjang gelombang mereka maka semakin berkurang energinya.Di dalam samudera, gelombang tsunami hanya bisa mencapai setinggi kaki atau lebih tinggi sedikit dari itu. Namun begitu tsunami itu mendekati garis pantai dan memasuki perairan dangkal, maka tsunami melambat, sebaliknya energi dan ketinggiannya bertambah.
Puncak tertinggi gelombang bergerak lebih cepat ketimbang di bawah gelombang, yang membuatnya meningkat drastis.Cekungan tsunami, bagian terendah di bawah puncak gelombang, seringkali yang pertama mencapai daratan.Ketika itu terjadi, tsunami menghasilkan efek kosong yang memporakporandakan perairan pantai ke arah laut, sekaligus mengekspos pelabuhan dan dasar laut. Berbaliknya air laut ini adalah tanda peringatan penting mengenai adanya tsunami, karena jembul gelombang dan volume airnya yang luar biasa besar, biasanya menghujam daratan sekitar lima menit atau sekitar itu.
Terminologi
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut.
Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah.
Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut.
Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air.
Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami
•Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
•Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
•Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
•1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa.
•1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
•2004 - Pada tanggal 26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,
•2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis
•2007 - 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.
•2010 - 27 Februari, Santiago, Chili
•2010 - 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia
•2011 - 11 Maret, Jepang
Tsunami Jepang
Jepang adalah salah satu negara yang berada di wilayah Cincin Api Pasifik, wilayah sepanjang 40.000 km berbentuk tapal kuda yang membentang melewati Indonesia, Jepang, Cile, Meksiko, dan beberapa negara lain. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, Jepang berpotensi besar mengalami gempa bumi yang bisa berakibat tsunami.
National Geophysical Data Center National Oceanic and Atmospheric Administration (NGDC NOAA) mencatat, beberapa gempa di Jepang telah mengakibatkan tsunami yang mematikan. Jika ditotal, lebih dari 100.000 orang tewas akibat gempa diikuti tsunami. Terakhir, tsunami terjadi pada Jumat 11 Maret 2011 setelah gempa berkekuatan 9 mengguncang negeri itu.
Berikut merupakan daftar tsunami paling mematikan berdasarkan data NGDC NOAA. Tsunami yang pertama kali terdata lembaga itu terjadi pada 29 November 684 dengan ketinggian gelombang mencapai 3 meter, terjadi akibat gempa 8,4 magnitude di Nankaido. Daftar tsunami paling mematikan di Jepang di bawah ini belum mencakup tsunami Jumat lalu.
1. Tsunami tahun 1498 Tsunami paling mematikan di Jepang terjadi pada 20 September 1498 dengan sumber dari wilayah Laut Enshunada. Tsunami terjadi akibat gempa 8,3 magnitude. Sebanyak 31.000 orang tewas dalam bencana alam ini, disertai rusak parahnya 1.000 rumah di wilayah sekitar.
2. Tsunami tahun 1707 Tsunami kedua paling mematikan terjadi di wilayah Nankaido pada 28 Oktober 1707, lebih kurang pada pukul 05.00 pagi. Korban tewas mencapai 30.000 orang dengan 29.000 rumah hancur. Tsunami ini terjadi akibat gempa 8,4 magnitude.
3. Tsunami tahun 1896 Tsunami mematikan selanjutnya menewaskan 27.122 orang, melukai 9.247 orang, dan merusak 11.000 rumah. Tsunami terjadi pada 15 Juni 1896, lebih kurang pada pukul 10.33 waktu setempat. Tsunami terjadi terjadi di wilayah Sanriku dan merupakan akibat dari gempa berkekuatan 7,6.
4. Tsunami tahun 1771 Tsunami ini terjadi di Ryuku Islands setelah gempa berkekuatan 7,4. Tepatnya, tsunami terjadi pada tanggal 24 April 1771. Tsunami menewaskan 13.486 jiwa dengan jumlah kerusakan rumah mencapai 3.237 unit.
5. Tsunami tahun 1586 Tsunami ini menewaskan 8.000 orang. Tsunami terjadi di Pantai Ise, tepatnya pada tanggal 18 Januari 1586. Tsunami terjadi akibat gempa berkekuatan 8,2. Tidak ada catatan tentang jumlah rumah yang hancur dan waktu persis kejadian tsunami tersebut.
Sejauh ini, telah terjadi 345 tsunami. Sementara itu, tsunami yang terjadi Jumat lalu adalah tsunami terakhir yang terdata dan berdasarkan data terkini telah menewaskan 2.000 orang lebih. Koreksi terakhir oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Jepang, tsunami terjadi akibat gempa 9 magnitude.
Potensi Tsunami di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan
Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempabumi dan datangnya gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit
Korban gempa berkekuatan 7,2 skala richter di wilayah Sumatera Barat menyebabkan tsunami di kepulauan Mentawai terus bertambah
Menurut Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori Satoko dia mendapat laporan dari lapangan, sebanyak 40 orang tewas dan 380 orang dinyatakan hilang. "Saat ini tim SAR masih mencari korban yang hilang," kata Satoko seperti dikutip Reuters.
.
Data yang telah divalidasikan itu adalah di Kecamatan Pagai Selatan korban tewas sebanyak 156 orang di Desa Malakkopa terdiri dari Dusun Purourougat 53 orang, Dusun Erukparaboat (32), Dusun Beleraksok (30). Sedangkan di Desa Bulasat terdiri dari Dusun Bulasat 1 orang dan Dusun Maonai (40).
Di Kecamatan Pagai Utara, jumlah yang meninggal sebanyak 268 orang yang terbagi dalam dua desa, yakni Desa Betumonga yang mencakup Dusun Muntei 137 orang, Dusun Baru-Baru (3), Dusun Sabeuguggung (121). Sedangkan di Desa Silabu meliputi Dusun Tumalei (1), Dusun Gogoa’ (5), dan Dusun Maguiruk (1).
Di Kecamatan Sikakap ada sembilan orang yang terbagi dalam satu desa yakni Desa Taikako. Sementara di Kecamatan Sipora Selatan korban jiwa akibat gempa dan tsunami sebanyak 23 orang. Jumlah itu masuk dalam dua desa yaitu Beriulou dan Bosua.
Tsunami Aceh 2006
Jenis Bencana adalah Gempa Bumi dan Tsunami, Waktu Kejadian pada hari Minggu tanggal 26 Desember 2004 Pukul 07.58 WIB. Kekuatan gempa 8,9 Skala Richter (RS). Tempat Kejadian Bencana Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Jumlah Total keseluruhan jumlah penduduk di NAD yaitu 4.104.187, jumlah yang wafat 173.741, jumlah pengungsi 394.539.
.Menurut Wikipedia
Gempa terjadi pada waktu 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° EKoordinat: 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, ikhtisar lokasi gempa Intensitas Seismografis Densitas Peta GoogleSumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Langka, Inda, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
"Subhanallah, dg bencana alam yg begitu jauh lebih besar, korban jiwa begitu kecil. Inilah takdir bagi bangsa yg disiplin dan cerdas."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar