MEMBANGUN PEMIKIRAN KEAGAMAAN DENGAN PARADIGMA KERAHMATAN UNTUK HIDUP BERDAMPINGAN DALAM HARMONI
MISI
Minggu, 18 September 2011
GEJOLAK HATI DALAM PUISI
KEPADA PENGUASA KESELAMATAN
Ketika malam kian larut dalam pelukan kelam,
tak mungkin aku terus menemanimu berkalam.
Ijinkan aku menghanyutkan kelam,
dalam tembang "ono kidung rumeksa ing wengi"
agar anglilir di saat witir,
untuk menyalakan matahari,
agar esok bermandi cahaya kembali.
Subuh nan qudus,
embun bertasbih dalam kebeningannya
dalam bahasa kesejukan surga.
Pepohonan bertahlil dalam kembara angin semilir,
mengalir dalam semerbak dzikir.
Satwa memuji keagunanNya
dalam harmoni indah gairah
dalam swara yang menghangatkan cahaya.
Siang gemilang,
berjuang menerjang karang penghalang.
Bersama jihad mawar
dalam semerbak merah resah sejarah.
Menelusuri putih rintih melati
dalam keharuman tak bertepi.
Mengarungi samudra cita raharja
untuk berlabuh di dermaga keabadian cinta.
Sore,
mengisaratkan tetirah matahari.
Dalam sendu,
senja menyenandungkan requim prahara semesta,
yang bisa saja hadlir seketika.
Laa khaula wala quwwata
diteguhkan tsunami kegelapan
yang menghempaskan perca perahu kehidupan.
Di setiap serpihan harapan,
terkuak puji kedigdayaan Ar Rahman.
Ketika temaram tak terpendam,
hanya kepada-Mu Yaa Salaam
kusandarkan tsabitil Aqdaam.
Yaa Salaam.
AGENDA SEMAESTA
Coba baca agenda langit,
kapan mendung tak menggelantung
dan gemintang akan gemilang ?
Dapatkah cahaya segera diusung ?
Malam,
bisikan sesuatu agar aku
dpt menjadi bintang paling gemilang di langitmu
Pagi,
mari berjabat tangan
sambil kau hembuskan nafas surgamu di telinga semesta.
Hingga bumi terbangun dan mengalirkan Alkautsar cinta di setiap lekuknya.
Siang hari,
mari bahu membahu
dan alirkan elan vitalmu.
Agar aku dapat menyalakan mataharimu
sepanjang waktu.
Hingga dedaunan dan bunga-bunga bergairah
pancarkan warna-warna
sehingga tidak ada pasang surut purnama.
MUNAJAD JIHAD
Yaa Allah,
begitu ruah hikmah tlah Kau Limpah.
Dari Zarah langkah kisah berubah
dari kuantum spektrum pendulum,
dari aura suasana jiwa papa
dan emisi kasih nan putih
Alhamdulillah, karunia-Mu begitu Indah Ya Allah !
Engkau berkahi hamba dengan segala cinta dan pesona jiwa.
Mudahkan hamba melakukan kebaikan bagi sesama.
Berilah hamba kekuatan untuk merubah apa yang mesti dirubah,
dan Qonaah terhadap segala yang hamba tak kuasa merubahnya,
karena Engkaulah Yang Maha Kuasa.
Robbii adkhilnii mudkhola sidqin
Wa akhrijnii mukhroja sidqin
waj "alni min ladunka sulthonannashiro.
SENANDUNG FITRI
Dalam kesederhanaan cinta berkata :
Kasih, taburlah kehangatan cahaya
Gairahkan daunan kehidupan
hembuskan elan sari keagungan,
bagi tiap hati yang fitri.
Untuk menyambut matahari,
nyalakan bintang di setiap dada
bagi terbentang bumi asri
tempat senandung bait-bait keabadian
dan sujud panjang pada Yang Rahman
KEPADAMU KUBISIKAN
Mata hari,
Kubisikkan padamu
Agar tidak terlalu menyala
Karena sebentar lagi,
Kau harus menyinari seribu bulan.
...
Mata hari,
Kuisyaratkan padamu
untuk menutup mahkota
Karena bermilyar mahkota
telah menempati ruang hati
untuk metamorfosis khalifah sejati
MENYAMBUT BULAN
Juamat,
purnama belum bulat,
desah basah sholawat mengalir bersama dzikir kumintir.
Takbir yang menyisir bibir,
kesturi jiwa melati.
Gairah mawar menghempas mimpi,
mengukir witir menyalakan matahari.
Langit tlah menaburkan harum Ramadhan,
membisikan pada bintang gemintang dan rerimbun bulan,
untuk singgah di persada raya pada malam keagungan.
Tiap samudra yang bergairah akan bermandi cahaya berkah,
yang akan membebaskannya dari segala darah dan nanah,
dan semua zarah busuk sejarah.
Malam kian terbenam dalam pelukan kegelapan,
dingin menggigit keheningan wingit.
Embun menggeliat merambat menglunkan nafiri,
melengkingkan bait bait tembang langit.
Aku bersujud tersungkur,
deras mata air penyesalan mengucur,
menjerit, meraung mohon ampunan-Mu yaa Ghofuur !
DENGAN ASMA-MU
Jalan berliku,
mendaki dan lunyu,
langkah terengah kerap tergagap.
Kabut yang menghadang,
bekukan harapan terang,
Hingga sampai pada saat yang tepat
dengan keindahan kata terucap,
Allah, Allah, Allah Ya Rabb
dengan asma-Mu kusiap menghadap.
JUST A DADDY
Harus kutunda menyalakan bintang gemintang, karena mendung menggelantung, Di wajahmu jemu membeku. Sementara bibirmu penuh keluh, memintal segumpal sesal yang tak mungkin kucairkan dengan pesona lidahku. Aku tahu itu wajar, namun tetap menohok kelelakianku, yang terkebiri oleh beban kehidupan yang datang menghujam tajam. Maafkan kangmasmu diajeng yang belum mampu menjadi suami ideal bagimu.
Diajeng, malam begitu panjang dan berjalan sangat lamban tanpa lenguhanmu menemani gairahku. istirah yang terpisahkan oleh gelap membuat semuanya jelas tergambar. Betapa bermakna keluhanmu yang kau bisikan dengan lembut dalam bahasa tubuhmu, dan begitu gamblang engkau mencoba menyibakkan dengan naluri keibuanmu, segala beban kehidupan kita , karena kau tahu ini semua di luar kendaliku pengaruhku sebagai lelaki yang selalu mecoba bangkit dari keterpurukan berulang.
Engkau tau lanskap jiwa dan altar ragaku. Aku bukan lelaki yang kuat bertindak sekehendak benak. Kebersamaan adalah birahi tertinggi yang menempati tahta hati kita. Dan aku tahu diajeng adalah belahan jiwa yang terindah bersemayam di dada. Tetapi aku juga maklum engkau wanita yang berhak merenghkuh segala bahagia. Jujur kutak ingin tajamnya beban menjadi geluitin yang dapat mengamputasi kebrsamaan ini. Namun sekali lagi, aku akan tulus menerima apapun juga jika itu kehendak-Nya.
Darling, as you know, In fact i just a daddy who don't like to see any sadness, and as so far as i just a man who don't like to sleep a lone.
________________________________
*)Penyair lulusan FKH UGM, puisinya tersebar di berbagai mass media lokal dan Nasional juga dalam Antologi Puisi "Biarkan Kami Bermain" (Balairung UGM), Puisi Islami Hijrah (Jama'ah Shalahuddin UGM) dan lain lain. Jangan Kau Bunuh Burung-Burung adalah salah satu karya penyair i yang menjadi Puisi Pilihan pada Lomba Deklamasi Mahasiswa dalam Dies Natalis UGM 1988. Bekerja sebagai social worker and an Educator, activist The Holistic Leadership Center.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar