MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 28 Januari 2015

RHOMA IRAMA SIAP ALL OUT DI PBB

"Insya Allah saya akan All Out di PBB Jika terpilih sebagai Ketua Umum" demikian disampaikan Raja Tiga generasi dalam Blantikan Dangndut dalam Clossing Statementnya pada Seminar Nasional Pimpitan Parta Menyongsong Muhtamar ke 4 Partai Bulan Bintang (PBB) yang diselenggarakan di markaz DPP PBB Selasa, 26 Januari 2015.
Pada sesi yang sama, hadir sebagai Nara Sumber Prof. Dr. Ahmad Mansur Suryanegara ahli sejarah dari Universitas Padjadjaran Bandung. Seminar dihadir utusan berbagai DPW, DPC dan Kader Partai Bulan Bintang dari seluruh penjuru Indonesia, berbagai organisasi otonom di bawah PBB serta bermbagai anggorta wali amanah (Ormas Islam yang mendirikan PBB) berlangsung dua hari, pada 25 - 26 Januari 2015.
Motivasi Rhoma Irama bersedia All out dalam perjuangan untuk Izul Islam wal Muslimun melalui PBB adala ingin mengisi sisa umur dengan fokus dalam segala amal sholeh. Sementara itu, dalam mengantisipasi berulangnya pengalaman empiris yang sangat tidak enak saat gabung di PKB,. RHoma Irama mengajukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh PBB, yakni Rhoma bersedia menjadi ketua Umum jika dipilih secara aklamasi. Pernyataan Rhoma demikian disambut oleh mayoritas peserta seminar dengan teriakan setuju dan takbir "Allahhu Akbar !".
Rhoma menjelaskan, sebagai negara dengan jumlah kaum muslimin paling banyak di seluruh dfunia, maka Indonesia menjadi harapan satu-satunya tegaknya syariah Islam di muka bumi. Untuk mewujudkan Izul Islam Wal Muslimun itu menurut Rhoma diperlukan berbagai syarat diantaranya, jaga persatuan umat, tidak boleh ada arogansi, menghormati perbedaan furu'iyah dan berani menanggung resiko dalam rangkan menegakkan Syari'ah Allah.
Sementara itu, Prof. Dr. Ahmad Mansur Surya Negara mengawali pemaparannya dengan testimoni kesaksian akan keehebatan Rhoma Irama yang populer samapai ke desa-desa. Penulis Buku Api Sejarah itu menggambarkan bagaimana Dia juga rela antri membeli tiket untuk mendengarkan suara Rhoma Irama dalam pertunjukan-pertunjukan di kota Bandung.
Menyitir pernyataan dalam Ramalan Jaja Baya, bahwa akan tervcipta "sinar cahya gabyaring kartika sasi", Proh. Sejarah ini mengungkapkan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang adil makmur, dengan bermandi cahaya jika dipimpin oleh pemimpin dari kelompok "Cahaya Bulan Bintang". Sayangnya, dalam masyarakat kita kurang adil memperlakukan sebuah pernyataan, Jika menghadapi apa yang diungkapkan Jaya baya sebagai klenik, tetapi jika menyika pernyataan-pernyataan orang barat seperti Avlin Tofler dss, dianggap sebagai Visioner (Futurist). "Oleh karena itu", meski diam-diam, ssaya adalah pendukung PBB. tegas sang Profesor.
Terkait dengan sejarah pembentukan NKRI 17 Agustus 1950, Sueyanegara menulis: "Mohammad Natsir dari Masjumi dalam menjawab tantangan Kerajaan Protestan Belangga melanggar RIS yang baru diakui 27 Desember 1949 dengan APRA di Bandung, 23 Januari 1950, mengadakan Mosi Integral pembubaran seluruh Negara Bagian RIS dan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia-NKRI di bawah pimpinan Presiden dan Wakil Presiden Soekarno Hatta serta Perdana Menteri M. Natsir.
Mungkinkah NKRI memiliki Lambang Negara Garuda Pancasila , bila tanpa disahkan oleh Perdana Menteru Ke dua NKRI, Dr. Soekiman Wirjosandjojo dari Masjumi, Penciptanya adalah Sultan Hamid II dari Pontianak ? Burung Garuda Pancasila sebagai Burung Elang Rajawali Sayyidina Ali Ra. Dan Perisainya adalah lambang Ka'bah dan Hijri Ismail. Membaca lembangnya diawali dari Bintang turun ke Gelang (Rantai), terus ke Banteng, dan turun ke Kapas dan Padi disebutnya Thowaf.
Terkait dengan pembubaran Partai Masyumi sendiri penulis dalam esei berjudul "Jiwa Masyumi: Integritas NKRI" di http://politik.kompasiana.com/2013/11/01/jiwa-masyumi-integritas-nkri-606775.html menulis : "Masyumi dibubarkan bukan karena terlibat PRRI. Hal ini diakui sendiri oleh Sukarno kepada Bernhard Dahm pada tahun 1966. Sukarno mengatakan tidak dapat menyalahkan suatu partai karena kesalahan beberapa orang. Kalau begitu, keluarnya Keputusan Presiden No. 200 tahun 1960 merupakan bentuk sikap kesewenang-wenangan Sukarno terhadap Partai Masyurni. Pada sisi lain, pembubaran diri Partai masyumi oleh para pemimpin Masyumi untuk menghindari korban yang tidak perlu yang sangat mungkin terjadi jika Pemimpin Masyumi menyerukan Jihad Melawan rezim yang lebih pro ke PKI ketimbang Partai islam itu, menunjukan jiwa besar para pemimpin Masyumi, Integritas terhadap NKRI benar-benar telah teruji." Bagi Penulis NKRI deng UUD 45 dan Pancasilanya adalah tidak sekedar Gntlement Agreement tetapi juga merupakan "Genius Agrrement" dari para Fonding Fathers Muslim (Mujahid bangsa, yang merupakan Amanah bagi Kaum muslimin Indonesia terutamanya para aktivis Islam untuk mewujudkan baldatun thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, penerapan nilai-nilai rahmatan lil 'alamin di bumi NKRI yang berboneka.