MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 24 Maret 2015

NOBLE PRIZE FOR RHOMA IRAMA

Komposer Terlengkap jika didata serius, Rhoma Irama adalah Komposer dengan Karya paling Lengkap dari Cinta, Pernikahan, Kehamilan, Kelahiran, sosial, ekonomi, olah raga, nasionalisme, kemanusiaan, HAM, persamaan hak, lingkungan, agama, dakwah, perdamaian, juga tentang kematian, siksa kubur dan kiamat Kubro. Kami yakin tidak ada komponis lain di seluru dunia yang karyanya selengkap itu.
Karya-Karya Rhoma juka telah menjadi kajian akademik dan diteliti oleh Andrew Noah Weintraub, 50 tahun, profesor musik dari University of Pittsburgh, Amerika Serikat. Pada akhir April lalu, ia hadir dalam rangka diskusi dan peluncuran bukunya: Dangdut. Musik, Identitas dan Budaya Indonesia yang baru diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kisah Profesor dangndut itu terinspirasi mengkaji dangndut diawali kehadirannya di Bandung Pada tahun 1984, untuk meneliti gamelan untuk tesisnya. Tak sengaja, dia mendengar lagu Perjuangan dan Doa Rhoma di sebuah radio. Sejak saat itu, saya menyukai dangdut dan lagu-lagu Rhoma. Berburu kaset-kasetnya, mendengarkan terus menerus, kemudian meneliti khusus tentang dangdut.
Jika kita ikuti perjalanan kreatif Rhoma melalui karya-karyanya, maka nampak sekali Rhoma benar-benar menciptakan karya tentang kehidupan secara konfrehensip. Dari kehamilan Rhoma mengungkapkan : “sudahkah kau dengar, bisikan anakmu yang kini masih dalam kandungan dia menanyakan …..” Ingin menegaskan bahwa hubungan dan pendidikan dengan anak tidak saja setelah tumbuh berkembang, tetapi sejak dalam kandungan, keharmonisan rumah tangga sangat dipertlukan dalam menyambut generasi penerus.
Pada proses persalinan, Rhoma juga menyampoaikannya melalui lagU : “Tak tahan kumelihatnya, yang dicekam penderitaan, Istriku sukar melahirkan, tangisnya sungguh memilukan. Dia menangis kesakitan dengan jeritan yang tertahan-tahan. Dia mengeluh putus asa rupanya tak tahan menahan sakitnya Tak tega-tak tega Ya tuhan apakah dosanya, sehingga kau menghazabnya Jadikan aku penggantinya, jangan dia yang Kau siksa….”
Lagu tersebut menngajarkan kerpada kita semua, terutama para suami untuk mau memikul tanggung jawab atas aka yang terjadi pada Istrinya. Disamping itu juga memaparkan bagaimana perjuangan hidup mati seorang ibu dalam melahirkan anaknya, sehingga pada ahirnya Rhoma juga menekankan harus patuh kepada Ibu kita : “Hai manusia, hormati ibumu Yang melahirkan dan membesarkanmu darah dagingmu dari air susunya, jiwa ragamu dari kasih dan sayangnya… Doa ibumu dikabulkan tuhan, dan kutukannya jadi kenyataan, Bila kau sayang pada kasihmu, lebih sayanglah pada Ibumu. Bila kau takut pada rajamu lebih takutlah, pada ibumu.
Lagu lagu Karya Rhoma Irama selain mambangun manusia menjadi pribadi yang shalih, juga membangun kemanusiaan dalam konteks holistik. Lagu “Baca” yang bercerita tentang bencana begitu kental mengkaitkan perilaku manusia dengan kejadian-kejadian alam yang kita tidak kehendakim pandangan holistic Roma Juga nampak pada Kredo berkeseniannya yang tertuan dalam lagu Seni. “Kawan, kita adalah bangsa berketuhanan, Tidak pantas berlaku sebagai syaitan. Kita adalah bangsa berprikemanusiaan, Tidak pantas berlaku seperti hewan. “ Kary Rhoma juga bicara tentang Hak azaio Manusia, Rhoma dengan tegas menyatakan : “Hormati hak azazi manusia, Karena itu Fitroh manusia” Hak manusia juga untuk hidup dan kehidupan yang layak, yang sehat, oleh karena itu Rhjoma Juga menganjurkan untuk menjaganya dengan Olah Raga. Coba renungkan lirik lagu lari Pagi berikut “Lari pagi memang perlu tapi jangan lupa subuh ah ah aha aha ah, dengar iotu, adzan subuh, sholat dulu barui lari, Ayo laer, berlari-lari lari pagi menyehatkan.”
Kehidupan manusia yang ingin Rhoma bangun adalah kehidupan yang sehat, yang seimbang antara sehat jasmani dan rohani. Oleh karena itu harus dihindari hal-hal yang dapat merusaak keduanya. Hal ini dapat kita renungkan melalui lagu “Mirasantika” , “Haram” dan :”Begadang” “Kalau terlalu banyak begadang muka pucat karena darah berkurang, bila sering kena angin malam segala penyakit akan mudah datang dari lah itu sayangio badan jangan begadang setiap malam” Pada Mirasantika Rhoma Irama benar-benar layaknya seorang duta anti Miras dan anti narkoba dan harus dihindari oleh kita semua. Sedang pada “Haram” Rhoma kembali menyerukan agar manusi hidup tidak menghalalkan segala cara, manusia adalah mahl;uk berbudaya: “kenapa eh kenapa minuman itu haram Karena eh karena merusak fikiran Kenapa eh kenapa berzinah juga haram Karena eh karena itu cara binatang”…
Tidak hanya masalah hidup dan penghidupan dengan segala dinamikanya, Rhoma Irama juga mengungkapkan kematian, siksa kubur bahkan Kiamat Kubro. Dalam maslah kematian Rhoma mengungkapkan : “ada dua cara kematian, tergantung amal dan perbuatan, ada yang bagai rambut ditarik dari tepung itu mati bagi yang taqwa. tetapi bagi yang durhaka kematian adalah derita, sakitnya bagai sutra ditarik dari duri..”
Di banyak lagu, Rhoma juga bicara tentang pembangunan karakter mulia dan kehidupan sosial, politik, ekonomi, hukum dan spiritual dengan Kental. Rhoma juga menekenkan hidup berdampingan dalam kebinekaan sebagaimana diungkapkan pada lagu yang sekarang berjudul “240 juta Jiwa Penduduk Indonesia”, yang pada awal dilaunchingnya lagu itu berjudul “135 Juta”
Dengan Lirik-lirik puitik dan sarat makna diberbagai bidang kehidupan manusia, selain Rhoma Irama sebagai komposer paling lengkap, juga dalam kontek kekinian, dan pembangunan dunia, Rhoma sangat layak menerima Hadiah Nobel Sastra atau sejenisnya. Terahir, mari kita renungkan Kredo berkesenian Sang raja Dangndut dalam Lagu Seni : Bernyanyi dfan menari tetapi tetap dalam iman dan ketakwaan.

Minggu, 01 Maret 2015

GURU SENIOR, GURU BESAR ?

Banyak masalah guru mencuat mewarnai dinamika upaya membayar hutang kemerdekaan mencerdaskan kehidupan kehidupan bangsa. Dari maslah kurikulum, kesejahteraan guru, Ujian Nasional, Seleksi SMPTN hingga masalah UPS (Uninterupted Power Suply) akhir-akhir ini. Upaya mensejahterakan guru dengan memberikan tunjangan Guru melalui sertifikasi, tidak kalah membingungkannya dengan pergantian model dari PLPG menjadi PPJB. Meski dengan iming-iming melalui PPJB seorang guru akan mendapatkan pengakuan gelar Gr (Guru), tetapi pergantian itu dirasa tidak adil mengingat guru yang saat ini akan menjali sertifikasi adalah mereka yang telah antri karena kuota yang digariskan pemerintah. Padahal banyak diantara mereka yang seharusnya diprioritaskan pada program sertifikasi terdahulu. Oleh karena itu perlu dilakukan langkah bijak sebagai jalan keluarnya, dan menurut hemat kami dapat dilakukan melalui menskoran masa kerja dan karyanya.
Pada Pendidikan untuk orang dewasa (PUD) salah satu asumsi dasarnya adalah bahawa peserta telah memiliki pengalaman belajar. Pendidikan Profesi Guru dalam jabatan , PPJB, sebagai salah satu jenis PUD dalam keprofesian guru, sudah sewajarnya mempertimbangkan pengalaman belajar (dalam hal ini adalah pengalaman mendidik) pesertanya.
Kita tentu sepakat, tidak mungkin mereka yang baru 4 tahun mengajar misalnya, memiliki pengalaman mendidik yang setara dengan guru mereka yang suda puluhan tahun mendidik, atau bahkan mungkin menjadi guru pamong bagi para yunior saat PKLnya. Oleh karena itu, menurut hemat kami jika Tidak ada klasifikasi PPJB yang akan segera bergulir berdasar Masa Kerja Guru Peserta selain mengingkari prinsip-prinsip Andragogik, juga berarti tidak menghargai pengalaman kerja dan jasa mendidik bertahun-tahun para guru.
Dilihat terminologinya, Pendidikan dalam Jabatan idealnya berbeda dengan pendidikan atau pelatihan guru tipe dalam kontek lain. Kita melihat Dalam pendidikan jabatan tentu sangat terkait dengan pelaksanaan tugas pokok suatu profesi dalam hal ini adalah pelaksanaan tugas sebagai guru demgam segala hak dan tanggung jawabnya.
Semua yang dilakukan guru selama ini dapat diambil pembobotannya sehingga Pelaksanaan tugas dapat dikonversikan menjadi SKS. Konversi ini dapat bermakna tugas yang telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk memenuhi SKS. Tugas yang telah dikerjakan berarti apa yang telah dilakukan (porto folio) guru sebelum pelaksanaan PPJB (katakanlah sampai minus satu tahun sebelumnya), Tugas yang sedang bermakna tugas yang dilakukan pada tahun berjalan, sedang tugas yang akan dilakukan adalah tugua-tugas yang dipergunakan untuk memenuhi SKS yang diperlukan untuh mem,enuhi kriteria Lulus PPJB. Dengan kontek demikian maka bagi guru senior, tentu telah menempuh ” SKS” banyaknya berbeda dengan mereka yang masih yunior. Apalagi jika masalah yang harus ditempuh sama persis dengan apa yang selam ini guru-guru lakukan dan terima dari berbagai pelatihan. Makin banyak jumlah tahun yang ditempuh dalam menjalankan tugas mendidik, makin banyak pula “SKS” yang telah dipenuhi.
Konsekuensi dari pendekatan demikian, maka akan terjadi katagori-katagori guru dengan spesifikasi-spesifikasi dan akumulasi kemampuan profesi yang berbeda-beda (seumpama SKS, jumlah SKS “terselesaikan” berbeda-beda, oleh karena dibutuhkan klas-klas yang berbeda-beda dalam PPJB nya.
Menggebyah uyah, Program PPJB dalam satu klasifikasi atau pengelompokan klas hanya berdasar hasil UKG, menurut hemat kami kurang bijaksana. Sebab uji kompetensi guru yang tertkonsentrasi pada ranah teoritik (kognisi) S1 tentu saja akan sangat menguntungkan mereka yang masih “fresh”, sedang mereka yang senior tentu saja sudah lama fokus berkutat pada materi-materi yang harus disampaikan kepada peserta didik (bagi guru SMA tentu saja materi SMA, Guru SMP berfokus pada materi SMP demikian juga guru SD). Oleh karena itu, apa yang terjadi selama ini bahwa guru-guru senior (yang sudah tua) banyak yang kuran di UKG itu bisa dipahami.
Jika penyelenggara PPJB kurang memahami hal ini maka Guru-Guru Senior mengalami nasib “sudah jatuh tertimpa tangga”, sudah bersabar dalam waktu yang jauh lebih lama dalam pengabdiaan harus menanggung vonis kurang menguntungkan. Sebab setelah mereka lama mengabdi dalam kesederhanaan, ketika mereka punya kesempatan mendapat peningkatan kesejahteraan, guru-guru senior ini harus bersaing dengan mereka yang masih fresh.
Penghargaan pemerintah bagi guru-guru yang telah mengabdikan dirinya untuk membayar hutang kemerdekaan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diwujudkan dengan apresiasi atas apa yang telah guru-guru senior lakukan sehingga sisa waktu pengabdiannya dapat dijalankan dengan beban kesejahteraan yang lebih ringan, tidak sepertti saat ini terjadi penzaliman terhadap guru-guru senior karena kurang dihargai apa yang telah mereka lakukan.
Sebuah usulan barangkali ada baikya Kemendikbud perlu memberikan Penghormatan terhadap guru guru yang telah puluhan tahun mengabdi. Bentuk penghormatan itu dapat diwujudkan dalam bentuk konversi SKS program PPJB dari portofolio para guru itu. Dengan demikian guru senior mendapat keringanan SKS PPJB. Analognya, jika di dunia kampus ada Doktor Honoris Causa, di kalangan guru ada Guru Honoris Causa (Gr HC) bahkan jika di perguruan tinggi ada Nomenklatur Profesor maka di sekolah perlu diberikan penghormatan bagi guru senior sebagai Guru Besar, makin banyak Guru besar di suatu sekolah, maka sekolah semakin bergengsi hal ini akan semakin menghormati para guru yang telah lama mengabdi. Tidak seperti sekarang, terutamanya di sekolah swasta, Guru senior disudutkan dengan mengkambing hitamkan produktifitasnya.