MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 12 April 2009

KOALISI AMIN - IMIN


Permainan belum selesai, namun rupanya para "ayam kate" telah bersiap-siap melemparkan handuk meski baru melihat skor sementara dan ramai-ramai ingin segera dipangku dengan "tetirah" ke Cikeas. Gegap gempita ingin merubah negeri ini menjadi lebih baik hanyalah sandiwara untuk menutupi kekerdilan jiwanya, jiwa yang sekedar menadah "pemberian" kedudukan, bukan jiwa yang mencerminkan karakter pejuang sejati. Sebuah proses penghancuran "Character Building" bagi bangsa ini, terutama bagi generasi muda tercinta, sebuah stigma bahwa politik ya hipokrit.

Sebenarnya jika mereka yakin dengan ucapan-ucapannya, bahwa pemilu legislatif kemarin terlalu banyak kecurangan, apalagi konon sekitar 40 persent pemilih tidak memperoleh haknya, maka "skor sementara" tidak perlu membuatnya "ndepe-ndepe" untuk menyerah pada lawan tandingnya.40 % adalah jumlah yang dahsyat untuk dapat memberikan perlawanan bagi "dominasi sementara SBY". JIka angka itu benar, saya yakin angka itu adalah bukan dari penerima BLT, sebab penerima BLT pasti sudah sejak dini didaftar dan diwanti-wanti untuk mencontreng.

Apabila jumlah itu dimanage dengan benar, disertai upaya-upaya program "buffer" menghadapi BLT, maka koalisi Perubahan nasib bangsa bisa memberikan perlawanan katakanlah dengan koalisi status quo (SBY-JK) atau Koalisi status quo(Demokrat-Golkar_PKS)

Koalisi Anti Status Quo bisa berujud PDI-HANURA-GERINDRA (Sipil dan mantan militer), ataupun Koalisi Amin - Imin beserta partai-partai kecil lain yang menghendaki perubahan menuju nasib bangsa yang lebih baik.

Koalisi Amin - Imin (Amien Rais - Muhaimin Iskandar), bisa sangat potensial mengingat kedua tokoh ini memiliki basis yang spesifik, Amin katakanlah mewakili Nasionalis-Religius Muhammadiah, sementara Imin mewakili nasionalis-religius Nahdliyin, jika koalisi ini dapat "memanage" tambahan DPT Pilpres Nanti, dan memanage performance yang menarik, maka Amin - Imin, yang boleh jadi adalah "Koalisi Politisi Bulak Sumur",bisa saja menjadi pemenang.

Yang jelas, koalisi siapa dengan siapa, partai apa-dengan partai apa, itu harus ada dan memberikan permainan yang indah untuk terciptanya perubahan. Jadi jangan belum apa-apa sudah lempar handuk, sebuah mental pecundang !. Naudzu billahi mindzalik.

Jumat, 10 April 2009

PEMILIHAN PRESIDEN

Pada tanggal 24 Mei 2008, berkaitan dengan kenaikan BBM, melalui beberapa milis saya menulis BBM (Bagaimana Bapak Mengajar, Sebuah Renungan). Dalam tulisan ini dua alenia saya kutip sebagai berikut :

Kompensasi kenaikan BBM yang berujud BLT, meski banyak
menuai kritik, namun pemerintah jalan terus, dan
sekarang jumlah penerima BLT akan semakin membengkak.
Dengan berbagai alasan SBY mempertahankan cara BLT
ini, sebab cara ini sangat menguntungkannya terutama
menjelang pemilihan Presiden 2009. Sebab, bagi
penerima BLT, bantuan ini diyakini sebagai Bantuan
SBY, uang dari SBY.

JIka penerima riil BLT kedepan 30 juta kepala
keluarga, dan mereka sangat yakin BLT adalah bantuan
SBY, maka bisa dihitung berapa puluh juta suara yang
akan diperoleh SBY pada Pemilu mendatang. Capres lain
perlu memperhatikan hal ini.


Pada kesempatan lain saya berani memlesetkan kalau BLT adalah Biar Loe Terpilihkan ?
Ini dilandasi keyakinan bahwa penerima BLT konon sekarang Riilnya adalah 19,1 juta jiwa (atau KK ?)yang terbesar tentunya di pedesaan Jawa, yang sangat tahu berterima kasih (balas budi) jadi anggapan masyarakat penerima bahwa BLT adalah Uang SBY sudah barang tentu akan dibalas manis oleh masyarakat untuk memberikan suaranya bagi Partai SBY (Demokrat) dan sudah barang tentu saat Pemilihan Presiden yang sebentar lagi kita laksanakan. Keyakinan ini juga menjadi dasar kenapa saya menempatkan Partai Demokrat sebagai partai diurutan pertama yang akan mendapat peningkatan suara Pemilu Legislatif dengan alasan utam "Balas Budi"

Akankah SBY lancar melanjutkan sebagai RI 1 ?


Ketika seorang teman menulis di FB : suara kita sangat berharga karena suara rakyat telah terjual murah, kemudian ada yang balas : Benar, 19,1 juta suara dikalikan jumlah keluarganya telah terjual Rp.100.000 perbulan akan melancarkan program "Penggadaian" ratusan Juta Hektar selama 100 tahun, saya jadi tercengang. Jika itu benar, maka pendekar-pendekar cinta tanah air harus naik gunung (bukan turun gunung) agar hutan bisa diselamatkan dari kepentingansesaat. Dan harus segera merapatkan barisan untuk memenangkan yang berani "Menjaga Hutan", "Menjaga Laut". Dan menjaga seluruh tumpah darah Indonesia. Perlu diketahui, konon hutan-hutan di Sumatra sudah berada dalam Genggaman "SOROS".

Jika isue ini dimanfaatkan pasangan kandidat lain,misalnya Mega-JK, atau Amin-Prabowo,tentu perjalanan SBY ke RI 1 tidak semulus yang diperkirakan. Tentu saja isue ini harus dikonfirmasi ke Abah Kaban.

Bagi saya, siapapun presidennya kelak, komitmen akan keutuhan Tumpah Darah Indonesia adalah syarat mutlak,pemanfaatan seluruh tumpah darah kita sesuai keperuntukannya demi kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia juga sebuah keharusan. Jadi kita tunggu bagaimana kontrak politik capres-capres nantinya terutama program-program pembangunannya yang realistis. Perlu kita catat, banyak program yang ditawarkan Caleg pada kampanye kemarin, justru sebenarnya program eksekutif, bukan program legislatif. Harap maklum.

Selasa, 07 April 2009

SERANGAN FAJAR


Membaca judul tulisan ini mengingatkan kita pada judul film tempo doeloe, sebuah film kolosal perjuangan. Menjelang hari pencontrengan yang tinggal menghitung detik, serangan fajar menjadi sesuatu yang kembali popular. Istilah ini berkaitan dengan upaya mobilisasi untuk memilih kontestan tertentu, dan sudah lazim dijadikan sebagai bagian untuk mempertahankan status quo di era Orde Baru oleh partai berkuasa, oleh Rezim berkuasa.

Sehabis subuh hari ini ( 8 April 2009), saya mendapat serangan fajar secara gencar, melalui SMS untuk memilih partai tertentu. Saya yakin, banyak sidang pembaca yang mengalami hal serupa. Untuk itu, penulis mencoba memberi beberapa catatan dalam menghadapi serangan fajar tersebut.

1. Dalam pengamatan saya, Tidak Ada Partai yang steril dari KKN, berbagai pelanggaran moral dan legal dilakukan oleh semua partai yang ada, sementara partai-partai yang baru, pada hakekatnya digerakan oleh kekuatan lama yang “mengalami Racycle” atau “metamorfosis”

2. Kita gunakan Paradigma baru sesuai penentuan calon melalui sistem suara terbanyak, memungkinkan kita memilih CALON TERBAIK dari dapil kita, tanpa melihat partainya apa. Kita juga harus mahfum, mungkin kita harus memilih yang terbaik dari yang tidak baik.

3. Partai-partai yang tetap ngotot berkampanye melalui berbagai cara: millist, sms, facebook, dll pada hari tenang, pada hakekatnya adalah partai –partai yang berani melanggar hukum. Partai, caleg atau kader partai demikian JELAS SANGAT DIRAGUKAN amanahnya. Untuk Indonesia yang lebih baik, caleg atau partai demikian JANGAN DIPILIH.Karena hal tersebut merupakan cerminan menghalalkan segala cara.

4. Jangan Parteisme, karena boleh jadi, caleg dari partai yang selama ini kita gadang-gadang justru tidak lebih baik dari caleg partai lain, lakukan analisis dan keputusan dengan adil. Jangan sampai, kita berbuat tidak adil, kita berbuat dzalim kepada mereka-mereka yang tidak separtai.

5. Jika kita semua memilih dengan cara yang benar untuk Indonesia yang lebih Baik, Partai-partai yang pada pemilu 2004 ketiban suara (mendapat suara tak derduga), namun performance dan kinerjanya selama 5 tahun tidak sebagaimana diharapkan PASTI akan menjadi Partai yang kehilangan suara. Apa lagi mengingat realitas konstelasi politik saat ini.

SELAMAT MEMILIH INDONESIA, SAYA BANGGA MENJADI BAGIANMU

Jumat, 03 April 2009

BLACK CAMPAIGN DAN KEBOHONGAN PUBLIK

Mendekati hari "pencontrengan", partai-partai beserta para caleg dan tim suksesnya berpupaya dengan segala cara untuk dapat mengumpulkan "contrengan" yang paling banyak, termasuk dengan jalan menghalalkan segala cara di samping berbagai kebohongan publik yang seakan sudah menjadi kewajaran untuk dilakukan melalui berbagai media kampanye.

Jika kampanye hitam (black campaign)langsung ditanggapi secara emosional oleh pihak yang merasa tercoreng, maka kebohongan publik seakan menjadi keharusan bagi partai-partai tanpa risih atau malu melakukannya. Dengan mengkambinghitamkan "oknum" partai-partai melakukan kebohongan publik layaknya orang yang paranoid.

Kita kadang lupa, atau sengaja lupa, bahwa partai, atau organisasi adalah abiotik, yang bebas perilaku. Term perilaku partai atau perilaku organisasi pada dasarnya adalah perilaku manusia-manusia yang bergabung di partai atau organisasi tersebut. Dengan demikian upaya menutupi aib partai dengan berlindung di bawah "kambing hitam" oknum adalah perilaku tidak bertanggung jawab dari manusia-manusia lain di organisasi atau partai tersebut, atau dengan kata lain, itu menunjukan perilaku tidak bertanggung jawab dari partai tersebut.

Memang tidak etis melakukan black campaign ( jika kejahatannya benar-benar terjadi) namun sangat tidak bermoral dan illegal melakukan kebohongan publik. kebohongan publik ini biasa berupa klaim-klaim atau pernyataan-pernyataan yang sesungguhnya lain dari kenyataan.

Bagaimana kita sebagai pemilih menyikapi black campaign dan kebohongan publik ?

Untuk black campaign, gunakan sebagai masukan positif dengan tinggal mengeceknya apakah hal itu sekedar fitnah atau memang benar-bernar terjadi. Jika black campaig terhadap partai arau caleg tertentu itu memang benar, lupakan partai atau caleg tersebut dan pilih yang lebih paling baik, meskipun paling baik diantara yang tidak baik.Jangan berhenti pada bukti yang diberikan oleh lawan politik. Bila itu menyangkut caleg, yang mungkin dari dapil anda, maka cek langsung ke lingkungan dimana dia tinggal. karena jika dia caleg yang mengakar, maka lingkungan akan tahu persis siapa dia. Boleh jadi, di lingkungan partainya dia sangat dikagumi, tetapi di lingkungan tempat tinggalnya dia orang yang sangat tidak bersahabat.

Sedangkan kebohongan publik, sebaiknya kita gunakan mekanisme Class Action, untuk pendidikan politik ke depan. Untuk itu, berbagai LSM, atau paguyuban, harus mencermati setiap klaim, pernyataan dari partai-partai beserta calegnya agar bisa difollow up menuju mekanisme Class Action atau tidak. Sehingga ke depan mereka yang mau jadi wakil kita, adalah orang-orang yang layak mewakili kita.

Wallahu alam bishowab.