MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 30 Desember 2016

NEW YEAR CELEBRATION's PROBLEM FOR MOSLEM

Paling tidak ada beberapa masalah bagi seorang muslim terkait keimanannya jika melaksanakan perayaan Tahun Baru miladiah (Masehi) sebagaimana selama ini dilakukan. Masalah-masalah itu adalah, pertama, mereka terjebak pada pelestarian paganisme pendewaan kepada dewa Janus, ke dua mengikuti budaya orang-orang Yahudi dengan meniup terompet di malam pergantian tahun baru dan yang ke tiga adalah melakukan kepercayaan China kuna dengan membakar petasan/kembang api pada perayaan malam tahun baru (imlek yang bertujuan untuk mengusir binatang jahat (roh jahat).
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad dan Tirmidzi mengatakan “Siapa saja yang menyerupai suatu kaum/ bangsa maka dia termasuk salah seorang dari mereka”. Sementara itu Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyatakan : “Sesungguhnya kamu akan mengikuti perjalanan orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta; bahkan kalau mereka masuk lobang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka.” Dua hadits ini dijadikan bahan refleksi bagi kita dalam menghadapi 1 Januari 2017 esok.
Kurang lebih tinggal 2 kali 24 Jam lagi kita akan meninggalkan tahun 2016 memasuki tahun 2013. sebagaimana biasanya kita akan menyaksikan hiruk pikuk orang-orang yang akan merayakannya. Mulai dari menyiapkan kembang api dan terompet, mendatangi tempat-tempat yang mengadakan acara perayaan pergantian tahun, 1 Januari. Sebenarnya Januari berasal dari nama dewa bangsa Romawi, Janus, yakni dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang). Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.
 Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus. Urutan bulan menjadi: 1) Januarius, 2) Februarius, 3) Martius, 4) Aprilis, 5) Maius, 6) Iunius, 7) Quintilis, 8) Sextilis, 9) September, 10) October, 11) November, 12) December. Seperti kita ketahui pada tahun 1582 M Kalender Julian diganti dengan Kalender Gregorian. Dinamakan Gregorian karena dekrit rekomendasinya dikeluarkan oleh Paus Gregorius XIII. Dekrit ini disahkan pada tanggal 24 Februari 1582 M. Isinya antara lain tentang koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari kalender Julian. Pada tahun 1582 M Paus Gregorius XIII juga mengubah Perayaan Tahun Baru Umat Kristen dari tanggal 25 Maret menjadi 1 Januari.
Agama dan Umat Yahudi merayakan dan menyebut perayaan tahun baru mereka dengan nama Rosh Hashanah, yang berarti “Kepala Tahun”.Rosh Hashanah ini digunakan umat Yahudi untuk memperingati penciptaan dunia seperti yang ditulis dalam Talmud, kitab suci mereka. Mereka merayakannya dengan cara berdoa di sinagog, dan meniupkan bunyi-bunyian dari shofar (tanduk). Cara perayaan tahun baru Orang Yahudi dengan budaya meniupkan bunyi-bunyian ini diadopsi dan dimodifikasi oleh orang-orang non Yahudi, termasuk di Indonesia hanya saja untuk menghasilkan bunyi-bunyian saat ini bukan dari shofar (tanduk), melainkan bunyi-bunyian dari terompet. 
Sementara itu bangsa China merayakan tahun baru yang disebut Imlek pada malam bulan baru pada musim dingin (antara akhir Januari hingga awal Februari) atau jika memakai kalender Gregorian tahun baru ini terletak antara 21 Januari hingga 20 Februari. Di China kebiasaan merayakan imlek secara umum berisi perjamuan makan malam pada malam tahun baru, serta penyulutan kembang api dan petasan juga menyalakan lampion. Pada lampion terdapat lambang dua belas jenis binatang yang dikenal dengan shio-shio, yaitu : Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi, Tikus, Kerbau, Macan dan Kelinci. Masyarakat China meyakini bahwa pada setiap akhir tahun muncul sejenis binatang buas yang disebut Nian Show yang memangsa apa saja yang dijumpainya. Untuk menjaga diri dari serangan Nian Show, menjelang tahun baru, semua pintu dan jendela penduduk ditutup rapat hingga hari maut itu berlalu. Masing-masing keluarga berkumpul di rumah. Dalam keyakinan orang China Nian Show takut pada benda-benda yang berwarna merah, juga pada mercon dan kembang api. Oleh karena itu setiap akhir tahun masyarakat China menggantung kain, lampion dan kertas merah di rumah-rumah dengan dilengkapi puisi-puisi indah dalam tulisan, serta menyulut petasan dan kembang api untuk mengusir makhluk Nian Show yang berupa hawa jahat. Dan saat ini kebiasaan menyalakan petasan dan kembang api menjadi hal yang biasa dilakukan setian merayakan tahun baru 1 Januari (tahun masehi).
 Ditinjau dari ilmu kimia, warna nyala berbeda-beda berasal dari berbagai logam. Alumunium menampakkan warna perak dan putih berkelap kelip, Barium menghasilkan warna hijau, Kalsium menghasilkan warna nyala oranye, Natrium kuning, Magnesium menghasilkan warna putih, Titanium merah, Stronsium warna merah. Logam-logam itu dalam bentuk garam nitrat, klorat atau perklorat. Sedangkan komposisi bahan untuk penyalaan (sumbu) biasanya adalah serbuk hitam yang merupakan campuran dari carbon, belerang, pospor. dengan potasium nitrat, klorat dan perklorat. Efek melesat, meledak dan menyala ada hasil oksidasi berbagai logam tersebut dan menyala adalah fenomena oksidasi (terbakar) yang mencapai titik nyalanya. Dengan kandungan tersebut maka dapat diprediksi hasil pembakarannya di ucara yang sekaligus menambah emisi oksida-oksida yang dapat menjadi polutan udara seperti Yang utama adalah Oksida belerang dan oksida nitrogen, sebagai penyebab acid rain, Hasil pembakaran karbon menjadi karbon dioksida (salah satu gas rumah kaca) yang menyebabkan global warming, sedang pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas karbon monoksida yang memiliki daya afinitas terhadap hemoglobin (Hb) lima puluh kali (50 X) lebih kuat dari oksigen, sehingga mengahibatkan kematian bagi penghirupnya sebagai contoh fenomena mati lemas dalam mobil tertutup. 
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya adanya dominasi senyawa klorat dan perklorat, maka dapat dipastikan ion clorin akan terbebeas. Keberadaan klorin dalam waktu panjang sampai ke stratosfir dan mampu menguraikan ozon (O3), menjadi oksigen sehingga lapisan Ozon di stratosfir menipis yang secara extrim disebut sebagai lubang ozon (Black Hole). Padahal keberadaan Ozon berfungsi sebagai "filter" dari sinar ultra violet maka menipisnya atau berlubangnya lapisan ozon mengakibatkan sinar ultra violet berlimpah ada atmosfir. Tragisnya, UV ini bersifat mutagen, atau sebagai penyebab mutasi, maka akan hadirnya berbagai mutan di bumi tidak dapat dihindarkan, termasuk mutan manusia paling dahsyat, Dajjal.
Dari uraian di atas, berarti ada beberapa kepercayaan dan penghormatan dalam merayakan tahun baru 1 Januari, yakni, penghormatan Dewa Janus, Membunyikan terompet ala orang Yahudi dan membunyikan mercon, kembang api sebagai mana layaknya kepercayaan orang-orang China . Jika kita kembalikan pada hadist yang ditulis pada awal tulisan ini, maka sebagai introspeksi benarkah langkah kita jika kita ikut-ikutan merayakan 1 Januari dengan apa yang kita lakukan selama ini ? Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aktivitas aktivitas itu sangat mubadzir secara ekonomi dan sangat tidak ramah lingkungan dengan berbagai polusinya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/darwonogurukita/satu-januari-menghormati-dewa-janus_58654161f87e61350a3c5614