MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 29 November 2015

GURU PENEMPA PERMATA BANGSA

Di hadapan peserta diskusi publik yang diselenggarakan oleh Barisan Nusantara di hotel Sofyan Betawi Menteng Jakarta , Minggu 29 November 2015 yang mengangkat thema Penguatan Peran dan Kualitas Guru, Tuan Guru menekankan perlunya pengembangan guru yang dilandasi prinsip prinsip Andragogy sesuai dengan realitasnya guru sebagaj insan dewasa yang telah memiliki pengalaman belajar panjang.
Di samping penguatan 4 kompetensi guru (Profesional, pedagogik, kepribadian dan sosial), Guru dalam kapasitasnya sebagai "Penempa Permata Bangsa" perlu mengembangkan pembelajaran berkarakter Nusantara, yang disebut sebagai pendekatan PASTI BISA (Proaktif, Antusias, saintifik, Toleran, Inspiraif, Bijak dan Santun).
Menanggapi berbagai pertanyaan dari peserta diskusi, Tuan Guru menjelaskan bahwa sesuai dengan perubahan paradigma pendidian, yakni "Stusents centered",, pendidikan berpusat murid, maka sesungguhnya yang perlu sangat dikuatkan adalah murid, yakni melalui penguatan keluarga, pendidikan keluarga harus mampu melahirkan anak-anak yang berkualitas sehingga mampu menjalankan perannya dalam dunia pendidikan yang berpusat murid.
Hal lain yang juga diungkapkan oleh Tuan Guru adalah dengan diterapkannya Pendekatan sain, maka sesungguhnya, terutama untuk bidang IPA, keberadaan Laboratorium yang sesuai tuntutan kurikulum harus tersedia. pemerintah sudah seharusnya mengutamakan hal ini untuk semua sekolah, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia. Ini sesungguhnya hal-hal yang harus diprioritaskan, namun sepertinya belum disentuh. Guru, yang dalam konteks pendidikan saat ini kedudukannya sekedar sebagai "Fasilitator", maka kemampuan memfasilitasi itulah yang perlu dikedepankan. Sedangkan hal lain dapat diperoleh dari berbagai sumber, karena saat itu Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar.
Ketika ditanya tentang kurikulum oleh para wartawan,kami menjelaskan bahwa dengan segala diversitas dan disparitas kondisi peserta didik,potensi daerah dan karakteristik lain, maka kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum yang pas untuk kondisi Indonesia apalagi untuk mengakomodir visi Kejayaan Maritim, sekolah-sekolah yang berada di Ekologi pesisir dapat merumuskan indikator-indikator spesifiknya terkait kemaritiman seperti marine Bjuioteck dll.
Sementara itu, sekolah-sekolah dengan ekologi dataran rendah, hingga dataran tinggi dan karakter-karakteristik lain dapat memfokuskan pada tujuan-tujuan spesifik yang sesuai dengan lingkungannya,sehingga sumber belajara jadi mudah dan peserta didik dapat mempersiapkan diri untuk mengelola daerahnya. Secara umum pendidikan Indonesia harus menghasilkan outcome yang mampu mengelola Indonesia dengan segala diversitasnya, dengan segala kebinekaannya. Mengutipapa yang disampaikan Mrs. rabecca dari USAID, " Di Amerika pun sekolah-sekolah lebih memilih kurikulumnya sendiri ketimbang kurikulum yang disediakan pemerintah" demikian katanya saat diskusi keguruan di IPB Bogor dalam rangkaian Pesta Sain Nasional.
"Untuk apa kita berfikir tentang keunggulan bersaing global kalau realitasnya Indonesia terlantar karena generasi penerus tidak mampu mengelola Indonesia. Indonesia kaya raya, dan dengan mampu mengelola Indonesia, kita mampu bersaing secara global terutama terkait dengan posisi Indonesia sebagai Megabiodiversity Country. karena realitasnya dunia sangat membutuhkan berbagai sumber daya yang berasal dari Indonesia" demikian penegasan kami.
Guru Indonesia, harus diorientasikan memfasilitasi anak-anak bangsa untuk ditempa menjadi permata-permata indah yang mampu mengelola Indonesia dengan segala diversitasnya. Demikian disampai Tuan Guru di hadapan peserta diskusi yang berasala dari berbagai daerah seperti Jabar, Banten,maluku, Nudsa tenggara barat, jawa tengah, DIY dan daerah lain dari berbagai latar belakang pengamat, praktisi,danbirokrat, dan pers pemerhatipendidikan.