MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 17 Juli 2009

WE ARE THE ONE

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIU'UN,
Anything came from Allah and Shall go back to Him.

Kita semua merasa berduka atas musibah yang kembali terjadi dengan adanya ledakan bom di Hotel J.W Marriot dan Ritz Carlton komplek Mega Kuningan Jakarta.Sembilan orang saudara kita tewas dan lima puluh tiga luka-luka akibat musibah ini. Sudah barang tentu ribuan bahkan jutaan saudara-saudara kita menjadi trauma dan Terluka atas apa yang terjadi. Belum lagi efek domino yang ditimbulkan pasca tragedi ini. Paling tidak impian anak-anak negeri ini untuk bertanding melawan kesebelasan terkenal Manchester United jadi terkubur.

Pidato Presiden RI, SBY, beberapa saat setelah terjadinya ledakan ini, tidak akan mampu mereda spekulasi yang berkembang.Bahkan Pidato SBY yang mengkait kaitakan dengan hasil Pemilihan Presiden bisa menyemai spekulasi baru dan menyeret anak-anak bangsa saling curiga, saling menuduh, dan saling menyerang. Semoga hal ini tidak terjadi.

Pelaku pemboman bisa siapa saja, Orang Luar, Orang Dalam atau Orang Luar-Dalam. Jika yang melakukan pemboman adalah orang luar, maka sungguh naif, keledai saja tidak mau terperosok untuk ke dua kalinya. Apa bila pelakunya orang dalam, maka sesungguhnya managemen Marriot harus benar - benar dibenahi karena mengindikasikan adanya pembusukan dari dalam.

Pelaku juga bisa saja orang Luar-Dalam, artinya orang yang secara organisatoris tidak berada di bawah managemen Marriot, tetapi karena fungsi dan kedudukannya, bisa keluar masuk hotel dengan tidak dikontrol pihak keamanan hotel. Dengan demikian pelaku dapat menjalankan aksinya sebebas dia keluar masuk pintu hotel tersebut.Adakah pihak yang memiliki kedudukan demikian di hotel tersebut ?

Siapapun pelaku pemboman yang menimbulkan korban orang-orang tak berdosa, sudah pasti adalah orang yang sudah tidak memiliki kemanusiaan dalam hati dan fikirannya.
Apalagi jika orang ini mengklaim dirinya adalah salah satu dari kaum muslimin. Sebab, bagi umat Islam sudah jelas, bahwa manusia adalah umat yang satu (umatan Wahidah)dimana yang paling baik diantara kita adalah yang paling bermanfaat, bukan yang paling berani membuat mudlarat.Terrorist is Terrorist, and Islam is Blessing for The Universe.

Berikut, adalah intisari dari salah satu ayat dalam Al Quran, yang terdapat pada Surat Al Maidah ayat 32, yang artinya : Barang siapa membunuh seseorang bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, MAKA SEAKAN DIA TELAH MEMBUNUH SEMUA MANUSIA. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, MAKA SEAKAN AKAN DIA TELAH MEMELIHARA KEHIDUPAN SEMUA MANUSIA

Rasanya, tidak ada hal yang lebih indah dari pada ketika kita bisa menjadi Rahmat bagi alam semesta. Ketika Kita bisa menjadi saudara bagi seluruh umat Manusia.Ketika kita bisa mencipta Taman Firdaus Dunia tempat bermain dan bernyanyi anak-anak semua bangsa.Because We are The One.

Minggu, 12 Juli 2009

PENDIDIKAN BERBASIS LINGKUNGAN

Ketika Wapres JK mengungkapkan tentang “Anak yang bodoh harus minggir” hati saya yang sudah terluka oleh system pendidikan yang semakin Neoliberal (semuanya dirancang untuk kepentingan Pasar), semakin perih seakan disiram kuah empek-empek (air garam, cuka, cabai). Betapa tidak, berpuluh-puluh tahun berkutat dalam pendidikan yang peserta didiknya berasal dari kaum marginal (dhuafa dalam berbagai aspek termasuk IQ nya) dan selalu beremphati untuk tidak mengucapkan kata-kata yang bernada pelecehan, tiba-tiba orang yang dianggap pemimpin negeri ini berkata seenak pusernya.

Keprihatinan semakin menumpuk ketika kita melihat realitas “Pendidikan Berbasis Pasar” di setiap tahun ajaran ini. Hampir dipastikan, yang dapat masuk ke sekolah-sekolah unggulan, adalah mereka-mereka yang secara financial juga unggul dan tetep saja anak-anak bangsa dari saudara-saudara kita yang papa hanya dapat masuk ke sekolah-sekolah dhuafa juga.

Proses Marjinalisasi pendidikan seolah berjalan secara demokratis, tapi sesungguhnya merupakan pelumpuhan sistemik terhadap anak bangsa yang tidak mampu. Bagi mereka yang kaya, proses penguatan kompetisi dilakukan sejak dini, dengan uangnya mereka dapat mengundang guru privat sampai ke bimbingan belajar ternama sehingga wajar saja memperoleh NUM tinggi akan menjadi mudah. Apalagi, kita tidak bisa menutup mata, banyak BIMBEL "nakal" yang dengan segala cara "Membantu" peserta bimbel nya untuk memperoleh NUM tinggi.

Ironisnya, sekolah-sekolah unggulan terutama sekolah negeri, yang murid-muridnya mayoritas orang mampu, mendapat perhatian dan support besar-besaran dari pemerintah. Berbagai alokasi dana, tersedia untuk meningkatkan sekolah unggul ini. Hal ini berarti, bagian besar uang rakyat teralokasikan untuk membentu anak-anak orang kaya. Sebuah paradoks yang sanggat gila !. Kita membantu orang yang mampu. Sebuah proses pendidikan berketidakadilan.

Selain menampilkan ketidak adilan pendidikan, pendidikan berbasis pasar, dimana orang-orang yang mampu (bermobil) akan mencari sekolah favorit dimanapun (bagian Mana saja di Jkt – pen), akan menyumbangkan deretan kemacetan yang berarti inefisiensi energy, dan juga semakin membumbungkan konstribusi emisi polutan udara. Sementara itu, peserta didik dari kelompok marginal di lingkungan sekolah unggul juga harus mengeluarkan biaya transportasi dll yang berarti semakin menambah beban keluarga.

Berpijak pada realitas tersebut, menurut hemat saya, sebaiknya pola penerimaan peserta didik di Jakarta bukan dilandasi oleh “Pendidikan Berbasis Managemen Pasar” tetapi berdasar Pendidikan Berbasis Lingkungan, Sekolah-sekolah di lingkungan tertentu, terutama yang negeri, merekrut peserta didik (dari latar belakang apa saja, tidak juga berdasar nilai UN) seleksi dilandasi oleh domisili siswa terhadap sekolah itu (radius).

Dengan cara itu, maka :

1.Sekolah negeri peserta didiknya adalah heterogen sehingga sekolah mencerminkan kondisi riil lingkungan. Proses pendidikan diarahkan untuk dapat saling bertoleransi, menghargai perbedaan sesuai prinsip Bhineka Tunggal Ika, sehingga pendidikan bukan saja preoses pembelajaran menjadi pintar, tapi juga pendidikan menjadi warga Negara yang bersemangat Kebangsaan.

2.Berbagai inefisiensi dan dampak dari mobilisasi (lalu lalang siswa) dapat dikurangi, termasuk dampak-dampak pada lingkungan hidup kita.

3.Memang, managemen kelas akan menjadi komplek, dan guru harus mengerahkan segala kemampuannya dalam proses pembelajaran. Bagi guru negeri, ini adalah suatu konsekuensi dari berbagai fasilitas yang diterimanya yang berasal dari uang rakyat.

Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Senin, 06 Juli 2009

MY PRAY FOR INDONESIA


DOA PEMILU 2009

Ya Allah,
Segala debat telah di rehat,
Berjuta alasan telah di kemas
Bermilyar argumentasi telah dipresentasi

Hanya Engkaulah yang maha tahu Kebenarannya
Hanya Ekgkaulah yang Maha Tahu Segalanya

Hamba memohon hanya kepada-Mu ya Allah !
Bimbinglah hati saudara kami sebangsa
Agar dapat melilih pemimpin yang TERBAIK menurut-Mu
Karena yang terbaik menurut-MU pasti terbaik untuk bangsa kami

Jauh kan hati bangsa kami dari tipu daya si pengembara Dajjal
Yang melihat dunia hanya dengan satu mata,
Materialisme.
Yang menawarkan segala kemanisan kapitalisme.

Ya Allah, jadikan hati bangsa kami tetep Istikomah
Untuk memilih pemimpin yang penuh Marhamah
Hingga bangsa ini hidup penuh barokah
Di bawah naungan maghfirah dan Rahmah-Mu, Ya Allah.


(Saudara-Saudara Sebangsa Mari KIta Terus Berdoa untuk Kebaikan Bangsa Kita)

Kamis, 02 Juli 2009

NEW ECONOMIC PARADIGM

Bertempat di lantai 4 gedung Dewan Pers Di Kebon Sirih Jakarta, diskusi tentang Paradigma Ekonomi Baru untuk Indonesia yang lebih brdaulat dan bermartabat berlangsung on air dan menghadirkan tiga pembicara yakni Profesor Jeffrey Wnters, Ph.D, Rizal Ramli, Ph.D dan Hendri Saparini , Ph.D. Di hadiri oleh Insan Pers, Akademisi, dll.

Pada kesempatan tersebut, penulis menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan realitas perekonomian dan kebijaksanaan ekonomi yang dilakukan oleh Pemerintahan SBY.Diantaranya :

1. Kebijakan Privatisasi BUMN – BUMN (40 BUMN) terutama BUMN strategis yang menguasai hajat rakyat banyak hanya karena alasan missmanagement, analog dengan mengobati Kanker hanya dengan balsem, salah terapi. Tidak menyembuhkan, cuma panas sesaat, dan kemudian lemah dan semakin lemah.

2. Di tengah sector pertanian kita sangat lemah (infra struktur rusak dll) dan belum mampu bersaing dengan produk pertanian luar yang membanjiri Indonesia (bawang merah, bawang putih, kedelai dll), SBY justru menjadi inisiator Liberalisasi Sektor Pertanian beberapa waktu lalu, sama artinya menggantung leher petani kita hanya untuk memuaskan Negara-negara Neoliberal.

3. Melihat realitas hancurnya tatanan ekonomi dunia baik sosialis maupun kapitalis, tentunya penataan ekonomi dengan Paradigma baru, yakni tatanan yang La syarkiyah walaa Ghorbiyah, Laa Sosialis walaa kapitalis, yang penulis sebut sebagai Paradigma Ekonomi Berketuhanan yang Maha Esa, paradigma ekonomi yang dilandasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang yakin akan tuntunan ilahiyah, yang berbagi antara agniya dan dhuafa, yang bebas dari Explorationg Der Long Parlong dan bersih dari campur tangan Riba, dapat menjadi pilihan untuk membangun ekonomi Indonesia yang berdaulat dan bermartabat.

Dengan paradigma ekonomi yang berketuhanan yang maha esa, yang bebas hutang dan riba, bangsa Indonesia akan sejahtera dan berkah, berdaulat dan bermartabat karena tidak didikte olek Negara Donor (Kreditor). Insya Allah.

Ahirnya penulis mohon maaf terutama kepada pendengar RRI dimana saja berada jika dalam penyampaian pemikiran-pemikiran tersebut, terkesan emasional, karena sungguh penulis penuh emosi melihat saudara-saudara kita yang hidup semakin menderita, namun pemimpin=pemimpin bangsa ini masih tega bermain kata. Masya Allah !



Catatan :
Mestinya pemimpin-pemimpin partai berbasis masa agamis memanfaatkan kondisi riil untuk memilih paradigma Ekonomi berketuhanan Yang Maha Esa, sayangnya mereka terjebak pertimbangan PRAGMATIS untuk memperoleh Kue Kekuasaan dengan rela berkomplot dengan Pengusung Agenda Neoliberal yang telah terbukti Menyengsarakan Rakyat. Catatan ini perlu diingat untuk pemilu mendatang tentang bagaimana partai 2 itu sesungguhnya. .