MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 29 Oktober 2014

JOKOWI DAN KABINET MERITOKRASI

Sebuah puisi berjudul “Meritokrasi” pernah kami tulis pada awal tahun delapan puluhan, Puisi itu menyimpulkan “duania terasa wingit, bagai mereka tanpa merit” . Dalam intuisi kami, suatu saat akan tercipta dimana Merit alias Prestasi akan menjadi ukuran dan sistem yang diterapkan dalam menata kehidupan. Demikian pula kabinet kerja yang disusun Presiden Ir. H. Joko Widodo.
Kabinet yang menurut hemat kami adalah kabinet “win-win Solution”, dimana Presiden Jokowi mencoba dengan hati-hati menyusun Kabinet dengan mengakomodir berbagai tuntutan dan prasyarat, namun tetap “Jokowi Banget”. Tonggak sejarah penyusunan Kabinet Kerja, juga menampilkan berbagai catatan penting dari profil para anggota kabinetnya.
Kabinet yang disusun dengan berbagai penelusuran, terutama integritas dan kebersihan sang Calon Mentri, rupanya pertimbangan Record Prestasi (merit) rupanya juga menempati prioritas tinggi, dibanding atribut lain, terutama pendidikan formal. Hal ini paling tidak dapat ditelisik dengan masuknya Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan .
Wanita yang lahir di Pangandaran, Jawa Barat pada 15 Januari 1965 tersebut ternyata hanya memiliki ijasah SMP. Dia memang sempat mengenyam pendidikan SMA di Yogyakarta, namun dikeluarkan pada saat kelas II SMA. Ini tentu sebuah catatan dengan tinta emas, bahwa prestasi, yang telah dibangun melalui pendidikan “lengsung” di dunianya, mendapat apresiasi oleh pasangan Presiden dan wakil pre4siden Jokowi-JK.
Memang, jika kita melihat pendidikan wanita Istri penerbang ini hanya lulus SMP, namun sebagaimana komentar Gundala Wijasena yang merupakan kakak kelas Susi di SMA 1 Yogyakarta (SMA Teladan), bahwa yang diterima di SMA 1 Yogyakarta adalah murid yang pilihan, dengan IQ tinggi, maka penulis yakin Susi pasti memiliki kemampuan yang luar biasa dan memilih “pengembangan dirinya” melalui sekolah nyata dengan berkarya. Dan memang, realitasnya banyak tokoh hebat yang justru keluar dari pendidikan formalnya. Dan dunia semakin memilih mereka yang memiliki prestasi real menjadi panutan, itulah dunia meritrokrasi.
Prestasi Susi Pudjiastuti dapat dilihat dari jabatan yang sudah barang tentu menuntut kepiawaian tinggi. Berikut jabatan yang diduduki Susi Pudjiastuti: 1. CEO of PT. ASI Pudjiastuti (Marine). 2. CEO of PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air). 3. CEO of PT ASI Pudjiastuti Flying School (Susi Flying School). 4. CEO of PT ASI Geosurvey. 5. Board of Advisor of HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia). 6. Independent Environmental Activist. 7. Ketua Komite Pembangunan UKM Kadin Indonesia
Prestasi Ibu Susi Pudjiastuti dapat kita lihat dari berbagai penghargaan yang diperolehnya diantaranya : 1. People of The Year 2013; by MNC Group Newspaper (Koran Sindo), 2014. 2. Award For Innovative Achievements, Extraordinary Leadership and Significant Contributions to the Economy; APEC Women and the economy summit (WES), 3. U.S; by APEC, 2011. 4. Ganesha Widya Jasa Aditama Award; by Institut Teknologi Bandung, 2011. 5. The Indonesian Small & Medium Business Entrepreneur Award; by Ministry of Cooperative & SMEs, 2010. 6. Sofyan Ilyas Award, by Ministry of Marine Affair and Fisheries, 2009. 7. The Best Indonesia Berprestasi Award; by PT. Excelcomindo Pratama, 2009.
8. Saudagar Tatar Sunda, by KADIN of West Java, 2008. 9. Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, by Governor of West Java, 2008. 10. Award for Economics, Inspiring Woman Award for Economics; by Metro TV, 2006. 11. Pelopor Ekspor Ikan Laut; by Governor of West Java, 2005. 12. Young Entrepreneur of the Year; by Ernst and Young Indonesia, 2005. 13. Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise; by President of RI, 2005. 14. Pelopor Wisata; by West Java Department of Culture & Tourism, 2004. 15. Purwa Citra Priangan, Peningkatan Kehidupan Nelayan; by Pikiran Rakyat, 2004.
Dan sudah barang tentu adalah penghargaan setinggi-tingganya dari kami, atas kessediaan Ibu Susi Pudjiastuti untuk ikut mengurus Negara, yang justru menjadi Andalan pemerintahan Jokowi-JK saat ini yakni yang terkait dengan kemaritiman untuk mengangkat derajat Indonesia menjadi Negara Hebat ! Dipercayanya Susi Pudjiastuti sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan meski hanya Lulus SMP tetapi dengan Prestasi Luar Biasa menunjukan bahwa kabinet Jokowi, selain bercirikan para Doer (stereotype Doer dapat dilihat dari kemeja yang digulung), para pekerja, namun bukan sekedar pekerja, Kabinet Jokowi adalah Kabinet Pekerja Berprestasi, kabinet Meritokrasi.
Harapan masyarakat pada kabinet kerja sungguh besar, semoga harapan masyarakat dapat dijawab dengan prestasi nyata dari para pekerja berprestasi itu. Selamat berjuang saudaraku !

Senin, 20 Oktober 2014

JOKOWI, WE TRUST U MR PRESIDENT !

Menjelang perrayaan tahun baru 1 Muharram 1436 Hijriyyah beberapa hari yang akan datang, Pidato Pertama Pressiden RI Ir. Joko Widodo seakan menemukan konteksnya. Assura yang juga diyakini sebagai hari berlabuhnya Perahu Nuh AS. di Puncak Juddi (Puncak Dunia Baru), seakan menjadi relevan dengan Seruan Jokowi yang mengajak seluruh elemen bangsa naik ke Bahtera Indonesia, sebagai bangsa Maritim. Seruan itu seakan seruan Nuh kepada kaum nya agar mau naik ke perahu untuk menyelamatkan kaumnya dari air bah yang segera datang. Seruan Jokowi mengajak kita untuk menghadapi tantangan riil yang semakin dahsyat dengan Bahtera Indonesia yang dinahkodainya.
Pidato Pertama Jokowi bagi kami dimaknai sebagai ajakan untuk bersama sama mengelar pelayaran agung bahtera Indonesia dengan kerja sama seluruh bangsa. Selain menyadarkan sebagai bangsa Bahari, pidato itu juga memunculkan fakta bahwa Presiden Jokowi sangat sadar, tanmtangan begitu besar, Bahtera Indonesia harus benar-benar dilayarkan dengan spirit kerja sama. Kita selayaknya segera bertekad dengan ”Bismillahi majreha wa mursaha, inna robbi la ghofurur rohim” mari bahu membahu melakukan perahu Indonesa terus maju. Kita adalah putera puteri bahari yang siap menaklukan badai dan karang untuk mencapai dermaha impian, inilah yang meskinya kita ikrarkan bersama, bukan hanya sumpah Jokowi, tetapi harus menjadi sumpah kita bersama.
Pidato dilakukan dengan tenang, sehingga terasa tartil (las las an - jw) mengungkapkan secara ringkas dan jelas dengan memposisikan diri sebagai TEAM BUILDER bukan One Man Show. Jowkowi telah dilantik oleh MPR artinya milik seluruh bangsa. Oleh karenanya hapus jarak No. 1 dan No. 2, Yang ada adalah No. 3 dari Pancasila, Persatuan Indonesia, salam 3 jari !. Memang masih banyak oknum-oknum yang mencoba mengusik dengan pernyataan dan pertanyaan yang tidak perlu.
Bagai penulis, Mereka yang terus mengusik semangat kekuatan kerelaan pendukung Jokowi pada hakekatnya sebagai cerminan hatio yang parah : dengki dan iri hati. Juga mereka adalah pribadi pribadi yang Tidak memiliki Empati dan tidak memahami karakter bangsa ini. Ironisnya hal ini banyak dilakukan oleh elit. Di sosial media banyak pertanyaan dan pernyataan serta gambar yang mencoba memojokkan Jokowi dengan Tasyarkuran Rakyat yang begitu meriah. Foto itu bermaksud memojokan Jokowi tetapi sebenarnya membuka kelemahan pemuatnya.
Kekuatan kerelaan yang ditunjukan oleh mayoritas rakyat Indonesia pendukung Jokowi yang tulus membantu apa saja yang mereka mampu tentu TIDAK DAPAT DIPAHAMI oleh mereka yang EGOIS DAN CLAMIT. Tetapi sesungguhnya jika kita tengok SEJARAH PERJUANGAN BANGSA, rakyat Indonesia adalah bangsa yang Rela MEMBANTU APA YANG MEREKA MAMPU untuk perjuangan. Tentu saja Para Cecunguk Penjajah sangat Terusik. Jika ada yang terusik dg kerelaan pendukung Jokowi ini menunjukan mereka adalah seorang Individualis Egois, yang tidak paham Ikatan Batin dan Jiwa Gotong Royong.
Meskipun elit yang dulu berseberangan pada akhirnya menunjukan nuansa berbada, itu Wajar saja Ketika fakta dukungan thdp Jokowi begitu dahsyat, maka banyak yang berbelok menyatakan dukungan. itu sebuah tuntutan nyata. Pertama, Itu instink mimikri dalam upaya survival. Sebab jika tidak melakukan hal itu mereka akan berhadapan dg fakta, kekuatan kerelaan. Yang Hebat ya Jokowi, tetap menyambutnya mesti kami yakin Jokowi tahu yang sesungguhnya. Bagi kami setelah diperlihatkan berbagai fakta kemudian berbalik bertobat, itu hanyalah seperti taubat saat sakaratul maut tidak bermakna.
Kedua, jika kita menilik ke teori motif, dimana Motif selalalu butuh pemuasan. Maka Ketika alat pemuasnya telah tercapai, maka dia merasa nyaman. Namun yang namanya manusia, selalu membangun sensasi untuk meraih kepuasan baru yg addiktif. Saat ini terasa tenang krn alat pemuas berupa jabatan di parlemen telah diraih. Jokowi harus terus “ruruh sarta wasis samubarangipun” tetap WASPADA dalam segala hal, termasuk terhadap langkah langkah macan yg mendekat.
Perlu disampaikan disini, memang banyak masukan sejak dari pooling, survey hingga kajian kajian track rekord oleh berbagai pihak dalam upaya mewujudkan Kabinet yang Ideal, The dream team. Namun perlu disadari pula, bahwa mereka yang unggul di survey, atau faktanya memang memiliki kehebatan, tidak mesti akan menjadi sebuah team yang hebat secara otomatis. Dua penyanyi hebat tidak otomatis menjadi satu duet yang kompak dan serasi, boleh saja bahkan menjadi duel dalam bernyanyi. Sebelas pemain bola yang paling top, tidak otomatis menjadi satu kesebelasan dengan permainan yang sangat menawan. Terkait dengan team, tidak sekedar menyangkurt teknik, adfa khemistri, ada hal-hal lain yang sangat diperlukan
Walau demikian kami sangat yakin Orang yang banyak berinteraksi lansung dengan orang banyak, maka kejelian intuisi terhadap orang lain jauh lebih tajam dari pada mereka yang bangga di belakang Meja dan asing di menara gading. JOKOWI dapat mengandalkan ketajaman itu dalam merancang bangun “Construct” kabinetnya. Berilah Prerogrative Jokowi Sepenuhnya jika ingin tercipta Indonesia Hebat. Oleh karenanya kami dapat mengatakan : We Trust U, Jokowi !

Selasa, 14 Oktober 2014

BLINGSATAN, PETAKILAN, AROGAN BUKAN JIWA AHLI SURGA

Sebuah panggilan mesra diberikan kepada Jiwa yang tenang (nafsul Muthmainnah) untuk memasuki jama’ah Hamba-Nya dan dipersilakan masuk Surga. Sejauh penelusuran penulis, inilah satu-satunya panggilan mesra untuk ahli surga sebagaimana termuat dalam al Qur’an sebagai berikut :
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30). Tentu saja kita semua ingin tahu apa saja deskripsi dari Jiwa Ahli surga itu. Melalui sebuah doa, yang diajarkan Rasulullah, deskripsi Nafsul Muthmainnah adalah :
(Allohumma inni as-aluka nafsaa bika muthma-innah, tu’minu biliqoo-ik, watardlo bi qodloo-ik, wataqna’u bi’athoo-ik) Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridha dengan ketetapanMu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu. Melalui doa mohon nafsu Muthmainnah di atasa, kita dapat memahami ada 3 unsurnya yakni 1. Yakin akan pertemuan dengan Allah, 2. Puas dengan ketentuan- Nya dan 3. Menerima keputusan-Nya. 1. Yakin Bertemu Dengan Allah Ciri yakin akan pertemuan dengan Allah dapat kita pahami dari ayat berikut :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S Al Kahfi : 110) Dari ayat diatas dapat kita pahami bahwa orang yang yakin dan berharap berjumpa dengan Allah dia akan : 1. melakukan amal Sholeh dan 2. Tidak menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya.
2. Ridlo (Puas) dengan Apapun dari Allah : Ciri ke dua dari Jiwa Ahli Surga adalah Ridlo dengan Qodlo Allah, dengan segala ketentuan dari Allah, sudah barang tentu dengan Ridlo kepada_nya Allah pun Ridlo kepadanya (Rodliyallahu anhu warodluu anhu). Gambaran tentang hamba dan Tuhan yang saling Ridlo dapat kita pahami dari Al Qur’an yang artinya sebagai berikut “Seungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhannya ialah syurga Adn (tempat tinggal yang tetap), yang mengalir di bawahnya beberapa sungai; kekallah mereka di dalamnya selama-lamanya; Allah Ridlo akan mereka dan merekapun Ridlo (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Balasan yang demikian itu untuk orang-orang yang takut (melanggar perintah) Tuhannya.
3. Qona’ah Menurut bahasa qanaah artinya merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat tamak, sifat tersebut berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt merupakan karunia yang tiada terhingga.
Diantara beberapa contoh yang mencerminkan sifat qanaah adalah sebagai berikut : * Menerima dengan ikhlas setiap rezeki yang diberikan Allah Swt. * Senantiasa berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dari Allah Swt. * Bekerja keras dan tetap optimis. * Tidak berlebih-lebihan artinya membelanjakan harta sesuai kebutuhan Sifat qanaah tidak membuat orang mudah putus asa atas ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt, baik berupa ketakutan, kelaparan, bencana, maupun kekurangan harta benda. Akan tetapi, mereka akan tetap bersabar menerima ujian tersebut dan tidak patah semangat untuk menjalani kehidupannya kembali. Hal ini sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al qur`an surah Al Baqarah:155)
Sebagai bangsa Indonesia saat ini kita sedang menghadapi berbagai fenomena yang memprihatinkan. Sikap tidak mau menerima kekalahan, Melakukan Arogansi bahkan anarki seakan menjadi hal yang syah dilakukan oleh orang muslim atas nama kebebasan ekspresi, bicara dan berperilaku dan demokrasi, entah landasannya apa. Mudah-mudahan tulisan di atas dapat menyadarkan kita baha Jiwa Ahli surga adalah Jiwa Muthmainnah, Jiwa yang Tenang. Sebaliknya, Blingsatanm Arogan, Anarki bukanlah Jiwa Ahli Surga.
Dalam kesempatan ini, kita jadi ingat pitutur tentang jiwa tenang, yang harus dimiliki oleh Para Satria, Para pemimpin. Jika kita memperhatikan "Jiwa Ahli Surga", kemudian kita terapkan pada konsep kepemimpinan yang tertuang dalam tembang Macapat "kowe iku satria arane, kudu anteng jatmika ing budi. Ruruh sarta wasis, samubarangipun" nampak bahwa itu adalah "konsep kepeimpinan surgawi, Holistic Leadership yang kami kembangkan. Bagaimana dengan Pemimpin di sekitar kita, tenang ? Blingsatan ? Arogan ? Sombong ?

Minggu, 12 Oktober 2014

The 7 Steps of Spiritual Quotient (SQ)

Dalam buku The 7 Steps of Spiritual Quotient (SQ) , Eckman memberikanempat sifat Individu Spiritual sebagai berikut : 1. Kebaikan yang jelas 2. Kesan ketidak egoisan, kurangnya perhatian tentang status, ketenaran danego. Transparansi antara kehidupan pribadi dan public mereka. 3. Energy belas kasih yang memelihara orang lain. 4. Kekuatan perhatian yang menakjubkan.
Pengertian Pribadi Spiritualis sejati, yakni pribadi yang sadar bahwa bila kitasaling tergantung dengan segala sesuatu dan semua orang lain, bahkan fikiran,kata dan tindakan yang paling kecil dan tak penting memiliki konsekuensi nyatadi seluruh alam semesta. Dengan demikian sebenarnya Pribadi Spiritualis sejadiadalah Pribadi Muttaqqin, yang haqqo Tuqotih, karena hakekat taqwa adalahkeyakinan bahwa kita harus menjadi rahmat bagi alam semesta, penebar kasih bagiseluruh alam, sebagai Rahmatan Lil alamin. Ada 7 langkah untuk menuju Pribadi spiritualis, yang terklasifikasi dalam 3tahapan yakni : Memahami Kebenaran situasi kita , terpusat dalam kebenaransituasi kita dan tahap ke tiga adalah bertindak berdasarkan kebenaran di duniayang lebih luas. Lebih jauh, ketujuh langkah menuju Kecerdasan Spiritual (SQ) sebagai berikut :
1.Kesadaran : Kita menjadi sadar bahwa kita tersesat, bahwa kita tak memahami maksudkehidupan kita. Bahwa rasa “tidak tahu” yang internal ini sesungguhnya adalahrasa sebenarnya dari diri yang terbelenggu oleh kurangnya kecerdasan apapununtuk dapat melepaskan diri. Dalam bahasa kita, Kita jadi sadar kita tidak tahu sangkan paraning dumadi dirikita. Hal ini menyebabkan Pribadi SQ menjadi Pencipta Kesadaran. Membuat kita sadartentang perasaan kita yang lebih dalam, yang memiliki arti penting dalamfase-fase kehidupan yang cerdas.
2.Makna Kita menjelajahi gambaran yang lebih besar, untuk membuat kunci yang dapatmembuka ruang tempat kita terbelenggu. Pribadi Spiritual adalah Pribadi Pembawa Makna. Para individu yang bermoralyang telah mengklarifikasi konsekuensi tindakan yang keliru dipikirkan, apayang etis tau tidak untuk dieksplorasi dan memandang pekerjaan mereka dalamkonteks yang lebih luas dari pada tekanan social atau perolehan ego.
3.Evaluasi : Kita mencoba kunci-kuncinya, mencocokannya di dalam gembok dan memutarnya. Seorang Pribadi SQ akan menjadi Evaluator, orang yang dalam menghadapi isu-isumenantang, besar atau kecil, telah meninjau ulang untuk menghindari asumsi dankarena itu menyadari bahwa ada lebih banyak hal untuk ditemukan, dilakukan, dandiekplorasi. Berani menantang asumsi mereka sendiri dan asumsi budaya mereka dan menemukanobat baru, solusi baru terhadap problem lama.
4.Menjadi Terpusat : Fokus adalah proyeksi terdekat dari impian dan lkenyataan. Ia merupakan jalan lurus. Kita membuka pintu ke dalam dan memungkinkan apa yang ada di sisi satunya untukmengakses kita. Pribadi SQ adalah pribadi yang Fokus, orang yang telah bertahan dalam krisisyang ekstrim namun terus menemukan nilai di dalam kehidupan. Terus melawankepahitan dan kesalahan, serta berusaha mengatasi emosi mereka untuk menemukanmakna baru. Orang yang telah terpusatkan untuk memanfaatkan ketidaktahuan dan memilih untukmendidik dan membawa cahaya. Orang yang telah mati dengan martabat dan mampumenghadapi diri mereka sendiri dengan nilai diri. Pribadi SQ buka mengejar Martabat, tetapi lebih memilih mengembangkan Jatidiri. Karena Martabat bersifat perbandingan relative dengan aspek ekstern,sedang Jati Diri bersifat sangat sublime dan internal.
5.Visi : Membiarkan cahaya dari “gambaran lebih besar” yang baru untuk membanjirsehingga kita dapat melihat. Ketika rasul ditawari Malaikat Jibril apakah penduduk Thaif harus di jatuhibukit, Rasulullah lebih memilih memaafkan mereka dan menunggu generasiberikutnya. Sebuah keputusan yang sangat Visioner. Orang yang melihat bahwa dalam peristiwa sehari-hari selalu ada lebih banyakhal untuk didahulukan dan dimenangkan, bekerja untuk kebaikan lebih tinggi,yang berusaha menyembuhkan fikiran dan melepaskan orang lain, yang memilikiprofesi dengan pengabdian yang luar biasa karena mereka ingin melihat sesuatuyang berharga terjadi, bukan untuk keuntungan pribadi atau popularitas.
6.Proyeksi : Memproyeksikan tingakt diri kita yang baru ke dalam wilayah baru yang dapatkita lihat sebelumnya. Ciri lain pribadi SQ adalah pribadi yang menjadi Proyektor, orang yang berusahamembawa kecerdasan baru pada setiap situasi, entah itu melalui humor, tatapan,penolakan untuk mengkeritik dan menekan, yang memberikan diri mereka sendiridengan bebas, bukan untuk mendapatkan bantuan atau posisi, tetapi karena merekaingin dan yakin bahwa kebaikan hanya dapat berasal dari kebaikan. Orangberpikiran hebat yang dapat memvisualisasikan gambaran tentang masa depan dan hidupdalam kesulitan dan ketidak populeran karena menjalaninya. Humor Rasulullah SAW kepada seorang nenek bahwa di surga tidak ada nenek-nenekmerupaka sebuah contoh proyeksi yang bias dipahami dengan mudah.
7.Misi : Meminjam terminologi Covey, misi merupakan pembumian peran-peran kita dalam kehidupan untuk mencapai visi. Bertindak dalam wilayah yang baru dan sekarang sadar tentang apa yang sedangkita lakukan dalam wilayah yang lebih besar. Dalam kehidupan keseharian, Pribadi SQ adalah pribadi-pribadi Misionaris. Orangyang mengintegrasikan isu Universal dengan tujuan pribadi. Pribadi SQ adalahpribadi-pribadi penerus Risalah, yakni Risalah Rahmatan Lil alamin, yangmengintegrasikan tujuan pribadinya dengan kasih universal, sebagaimanaDiutusnya Rasul Itu sendiri. Wamaa arsalnaak illa rahmatan lil alamin Dan tidak Aku (Allah) utus kamu (Muhammad) kecuali untuk Rahmat semesta alam,sebagai anugerah kasih saying untuk seluruh alam.
Dari Buku : Mengubah Arang Menjadi Berlian Karya Darwono

Kamis, 09 Oktober 2014

MIPA MENGAJARKAN TA'AT ATURAN, DISIPLIN DAN KREATIF

Geger tentang perkalian 4 X 6 apakah sama atau tidak dengan 6 X 4, terutama di sosial media dengan segala pembuktiannya masing-masing, sesungguhnya justeru melemparkan kita pada pertanyaan apakah pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) membuat kita “saklek” dan tidak menumbuhkan kreatifitas ?. Sebagai pembelajar MIPA sudah barangb tentu dapat menjawab dengan langsung Tidak bahaklan dengan bukti-buktinya kita dapat memaparkan bagaimana kreatifitas yang sangat terbuka dalam menekuni katakanlah soal-soal MIPA.
Hanya saja, dalam MIPA, yang dikenal sebagai sunatullah yang terbentang di alam (Kauniyah) dimana teorema,postulal, hukum, dalil maupun aksioma telah diketemukan rumusannya melalui “tafakkaruu fi kholqissamaawati wal ardl” . memikirkan dalam penciptaan langit dan bumi harus diterapkan dalam menghadapi atau menyelesaikan kasus-kasus tertentu, sebab dengan itui nsemua kita menjadi sadar bahwa semua fenomena alam itu memiliki makna dan kemanfaatan tentu dengan segala ciri khusunya. Benda jatuh, tentu ridak bisa serta merta diselesaikan dengan semua hukum fisika yang ada, demikian juga ping poro lan sudo (Perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan) harus ditaati hirarkhis strukturnya dalam melakukan operasi matematika.
Teorema adalah pernyataan hubungan definisi dengan definisi lainnya. Contoh: Teorema Pythagoras menyatakan hubungan ketiga sisi segitika siku-siku, Teorema Langrange menyatakan hubungan grup hingga dengan subgrup-nya. Bagaimana memahami suatu teorema. Belajar begaimana membuat teorema baru dari asumsi-asumsi yang telah diketahui. Belajar melihat hubungan definisi dengan definisi lainnya sehingga bisa ditarik suatu teorema. Hubungan antar definisi yang memiliki makna.
Sementara itu Dalil (theorem) biasanya digunakan pada matematika, hukum pada ilmu alam, merupakan. Hubungan tetap di antara besaran. Sedangkan Postulat adalah pernyataan yang diterima tanpa Ada yang menyamakan postulat dengan aksioma sehingga mereka dapat dipertukarkan.Ada yang berpendapat bahwa ada harapan bahwa pada suatu saat postulat dapat dibuktikan.
Ada satu lagi yang terkait dengan ilmu, yakni Aksioma. Aksioma adalah pendapat yang dijadikan pedoman dasar dan merupakan Dalil Pemula, sehingga kebenarannya tidak perlu dibuktikan lagi. Aksioma yaitu suatu pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan bersifat umum. tanpa memerlukan pembuktian. Contoh aksioma : 1. Melalui dua titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah garis lurus. 2. Jika sebuah garis dan sebuah bidang mempunyai dua titik persekutuan, maka garis itu seluruhnya terletak pada bidang. 3. Melalui tiga buah titik sembarang hanya dapat dibuat sebuah bidang. 4. Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis tertentu, hanya dapat dibuat sebuah garis yang sejajar dengan garis tertentu tersebut.
Dalam aplikasinya, Seorang yang menghadapi permasalahan fungsi eksponensial, tentu saja tidak akan pernah dapat menyelesaikan permasalahan tersebut jika dia kekeuh , ingin menegaskan “to be free” nya dan menggunakan penyelesaian program linier. dalam MIPA, kreatifitas, kebebasan tidak inheren dengan “semau Gue’ , tetapi kreatifitas yang ta’at pada berbagai aturan, teorema, hukum, dalil dan aksioma yang ada.
Dengan terbiasa menghadapi setiap kondisi dengan berlandaskan dan bersandarkan teori, hukum/dalil aksioma yang tertentu, pembelajar matematika dan Ilmu pengetahuan membudayakan pembelajar untuk selalu taat aturan, disipilin. Sementara itu kreatifitas dalam mengaplikasikan berbagai aturan tersebut, selain mengembangkan keatifitasi itu sendiri, tetapi juga menumbuhkan kreatifitas yang berdasar, kreatifitas yang beralasan, kebebasan yang bertanggung jawab serta tingkat disiplin yang tinggi.
Oleh karena itu, menjawab suatu permasalahan MIPA harus benar-benar memperhatikan konteksnya. Hal ini tentu akan membawa pembelajar kepada kondisi yang kita sebut sebagai “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” , generasi-generasi yang hidup dengan taat aturan, disiplin dan kreatif. Dengan realitas ini sesungguhnya Pembelajaran MIPA sangat diperlukan dalam menumbuhkan karakter unggul generasi muda untuk perbaikan Indonesia ke depan. Sudah barang tentu, hal ini bukan berarti bahwa belajar yang lain tidak berfungsi untuk itu.
Kita telah merasakan bersama, betapa sangat bahayanya adagium “I will to be Free” yang berkembang pada tahun 60 an, dimana pada perkembangan lebih lanjut berkibarlah gaya hidup bebas, bukan sekedar kebebasan berpendapat atau berekresi tetapi juga pergaulan bebas, sex bebas, dan kehidupan bebas nilai, jalan hidup semau gue. Di negara kita sendiri, euphoria kebebasan reformasi, telah dimanfaatkan dengan salah kaprah, oleh oknum-oknum tertentu, seolah-olah kita tidak memiliki aturan kenegaraan, nilai-nilai luhur bangsa yang harus ditaati.
Oleh karena itu, bagi para pendidik bidang MIPA, peran kita dalam mengembalikan dan menyadarkan akan kebebasan, dan kreatifitas yang bertanggung jawab sangat terbuka melalui pembelajaran kita. Hal ini memerlukan dukungan seluruh masyarakat, agar pengkondisian “taat aturan”, Disiplin, Kreatifitas yang berlandas, dalam penggunaan teorema, hukum/dalil dan Aksioma tidak diartikan sebagai pengekangan terhadap kreatifitas, membatasi kebebasan. Bagaimanapun juga dalam konteks bermasyarakat di negara hukum, hakekat ta’at aturan, kebebasan yang bertanggung jawab dan kreatifitas bernilai itulah yang akan menjamin keberlangsungan tatanan harmonis di masyarakat.
Geger “tugas Matematika” itu tentu mennghadirkan hikmah bagi kita semua. bagi penulis, ada beberapa hal yang perlu disampaikan : 1. Utuk penyusun kurikulum, bahwa sangat bagus menyusun hal-hal yang bernilai p[enuh idealisme . Namun demikian, pembinaan Idealisme itu perlu disampaikan bertahap, “ada pakaet paket” yang mesti dilewati. Meminjam Istilah sufi, sebelum pada ranah hakekat dan ma’rifat, maka perlu di jalani dulu syariat dan jihad, berlayar dan slulup. Ada tahapan-tahapan penyampaian nilai-nilai ideal, haketa, filosofis ke anak disik. Kurikulum juga harus dirancang seperti itu, tahapan-tahapan berfikir perlu diberikan denganperiodisasi yang tepat. pada tahap awal, ketaatan terhadap syariah, hukum-hukum ilmu pengetahuan perli ditekankan terlebih dahulu, bukan dalam diskursus hakekat dan makrifat.
2. Bagi pendidik, selain harus bersifat terbuka, dan selalu meningkatkan kreatifitas, kompetensi dan kekritisan, juga perlu bersikap selektif dan dinamis dalam menyikapi setiap perubahan, terutama terkait dengan perubahan pemikikiran dan saintek. 3. Bagi orang tua selalulah berkoordinasi dengan guru (sekolah) terkait dengan masalah pendidikan buah hati. Semua hal perlu dibicarakan sebaik mungkin sebelum dijadikan konsumsi publik, demi perkembangan buah hati sendiri. Berlakulah bijaksana dalam menghadapi perbedaan dengan guru, dan selalu tekankan buah hati untuk menghormati pendapat guru, sebab begitu kita melecehkan guru, maka buah hati akan melecehkan kita adalah tinggal sekedar menunggu waktu. Oleh karenanya, semua harus diselesaikan dalam konteks mendidik buah hati kita.

Senin, 06 Oktober 2014

BEN AFFLECK, ISLAMOPHOBIA DAN ESENSI HUTBAH HAJI WADA

Sanggahan kritis Ben Affleck atas pandangan Harris terhadap umat Islam. Affleck yang terlihat sangat gusar , menjawab penghinaan terhadap Islam tersebut adalah adalah sesuatu yang kotor dan rasis. Affleck menyatakan " Bagaimana dengan lebih dari satu miliar orang yang tidak fanatik, yang tidak menghukum perempuan, yang hanya ingin pergi ke sekolah dan makan roti sandwich, yang bersembahyang lima waktu dalam sehari , dan tidak melakukan apapun yang menurut Anda dilakukan semua Muslim ?"
Islamophobia, ketakutan berlebihan yang tidak beralasan akhibat ketidak tahuan esensi Islam itu sendiri, juga akhibat keindahan Islam ditutupi oleh kaum muslimin. Islamophobia di AS itu dikecam Ben Afflect dalam sebuah acara Televisi di As tepat di hari dimana Jama'ah Haji me;lakukan wukuf di Arofah di hari Jum'at yang diyakini sebagai Haji Akbar. Pandangan yang disampaikan Affleck untuk menyanggah pernyataan Harris itu, sebenarnya adalah bagian dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW pada Khutbah Haji Wada 1424 tahun lalu. Khutbah itu menurut penilain penulis sesungguhnya merupakan tatanan Hidup Dunia Baru yang penuh Rahmatan Lil Alamin. berikut detail dai esensi khutbah wda tersebut.
Idul Adha, memberikan pembelajaran bagi kita bahwa Untuk mendidik sehingga tercipta generasi Ismail yang sholeh dan siap berkurban demi perintah suci ilahi diperlukan Pendidik yang tabah, kuat, kreatif dan sabar seperti Bunda Siti Hajar. Karena, meminjam istilah al Ghazali, hanya cermin yang jernih yang dpt memantulkan cahaya. Nur Allah hanya dpt diterima dan dipancarkan oleh hati yang bersih, hati berdebu tak mungkin menerima apalagi memancarkan Cahaya Ilahi. Tak mungkin pendidikan menjadi baik dg pendidik yang fasik.apalagi munafik. Dengan demikian untuk mendidik, bukan sekedar kemampuan pengetahuan (kognisi) yang diperlukan tetapi jauh lebih pendtiong dari itu adalah karakter unggul para pendidiknya.
Kemampuan Bunda hajar akan geografis Makkah dimana beliau ditinggalkan oleh nabi Ibrohim AS, boleh jadi terbatas, tetapi karakternya yang tidak mengenal menyerah, dan perjuangannnya yang kuat telah mampu membangkitkan semangat bertahan hidup dengan lari dari Shafa dan Marwa. Demikian juga dengan ketabahan dan kesabarannya, mampu mendidik Ismail dengan sukses, sehingga ketika Nabiyullah Ibrahim mengutarakan majsudnya untuk menyembelihnya, Islail dapat memahami ungkapan itu dengan penuh kecerdasan, kecerdasan sejati karena Ismail dapat mengendalikan hawa nfsunya, nafsu pada umumnya ingin mempertahankan diri dengan kepasrahan untuk hidup sesudah matyinya.
Berbagai moment hidup keluarga Ibrahim AS, inilah yang kemudian banyak dijadikan rukun dalam ritual ibadah haji. Terkait dengan haji Itu sendiri, dalam Buku Haji karya DR Ali Shariati yang terbit awal Kebangkitan Islam menjadi best seller. Dalam buku itu ada teguran Ali Shariati yang kurang lebih menyatakan : “Engkau memang sudah ke Mekah, engkau sudah ke kabah, sudah ke shofa dan marwah, engkau juga sudah Wukuf dan jumroh, tetapi Engkau belum berhaji. Ketika nilai nilai haji tidak dibumikan dalam kehidupanmu.” Jama’ah Haji yang melakukan ritual haji di Makkah dan sekitarnya, Bagi Ali Shariati belum dianggap berhaji manakala kecintaan dan pengorbanannya kepada Allah tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari=hari sebagaimana Nabi Ibrahim. Ketabahan, Kreatifitas, Kesabaran dan Optimisme Hajar dalam menaklukan alam belum tercermin dalam amalan kita sehari-hari. Dan juga belum penuh khusnudhon dan ketaatan kepada Orang tua sebagaimana diperlihatkan Ismail.
Pendek kata, Jika kita benar-benar telah berhaji, maka hidup kita tidak lain adalah napak tilas kehidupan keluarga Ibrahim, yang pada akhirnya tercermin dalam ungkapannya “Qul innaa sholaati wanusuki wamahyaya wamaa mati lillahi robbil alamin”, sungguh sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rab seluruh alam semesta”, totalitas hidup yang kita jalani adalah manifestasi dari pengabdian kita hanya kepada Allah SWT.
Terkait dengan tata dunia baru, Idul Adha terutama terkait dengan Hajinya, dan lebih khusu lagi terkait dengan Haji Wada, maka tatanan dunia bartu yang Equaliti, Adfil, Damai, Penghargaan pada HAM dan penuh nilai kasih tercermin pada isi khutbah Haji Wada Rasulullah SAW.Hari itu tanggal 8 Dhulhijjah 10 H. Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pergi ke Mina dan melaksanakan shalat zuhur, asar, magrib, isya, dan subuh di sana. Seusai menanti beberapa seat hingga matahari terbit, beliau lantas melanjutkan perjalanan hing­ga tiba di Arafah. Tenda-tenda waktu itu telah didirikan di sana. Beliau pun masuk tenda yang disiapkan bagi beliau. Hari Arafah, Setelah matahari tergelincir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meminta agar Al-Qashwa’, unta beliau, didatangkan. Beliau kemudian menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana telah berkumpul sekitar 124.000 samapi dengan 144.000 kaum Muslim. Beliau kemudian berdiri di hadapan mereka me­nyampaikan khutbah haji terakhir beliau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan haji wada’:
Beberapa Pesan (Wasiat) Rasulullah SAW dalam khutbah haji wada‘ di Padang Arafah mengingatkan kita bahwa “Darah, harta benda, dan kehormatan kalian adalahharam (tidak boleh dilanggar)”… (HR. Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, dan Abu Dawud). Ibnu Abdul Hakam dalam Futuh al Mishra wa al Maghrib (1961) meriwayatkan sikap Umar Ibn Khattab yang menggugat perlakuan Amru Ibn Ash yang pada waktu itu menjabat Gubernur Mesir; “mengapa engkau memperbudak orang wahai Amru, padahal ia dilahirkan sebagai orang merdeka” . Hal ini menegaskan bahwa tradisi Islam meyakini “tidaklah manusia itu dilahirkan kecuali dalam keadaan suci” (HR. Bukhori dan Muslim). Oleh karenanya, hak bermartabat (right to dignity), hak kemerdekaan (right to liberty), hak memilih (right to choice) yang merupakan hak-hak asasi manusia yang dijamin eksistensinya oleh Islam. Lebih dari itu, menurut Ali Gharisah (1990), Islam menempatkan hak-hak asasi manusia (huququl insaniyyah) di atas posisi halal, yaknihurumat (hal- hal yang dilarang untuk melanggarnya) atau kehormatan, sebagaimana wasiat Rasullulah.
Paling tidak, dari Khutbah haji wada, dapat dirangkum ada 7 (tujuh) hak dasar yang dipertegas pada wukuf 9 Dzulhijjah 10 H itu, yakni : Pertama ialah hak hidup, sangat dihargai sekali.Darah dan harta adalah hak dasar dalam huququl insaniyyah (hak-hak kemanusiaan), yaitu hak hidup; Yang ke dua adalah hak harta. Rasulullah menyatakan bahwa siapapun yang mempertahankan hartanya maka matinya adalah syahid. Letiga, adalah mengenai riba, “Semua riba dihapuskan”. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa bank konvensional itu riba. “Dan semua riba tidak diperbolehkan.
Kemudian sebagai wasiat yang ke empat adalah penghapusan balas dendam. ”Semua darah yang biasa dilakukan jahiliyyah dihapuskan”. Oleh Islam diganti dengan qishosh (bunuh balas bunuh), kecuali jika keluarga korban mengikhlaskan dengan membayardiyat. Budaya darah balas darah dihapuskan, betul- betul diubah dari zaman jahiliyyah ke dalam zaman baru Islam. Sedang wasiat Ke lima adalah hak mengenai perempuan. “Kamu mempunyai hak terhadap para istri kamu, dan mereka punya hak atas diri kamu”. Menurut riwayat lain, Nabi pernah meminta agar kita memikirkan tiga hal, yakni shalat, perempuan, dan perbudakan. Tiga hal ini dipesan Nabi sampai menjelang wafat beliau. Jadi, aturan mainnya sama dengan yang kita baca dalam fikih perempuan.
Sebagai pesan Rasulullah yang Ke enam, yang merupakan wasiat sangat penting bagi kaum muslimin adalah : “Aku telah meninggalkan kamu yang bila kamu berpegang selamanya kamu tidak sesat, yaitu al Quran dan Sunnah Nabi.” Dan pesan Rasul Muhammad SAW pada khutbah Haji Wada yang Ke tujuh adalah hak persaudaraan. “Sesungguhnya antar orang Mukmin adalah saudara”. Itu adalah sabda Nabi di depan sejumlah 114 ribu jamaah haji, ada yang mengatakan sampai 124 ribu jamaah, menurut versi Ibn Ishaq riwayat Ibn Hisyam.
Tidak lama pasca menyam[aikan khutbah haji wada tersebtu Rasulullah Saw. turunlah firman Allah, Pada hari ini telah Kusem­purnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan Islam telah Kuridhai menjadi agama bagi kalian (QS AI-Ma’idah [5]: 3). Inilah deklarasi kesempurnaan dan Keridloan dari pemilik segala Hak (Allah SWT). Kronologis Khutbah haji wada dan Pernyataan Kesempurnaan Agama Islam bagaikan sebuh Review, Refleksi dan Affirmasi. Bahwa Hubungan-hubungan keilahiahan (Hablumminallah), akan menjadi sempurna dan menjadi nikmat yang pari purna ketika semua itu dibarengi dengan menghormati dan melindungi hak-hak kemanusiaan melalui Hablumminannaas yang indah. Inilah ajaran yang lurus, ajaran yang menjadi Rahmat bagi alam semesta dalam konteks manausia bertauhid.