MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 14 Oktober 2014

BLINGSATAN, PETAKILAN, AROGAN BUKAN JIWA AHLI SURGA

Sebuah panggilan mesra diberikan kepada Jiwa yang tenang (nafsul Muthmainnah) untuk memasuki jama’ah Hamba-Nya dan dipersilakan masuk Surga. Sejauh penelusuran penulis, inilah satu-satunya panggilan mesra untuk ahli surga sebagaimana termuat dalam al Qur’an sebagai berikut :
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30). Tentu saja kita semua ingin tahu apa saja deskripsi dari Jiwa Ahli surga itu. Melalui sebuah doa, yang diajarkan Rasulullah, deskripsi Nafsul Muthmainnah adalah :
(Allohumma inni as-aluka nafsaa bika muthma-innah, tu’minu biliqoo-ik, watardlo bi qodloo-ik, wataqna’u bi’athoo-ik) Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridha dengan ketetapanMu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu. Melalui doa mohon nafsu Muthmainnah di atasa, kita dapat memahami ada 3 unsurnya yakni 1. Yakin akan pertemuan dengan Allah, 2. Puas dengan ketentuan- Nya dan 3. Menerima keputusan-Nya. 1. Yakin Bertemu Dengan Allah Ciri yakin akan pertemuan dengan Allah dapat kita pahami dari ayat berikut :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S Al Kahfi : 110) Dari ayat diatas dapat kita pahami bahwa orang yang yakin dan berharap berjumpa dengan Allah dia akan : 1. melakukan amal Sholeh dan 2. Tidak menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya.
2. Ridlo (Puas) dengan Apapun dari Allah : Ciri ke dua dari Jiwa Ahli Surga adalah Ridlo dengan Qodlo Allah, dengan segala ketentuan dari Allah, sudah barang tentu dengan Ridlo kepada_nya Allah pun Ridlo kepadanya (Rodliyallahu anhu warodluu anhu). Gambaran tentang hamba dan Tuhan yang saling Ridlo dapat kita pahami dari Al Qur’an yang artinya sebagai berikut “Seungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhannya ialah syurga Adn (tempat tinggal yang tetap), yang mengalir di bawahnya beberapa sungai; kekallah mereka di dalamnya selama-lamanya; Allah Ridlo akan mereka dan merekapun Ridlo (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Balasan yang demikian itu untuk orang-orang yang takut (melanggar perintah) Tuhannya.
3. Qona’ah Menurut bahasa qanaah artinya merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat tamak, sifat tersebut berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt merupakan karunia yang tiada terhingga.
Diantara beberapa contoh yang mencerminkan sifat qanaah adalah sebagai berikut : * Menerima dengan ikhlas setiap rezeki yang diberikan Allah Swt. * Senantiasa berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dari Allah Swt. * Bekerja keras dan tetap optimis. * Tidak berlebih-lebihan artinya membelanjakan harta sesuai kebutuhan Sifat qanaah tidak membuat orang mudah putus asa atas ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt, baik berupa ketakutan, kelaparan, bencana, maupun kekurangan harta benda. Akan tetapi, mereka akan tetap bersabar menerima ujian tersebut dan tidak patah semangat untuk menjalani kehidupannya kembali. Hal ini sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al qur`an surah Al Baqarah:155)
Sebagai bangsa Indonesia saat ini kita sedang menghadapi berbagai fenomena yang memprihatinkan. Sikap tidak mau menerima kekalahan, Melakukan Arogansi bahkan anarki seakan menjadi hal yang syah dilakukan oleh orang muslim atas nama kebebasan ekspresi, bicara dan berperilaku dan demokrasi, entah landasannya apa. Mudah-mudahan tulisan di atas dapat menyadarkan kita baha Jiwa Ahli surga adalah Jiwa Muthmainnah, Jiwa yang Tenang. Sebaliknya, Blingsatanm Arogan, Anarki bukanlah Jiwa Ahli Surga.
Dalam kesempatan ini, kita jadi ingat pitutur tentang jiwa tenang, yang harus dimiliki oleh Para Satria, Para pemimpin. Jika kita memperhatikan "Jiwa Ahli Surga", kemudian kita terapkan pada konsep kepemimpinan yang tertuang dalam tembang Macapat "kowe iku satria arane, kudu anteng jatmika ing budi. Ruruh sarta wasis, samubarangipun" nampak bahwa itu adalah "konsep kepeimpinan surgawi, Holistic Leadership yang kami kembangkan. Bagaimana dengan Pemimpin di sekitar kita, tenang ? Blingsatan ? Arogan ? Sombong ?

Tidak ada komentar: