MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 29 Januari 2013

PANDAI BERSANDIWARA

Menanggapi status saya di facebook : Saat satu panggung kampanye Pemilu 1999 di Bumiayu, saya melihat Wanda Hamidah sebagai sosok gadis cantik yang idealis, cerdas dan kritis. Terlalu naif jika melakukan hal spt yg terjadi saat ini. Ya tapi itulah manusia, makanul khothoo wal isyaan.”, sahabat saya Wahyudi “Harmoko” Nasution mengomentari: Untung Mas Guru gak bablas jd politisi. Berat godaannya” hati dan fikiran saya jadi tergelitik. Galau ini menuntun saya untuk menulis note dengan judul Pandai Bersandiwara.
Judul ini saya ambil dari penggalan cerita sahabat saya Mas Djatikusumo, actor senior saat bincang-bincang past ketemu di Multivision. Beliau bercerita tentang sesuatu, yang benar benar kita tidak menyengka sebelumnya, namun benar-benar terjadi. Hal ini menurut beliau pelaku-pelakunya benar-benar pandai bersandiwara, pandai menyaru.
Seorang sahabat saya yang berprofesi sebagai pilot perusahaan penerbangan ternama bercerita tentang dunia gemerlap kalangan atas dengan segala aktifitasnya. Dia bercerita tentang dugem kalangan atas yang pengunjungnya adalah para tokoh masyarakat. artis, birokrat, aparat, politikus, bahkan "ulama". Menyebut ulama dugem membuat saya sungguh-sungguh tidak prercaya. Namun ketika seorang sahabat dari luar pulau mengabarkan bahwa "ulama terkenal" yang sering muncul di Televisi melakukan hal-hal yang seperti diceriterakan sang pilot itu saya mulai goyah.
Sekitar 7 tahun lalu, saya diminta main dalam sebuah episode sinetron menjadi "gang" ulama suka dugem. Ulama Cinta Dunia. Tiga sekawan ulam dugem ini diperankan Bang Zulmi, Mas Djatikusumo dan saya sendiri. Shooting dilakukan di hotel Mega Matra Matraman Jakarta Timur. Salah satu dialog yang sangat menarik dan disampaikan dengan Karakter kuat oleh Bang Zulmi adalah ketika seorang anak muda yang berperan sebagai putra Kyai Sadun menegor sang Kyai : Loh Bapak izinnya pengajian kok malah disini. Sang Kyai menjawab : Dunia itu untuk dinikmati , jadi kami (sambil menunjukan piala khamr yang sedang diminumnya ke Mas Djati dan saya) kami pun bertiga tertawa terbahak-bahak.
Adegan-adegan Kyai Dugrem memang tidak lolos sensor, tetapi bisik-bisik saya menjadi tahu, bahwa adegan itu konon adalah realitas, dan sebagai ketidak puasan pekerja film, karena para kyai yang lantang bersuara nilai-nilai moral tetapi sesungguhnya amoral edan itu diketahui oleh para pekerja film. Mereka Pandai bersandiwara. Saya menjadi semakin percaya.
Lima tahun lalu, di bulan Ramadhan, saat hendak saur, saya memergoki seorang politisi dari partai yang keras menyuarakan Islam, turun dari mobil di drop temannya, dengan pakaian anak gaul, jean hitam, kaos hitam ketat, sabuk mengkilap, parfum menyengat. Dari bahasa tubuhnya saya membaca, bahwa dia merasa tertangkap basah. saya tidak bisa tidak untuk menyimpulkan habis dugem. Dugem mungkin hal biasa, namun nurani saya terusik, Bulan Ramdhan Dugem ? padahal ceramah-ceramahnya menyarankan dzikir, tahajjud, dll. Subhanallah. Memang Pandai Bersandiwara.Tidak berhenti sampai disitu, menurut masyarakat sekitar, konon sang tokoh, meski sudah berpoligami, ternyata sedang dekat dengan anak muda yang sejenis. Astaghfirullah, benar-benar pandai bersandiwara.
Awal tahun ini, kita dikejutkan dengan tabrakan maut dari anak seorang menko Hatta Rajasa. Kalau musibah memang siapa saja bisa mengalaminya, tetapi dibalik musibah itu terbetik kronologis bahwa Anak Sang menko ini habis "ngobrol" samapai dini hari di rumah pacaranya di bilangan Tebet, tentu tidak bisa dianggap sepele. Karena anak ini masih dalam kontrol orang tuanya, maka berada di rumah bukan muhrimnya hingga dini hari mencuatkan nilai-nilai yang dianut orang tuanya, Sejauh mana Hatta Rajasa memegang teguh nilai-nilai moral dan menjaganya untuk anak-anaknya ? Kasus ini sama dengan apa yang terjadi pada Wanda Hamidah, apapun yang dilakukannya (wallahu a'lam) tetapi berada di rumah laki-laki bukan muhrimnya saat dini hari adalah bukan sekedar tempat dan waktu yang salah. Dan sepengetahuan saya Wanda adalah wanita cerdas dan idealis, jadi saya bilang amatlah sangat naif, jika Wanda Hamidah tidak tahu tentang itu.
Memang Dunia adalah Panggung sandiwara. Akan tetapi, saya mohon BNN benar-benar nyambangi semua tempat dugem termasuk yang eklusif, dan Tingkat atas. Jangan sampai seperti pemberantasan judi, judi kelas togel dikejar kejar, tetapi judi kelas miliaran di biarkan. Miras kelas ciu di warung warung diberangus tetapi khamer kelas syetan di tempat tempat khusus dibiarkan. Apakah Narkoba juga ada kelas khusus, Zona aman mengkonsumsi ? wallahu a'lam. Semoga Allah memberi kekuatan bagi BNN.

Jumat, 11 Januari 2013

ML, MELAJU ke LANGIT : CARA INDAH MENUJU SURGA

Bisakah kita masuk surga ? Jawabnya, semua bisa kecuali yang tidak ! Siapa kah yang tidak ? Paling tidak ada 4 golongan yang tidak bisa masuk surga 1. Dari segi iman dia syirik (Allah mengampuni semua dosa kecuali syirik), 2. Dari segi ibadah dia menyembah selain Allah dan tidak dengan cara yang Allah dan Rasul-Nya gariskan (Lihat Q.S. Al Kafirun) 3. Dari segi Akhlaq dia Takabur (sombong, tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar zarah kesombongan) dan ke 4. dari segi muamalah dia memutuskan tali kasih sayang (tidak masuk sura barang siaapa memutuskan silaturrahmi). Inilah p[ertanyaan mendasar yang akan diungkap dalam buku "Cara Indah Masuk Surga". Masuk surga tidak mesti dengan menjadikan tubuh kita atau tubuh orang lain tercabik-cabik karena bom.
Dengan bebas dari 4 "penghalang" masuk suga dari aqidah (Syirik uluhiah), ibadah (Syirik 'ubudiyah) , akhlaq (Kibr/sombong) dan muamalah Memutus silaturrahmi), kita dpt berupaya meraih surga dg amalan 2 yg indah, peduli, berbagi, saling mengasihi dan saling membahagiakan sesuai dengan bidang-bidang kita, sesuai dengan kemampuan kita. sebagaimanja difirmankan ; i'maluu alaa makaanatikum inniii 'aamil berbuatlah kamu pada makan makan kamu (posisi posisi) sesungguhnya Aku (Allah) juga berbuat (action). Kita bisa memilih dari pintu surga mana kita ingin masuk dengan amalan-amalan yang sesuai untuk itu. Karena sebagaimana kita pahami bahwa pintu surga tidak satu. Pemilihan amalan unggulan sesuai kondisi dan karakter diri kita dapat membuat upaya kita meraih surga menjadi aktifitas yang indah.
Cara Indah Menuju Surga, adalah buku yang mengupas bagai mana upaya masuk surga dengan hal-hal indah dalam hidup bersama, membagi kasih, saling peduli tanpa harus saling menyakiti apalagi menabur benci dan hal-hal yang merusak diri, orang lain dan alam raya. Dengan demikian kita berislam tidak sekedar "mencegah" terorisme tetapi membangun surga di atas bumi, sebelum meraih surga di langit, sebab dalam keyakinan penulis, Addunyaa mazroatul akhiroh, dunia itu adalah ladang akhirat, tempat menanam kebaikan untuk mendapatkan kebaikan berlipat di akhirat kelak. Siapa yang memudahkan urusan hamba-Nya di dunia, maka akan dimudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Bahagiakan mereka yang kurang bahagia, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat .
Ide utama buku "Cara Indah Menuju Surga" adalah bagaimana upaya kita menggapai surga dengan membangun surga di bumi. Action action real yg dicintai "penghuni langit" dan "membuat bahagia penghuni dunia. Cara indah menuju surga dilandasi bahwa dunia adalah ladang surga. Addunyaa mazroatul akhiroh. Karena bumi adalh lading surga maka untuk panen “surga di langit” harus menanam surga di dunia. Hidup di dunia dalam rangka menaburkan benih benih surga , bukan sebaliknya menabur neraka di bumi untuk menggapai surga di langit. Untuk mendapatkan hal ini maka kita perlu hidup dengan cara-cara Indah yang bernilai pahala.
1. Care and Share : Rasulullah s.a.w bersabda : “Manusia yang paling dikasihi Allah ialah orang yang memberi manfaat kepada orang lain dan amalan yang paling disukai oleh Allah ialah menggembirakan hati orang-orang Islam atau menghilangkan kesusahan daripadanya atau menunaikan keperluan hidupnya di dunia atau memberi makan orang yang lapar. Perjalananku bersama saudaraku yang muslim untuk menunaikan hajatnya, adalah lebih aku sukai daripada aku beriktikaf di dalam masjid ini selama sebulan, dan siapa yang menahan kemarahannya sekalipun ia mampu untuk membalasnya niscaya Allah akan memenuhi keridhoannya di dalam hatinya pada hari kiamat, dan siapa yang berjalan bersama-sama saudaranya yang Islam untuk menunaikan hajat saudaranya itu hinggalah selesai hajatnya niscaya Allah akan tetapkan kakinya (ketika melalui pada hari Qiamat) dan sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusakkan amalan seperti cuka merusakkan madu.” (Riwayat Ibnu Abi Dunya)
Dari dua hadis di atas, dapat diambil pengertian bahwa peduli dan berbagi (care and share) merupakan amalan yang paling disukai Allah. Care dan share selain disukai allah juga memungkinkan tumbuhnya kasih diantara kita dengan demikian care and share suatu hal yang indah yang disukai yang Di Langit dan juga yang di bumi. Bukti bahwa kita dicintai Allah adalah kita diterima penduduk bumi : diantara tanda-tanda seseorang dicintai Allah, yaitu jika dirinya dicintai oleh orang-orang shalih, diterima oleh hati mereka. Rasulullah Shalallahu 'alaihi was sallam bersabda. "Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, la memanggil Jibril, "Sesung-guhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia. "Lalu Jibril mencintainya dan menyeru kepada pendndnk langit, "Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia. "Maka (penduduk langit) mencintainya, kemudian menjadi orang yang diterima di muka bumi. " [Hadils Bukhari dan Mmlim,dalam Shahih Jami 'ush Shaghir no.283]. pertanyaannya adalah, bagaimana seseorang yang ingin menjadi kekasih Allah tetapi dia menebar kebencian di bumi ?
Peduli akan problematika kawan dan berusaha memberikan kegembiraan kepadanya, adalah termasuk amal shalih yang utama. Rasulullah SAW bersanda, Seutama-utama amal Shalih, ialah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang heriman" (HR.Ibn Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami 'ush Shaghir I096) Ketidak pedulian kita terhadap problematika umat, berkonsekuensi pada “keluarnya kita” dari kelompok umat Islam. Rasulullah saw bersabda :" Barangsiapa yang tidak peduli kepada urusan umat, maka ia bukanlah golongan mereka " (HR. Muslim)
Sementara itu, peduli dan berbagi selain menjadikan kita dicintai Allah, juga menjadikan kita dicintai orang lain karena pada dasarnya manusia Suka : a. Kelemahlembutan, Keramahan dan Rendah hati dalam bergaul Allah swt berfirman : "Maka dengan Rahmat Allah lah kamu (Muhammad) bersikap lembut kepada rnereka. Seandainya kamu her sikap kasar lagi keras, maka mereka akan lari dari kamu.. "(al Imron156) Keramahan dapat diwujudkan dalam kesediaan menebar senyum kepada sesame. Bahkan memberikan senyum dikatagorikan sebagai shodaqoh. Rasulullah SAW bersabda bahwa anak keturunan Adam memiliki kewajiban untuk bersedekah setiap harinya sejak matahari mulai terbit.
Seorang sahabat yang tidak memiliki apa pun untuk disedekahkan bertanya, “Jika kami ingin bersedekah, namun kami tidak memiliki apa pun, lantas apa yang bisa kami sedekahkan dan bagaimana kami menyedekahkannya ?” Rasulullah SAW bersabda, “Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar makruf dan nahi mungkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah.” (HR Tirmizi dan Abu Dzar). Dalam hadis lain disebutkan bahwa senyum itu ibadah,“Tersenyum ketika bertemu saudaramu adalah ibadah.” (HR Trimidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).
Salah seorang sahabat, Abdullah bin Harits, pernah menuturkan tentang Rasulullah SAW, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah SAW.” (HR Tirmidzi). Bersikap ramah kepada siapapun sebagaimana sabda Rasul : Hendaknya kita selalu bersikap ramah kepada setiap orang walaupun kita tidak menyukainya. (Ahmad, Thabrani,, Abu Na`im )
b.Orang Yang Peduli Diantara bentuk perhatian kepada orang lain, ialah mengucapkan salam, menanyakan kabarnya, menengoknya ketika sakit, memberi hadiah dan sebagainya. Manusia itu membutuhkan perhatian orang lain. Maka, selama tidak melewati batas-batas syari, hendaknya kita menampakkan perhatian kepada orang lain, karena demikianlah kita diperintah oleh Allah dan RasulNya. Rasulullah saw bersabda :" Barangsiapa yang tidak peduli kepada urusan umat, maka ia bukanlah golongan mereka " (HR. Muslim) Bentuk perhatian bias berupa mendengarkan ketika orang lain bicara. Hendaknya seorang muslim bersikap slap dan sabar mendengarkan ucapan orang lain, itulah akhlak Rasul saw. Seorang bapak -misalnya - ketika pulang ke rumah dan bertemu anaknya, walaupun masih terasa lelah, harus mencoba menyediakan waktu untuk mendengar cerita atau keluhan anaknya.Contoh lain, yaitu ketika orang lain berbicara dan salah dalam bicaranya tsb, maka seharusnya kita tidak memotongnya secara langsung, apalagi membantahnya dengan kasar. kita dengarkan pembicaraannya hingga selesai, baru kemudian kita jelaskan kesalahannya dengan baik.>>>>><<<<< c.Tahu Berterima Kasih Atau Suka Membalas Kebaikan. Hal ini bukan berarti dibolehkan mengharapkan ucapan terima kasih atau balasan dari manusia jika kita berbuat kebaikan terhadap mereka. Akan tetapi hendaklah tidak segan-segan untuk mengucapkan terima kasih dan membalas kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita.>>>>><<<<< d.Orang Yang Memberikan Penghargaan Dan Penghormatan Kepada Orang Lain. Nabi mengatakan, bahwa orang yang lebih muda harus menghormati orang yang lebih tua, dan yang lebih tua harus menyayangi yang lebih muda. Bentuk-bentuk sikap tidak menghormati dan tidak menghargai, harus kita kenali dan kita hindarkan. Misalnya, ketika berjabat tangan tanpa melihat wajah yang diajaknya berjabat tangan.>>>>><<<<< e. Orang Yang Memberi Kesempatan Kepada Orang Lain Untuk Maju. Sebagai seorang muslim, seharusnya senang jika saudara kita maju, berhasil atau mendapatkan kenikmatan, walaupun hawa nafsu manusia itu tidak suka jika ada orang lain yang melebihi dirinya. Hawa nafsu seperti ini harus kita kekang dan kikis sedikit demi sedikit. Orang yang dengki, tidak suka jika kawannya lebih berhasil dari dirinya. Bahkan karena dengkinya itu ia berusaha menghalangi kawannya untuk maju dan mendapatkan kenikmatan. >>>>><<<<< f.Mengoreksi Orang Lain Tanpa Melukai Perasaannya. Kita perlu melatih diri untuk menyampaikan ungkapan kata-kata yang tidak menyakiti perasaan orang lain dan tetap sampai kepada tujuan yang diinginkan. Rasulullah saw pernah mengingatkan Istri beliau Aisyah ra. yang lupa tidak memberikan gula pada air susu yang dihidangkan kepadanya dengan ucapan :"wahai istriku, alangkah senangnya hatiku bila kita bisa minum berdua susu ini, dan engkaulah yang memulainya." Ketika Aisyah merasakannya, maka tersadarlah ia tentang kekhilafannya tidak member! gula pada scgelas susu itu, dan ia pun meminta maaf kepada Rasul saw. Ucapan seperti itu merupakan sindiran halus, agar tidak melukai perasaan orang, tanpa kehilangan maksud untuk memperbaikinya.
2. Menebar Kasih : Kasih sayang kepada makhluk-makhlukNya baik manusia maupun binatang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Orang-orang yang penyayang, maka Allah Ta'ala akan menyayangi mereka (memberikan rahmat kepada mereka), sayangilah/ kasilah penduduk bumi, niscaya penduduk langit akan menyayangi kalian." (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi) Menunaikan hajat sesama muslim berpahala 10 tahun I`tikaf di mesjid, sedangkan 1 malam saja I`tikaf di masjid akan dijauhkan dari neraka jahannam sejauh jarak langit dan bumi. (H.R Thabrani)
3. Zuhud terhadap Harta Benda yang ada pada Orang Lain. : Zuhud (tidak meminta-minta dan berharap) terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain dapat menyebabkan seseorang dicintai oleh manusia. Di samping itu juga Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang zuhud. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Sahl bin Sa’d as-Sa’idi radhiyallahu anhu, ia menceritakan bahwa ada seseorang yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku satu amalan yang jika aku mengamalkannya maka aku akan dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya engkau dicintai Allah, dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya engkau dicintai manusia.” (HR. Ibnu Majah no.4102 dan ini lafazhnya, Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir no.5972, Al-Hakim IV/313, dan selainnya. Syaikh Al-Albani menghasankannya di dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no.944 dan Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no.922). Hasan al-Bashri rahimahullah berkata: “Engkau senantiasa menjadi mulia di mata manusia, atau manusia senantiasa memuliakanmu jika engkau tidak mengambil apa yang ada di tangan manusia. Jika engkau mengambil apa yang ada di tangan manusia, mereka meremehkanmu, membenci perkataanmu dan benci kepadamu.”. (Jami’ul ‘Uluum wal Hikam karya al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali II/204-205) Ada seorang Arab Badui bertanya kepada penduduk Bashrah, “Siapakah orang mulia di desa ini?” Penduduk Bashrah menjawab, “Al-Hasan (maksudnya Hasan al-Bashri seorang ulama tabi’in, pen).” Orang Arab Badui itu bertanya lagi, “Kenapa ia mulia bagi penduduk Bashrah?” penduduk Bashrah menjawab, “Manusia membutuhkan ilmunya, sedangkan ia tidak membutuhkan dunia mereka.”. (Lihat Jami’ul ‘Uluum wal Hikam karya al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali II/206)
4. Damai Itu Indah : Damai dalam kehidupan bermasyarakat, dalam kontek yang konkrit adalah benar-benar indah. Karena demgan suasana damai kita dapat melakukan berbagai aktivitas menuju surga dengan tenang dan penuh kekhusyuan. Allah swt. berfirman: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi shodaqoh atau berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia." (QS. An-Nisa: 114).
5. Melakukan Kebaikan : Kebaikan apapun bernilai sedekah, Rasulullah SAW bersabda : "Setiap kebaikan adalah shadaqah" (HR. Muslim) diriwayatkan dari Hudzaifah r.a. Sedang menurut Sayyid Ali Ar-Ridha, dari Sayyid Ja’far Ash-Shadiq, dari Sayyid Ali Zainal Abidin, dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhum, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah itu dapat menghindarkan diri dari kematian yang tidak baik, menjaga diri dari tujuh puluh macam bencana.” Oleh karenanya, dengan berbuat berbagai kebaikan kemungkinan melaju menuju surga semakin besar dan sudah barang tentu dengan berbuat kebaikan kepada umat manusia, kita akan disukai manusia. Dengan disukai umat manias, hidup ini akan terasa indah. Itulah makna cara indah menuju surga.
Dan ternyata memang banyak hal kebaikan yang dapat kita lakukan sesuai kemampuan kita, itu berarti banyak jalan untuk menuju surga. Menuju surga tidak perlu dengan melakukan hal-hal yang justru menakutkan, menyakitkan , menyerang manusia lain yang justru sangat dibenci. Hidup kita menjadi terkucil padahal Rasulullah bersabda : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” Orang yang bermanfaat bagi manusia adalah mereka yang bekerja dengan amal sosial, yang hasil amalnya dapat dimanfaatkan oleh manusia, misalnya membagun pusat pendidikan, youth center dan amal sosial lain.

Kamis, 03 Januari 2013

PURNAMA DI BUDI MULIA

Entah mengapa pagi-pagi terasa ada yang mengingatkan, saya mencoba mengingat-ingat apa yah yang harus kuingat. Sambil menyantap makan pagi, subhanallah, ternyata saya diingatkan untuk mengingat hari penting, hari pertama saya masuk pondok di PP. Budi Mulia, 4 Desember 1984. Sore menjelang maghrib, sehabis hujan Mas Hernowo (Alm, ketua Jama;ah Shalahuddin UGM saat itu), dengan motor bebek merah menjemput saya di Asrama Realita, depan kampusnya Jokowi (Fakulat Kehutan UGM). Ayo, kalau jadi mau mondok, nanti malam dimulai, segera saya berkemas-kemas bawa baju secukupnya, yang lain menyusul sambil pamitan ke ibu asrama.
Sesampai di Padepokan Budi Mulia (Nama awal PP.BM), sudah ada Mas Mansur Romi (Bendagara Yayasan), Pak Chairil Anwar (sekarang dekan FMIPA), Pak Dochak Latief, Ketua Pondok, Pak Suprapto (Kyai), Pak Watik (Ahmad Wati Pratiknya, Direktur Labda), Pak Amien Rais (Ketua Yayasan), Pak Syefullah Mahyudin, Husen Ahmad, Kuntowidjojo, Ahmad Syafii Maarif, Pak Darban, Muhyidin mawardi dll, kami menunggu Pak AR untuk memberikan Khutbah Iftitah, kuliah perdana.
Malam itu, bertepatan dengan 12 Maulid 1404, khutbah iftitah disampaikan dengan penuh "greng" khas gaya pak AR. Meskipun, tema yang diangkat adalah masalah serius, "Santri Cleleng", "Santri Militan" dengan mengutip ayat yang ada di mihrob Masjid Abu Abakar assidiq itu, masjid pondok tempat kami mengaji, Pak AR menguraikan masalah Jihad yang sebenar-benar Jihad. Dalam konteks santri, para santri, baik yang mukim maupun santri kalong (kebanyakan mahasiswi yang kalong), hendaknya menjadi "santri Cleleng" santri yang militan, penuh semangat jihad, dalam makna mencari ilmu, sebab, para santri adalah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang harus kuliah dan juga harus mengikuti program-program padepokan dan otoaktifitasnya (pengembangan dirinya).
Begitu indah menjalani dua pendidikan, kuliah di kampus UGM, mengaji dengan para intelektual muslim yang sangat ikhlash memberikan ilmuanya. Bahkan kadang-kadang kami (Saya, Pram, Kusnan) ditraktir kongkow kongkow di alun-alun oleh Pak Amien sambil diskusi berbagai persoalan umat terutama terkeit dengan ketertinggalan umat. Sambil menyantap skoteng dan jagung bakar, kami sering membicarakan perjuangan jangka panjang, menyemai bibit-bit kebangkitan, menularkan semangat kepada teman-teman dari kampus di kota lain, melalui berbagai kegiatan pondok pesantren Budi Mulia seperti I'tikaf Ramadhan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Saat menajdi koordinator Bidang analisis dan kajian Laboratorium dakwah, begitu asyik mengadakan bedah buku tiap minggu mengundang santri kalong dan aktivis mahasiswa (LDK, HMI, PII dsb). Meski kadang dicap Syiah karena mengkaji buku Haji Ali Shariati oleh Kang Jalal (Djalaluddin Rachmat) maupun ekstrim kiri karena membedah pemikiran Paulo Freira tentang pendidikan yang membebaskan.
Suatu pagi habis pengajian ba'da subuh di bulan Juli 1985, terdengar : Dar dar , begitu Ustadz memanggil saya. Liburan besok kita isi kajian tasauf gmn ? Boleh, jawab saya terus ustadz memberikan buku kecil dg judul "Mandzumatul Adkiya". Buat undangan yg menarik, utamanya santri kalong dan alumni itikaf. begitu tambah ustadz. Langsung sy bikin undangan dg mesin ketik IBM ,. saya terjemahkan bebas judu;lnya menjadi : "NYANYIAN ORANG ORANG CERDAS", dan pada Pengajian Budi Luhur label kajian tassauf kami yang pertama, hadir Yose Rizal dkk dari Trisakti, Umi Widiastutu dkk dari Undip, Wildan dkk santri kalong plus santri mukim dan Pengurus Jama'ah Shalahuddin UGM, Agus Priyono dkk, tidak kurang dari 60 mahasisawa dari berbagai kampus mengikuti kajian tasauf Mandzumatul Adzkiya.
Buku itu (buku lama) mengupas difinisi orang cerdas (adzakiyu). Isinya dari mengupas hubungan antara syariat, jihad dan hakekat. Terkait dengan karakter ada berani makan akar untuk mempertahankan kebenaran, jihad dan akhlaqul karimah lainnya hingga Uzlah untuk menghindar dr kemaksiatan.
Dua tahun lalu, menjelang ustadz wafat, semua santri senior (kami tidak mengenal mantan santri sesuai amanat pak Amin Rais) dan mengkaji buku itu kembali. Meski harus secara regular ganti cairan, Ustadz memberi kajian itu semalam suntuk. Untuknya diantara kami ada Prof. Dr Ali Ghufron, yang setiap saat menangani sakitnya ustadz. Dan seperti biasa meminta saya menerjemahkan dalam yang dideklamasikan. Ayo, wardono terjemahkan, begitu ustadz mlesetkan nama saya. Subhanallah, saya bisa memaknai baru dari kitab utama "Kajian Budi Luhur" itu, buku lama itu ternyata adalah ESQ ditulis jauh sblm ESQ Eickman dll yg umumnya menjadi rujukan training ESQ dimanapun. Sejak sadar demikian, sy berusaha menulis Kecerdasan Insan Kamil berpijak buku Mandzumatul adzkiya dan literatur literatur selama nyantri.
Dalam pergulatan di Budi Mulia, suatu saat sehabis mengaji malam, saya duduk di tangga masuk ke mesjid, menghadap ke timur, ternyata bulan sedang Purnama, inspirasiku bergetar, lalu kutulis pusis berjudul "Purnama di Budi Mulia", puisi ini kemudian terpilih dan diterbitkan dalam antologi "Puisi Sosial mahasisaw" yang diterbitkan Balairung UGM. Menuruthemat saya sebagai penulis, puisi pendek itu menggunakan pilihan kata yang sederhana. Memaparkan pergolakan pemuda dalam "Membidik Masa Depannya". Jihad membidik masa depan dengan penuh resiko, dengan anak panah kembar, Ilmu profesional sesuai yang dipelajari di kampus masing-masing dan ilmu agama untuk menjadi muslim yang penuh komitmen.
Santri periode pertama, mengambil term khawariyyun, 12 orang, 3 dari kedokteran UGM (Ghufron, Awwaluddin, Gunawan), Misbahul Huda (T. Elektro UGM), Pramono Nugroho (MIPA FISIKA), Agus Cahyono (Teknik Nuklir), Kusnan dan haryadi (Kehutanan), Nur akhsan sulistio (Pertanian), Hajdid affandi (Akprind), Edy Setijawan (FE UGM) dan saya sendiri dari Fakultas kedokteran Hewan UGM. Menjalani romantika kehidupan dengan dua tanggung jawab belajar, sebagai mahasiswa dan sebagai santri, dan membidik masa depan masing-masing sebagaimana tergambar di Puisi Purnama Di Budi Mulia tersebut.
Subhanallah, puisi yang sering dicantumkan dalam buku-buku pengajian (Itikaf Ramadhan maupun Pengajian Laijn di PP. Budi Mulia) itu, essensinya, telah menjadi kenyataan, kita perlu menyukuri, karena separoh dari 12 santri itu kini telah menjadi doktor, berkarya denagan memilih tetap komitmen di jalan lurus dengan menjadi direktur-direktur diberbagai perusahaan, Edi di BI, Ghufron Wamenkes, Misbah di Temprina (Keparcayaan Dahlan Ihsan), Pramono di LIPI, Agus Cahyono ahli Nuklir, Khusnan dan haryadi pejuang pejuang Kehutanan. Awaluddin ahli bedah syaraf, Gunawan mengabdi di Puskesmas, Nur akhsan membina masyarakat di kebun sawit, dan saya sendiri sebagai warga negara yang baik.
Bagi saya, ini sebuah prestasi dari lembaga pendidikan yang bernama Pesantren Budi Mulia, Budi Mulia yang Purnama, yang menerangi apapun jenis profesi yang ditekuni santrinya. dan saya yakin Budi Mulia akan terus Purnama, jika santri-santri yang kini ada benar benar selalu digosok agar menjadi berlian-berlian di masa datang.
Ustadz, Pak Amien, Pak watik, Pak Kunto, Pak Syaefullah, Pak Muhyidin, Pak Husen Ahmad, Pak Syafii, Pak Mansur, Pak Chairil, Pak Djamaluddin, Pak AR, Pak Nukman, Pak Yunahar, Pak Masri, Pak Darban dan Pak Adabi darban, Pak Ichlasul Amal, Pak Yahya Muhaimin , Mas Hernowo dan semua asaatidz ,kami menucapkan Jazaakumullahu khoiron katsiron. Semoga Budi Mulia Tetap Purnama, dan Santri Budi Mulia menjelmakan Purnama dimanapun mereka berada. Pertemuan minggu lalu, dimana kita akan melakukan amal bersama untuk umat, mudah-mudah mendapatkan kemudahan dari Allah SWT, insya Allah saya akan berkonstribusi dengan apa yang saya bisa, CINTA : Dengan 3 paket 1) pengenalan CINTA, 2) Membumikan CINTA dan 3) Totatilat CINTA, yang merupakan "breakdown" dari pengertian Adzakiyu atau Alkayiyu dan Ulul Albab ! Amin.

Selasa, 01 Januari 2013

PEMAKNAAN TUNGGAL YANG MENABUR KESALAHAN FATAL

Jika anda yakin IQ tidak penting dalam meraih Kesuksesan karier, kerja dll, sama halnya anda yakin dapat bekerja sama, memberikan instruksi dan meminta problem solving kepada orang ideot (Darwono Tuan Guru)
Pemaknaan tunggal data dari World TOP 500 telah menabur kesalahan fatal seakan-akan IQ tidak penting dalam mencapai kesuksesan karier, kerja dll. Padahal keberhasilan seorang pekerja dapat diterima di perusahaan-perusahaan TOP 500, dan juga di perusahaan perusahaan besar lainnya, yang termasuk menjadi syarat utamanya adalah tingginya prestasi akademik (IPK), bahkan sebagaimana kita bisa amati, sudajh lazim perusahaan-perusahaan ternama memesan merekrut lulusan-lulusan terbaik dari kampus-kampus terbaik. Katakanlah perusahaan dalam negheri se level Pertamina, mereka buja Job fair di ITB, di USA, Microsoet dll membuka Job fair di MIT (Masacute Institute of Technology)
Berikut apa yang diungkapkan terkait dengan TOP 500 , "Dari penelitian yang dilakukan di Amerika, tercatat beberapa kecakapan yang sangat diminati dan diperlukan oleh perusahaan perusahaan kelas dunia yang masuk dalam ranking TOP 500. Peringkat kecakapan yang paling diminati tersebut adalah (dengan urutan paling diminati paling atas) 1. Teamwork (Kerja Tim) 2. Problem Solving (Pemecahan Masalah) 3. Interpersonal Skills (Kecakapan Antar Pribadi) 4. Oral Communications (Komunikasi Oral) 5. Listening (Mendengarkan) 6. Personal/Career Development (Kepribadian/Pengembangan Karir) 7. Creative Thinking (Berfikir Kreatif) 8. Leadership (Kepemimpinan) 9. Goal Setting (Pembuat target tujuan) 10. Writing (Kecakapan Menulis) 11. Organizational Effectiveness (Efektifitas berorganisasi) 12. Computation (Penghitungan/Komputer) 13. Reading (Kecakapan Membaca)"
Data tersebut telah dimaknai secara tunggal seakan IQ kurang mendapat tempat di TOP 500. Sehingga sejak itu demam pengembangan kecerdasan non IQ terjadi, terutamanya terkait dengan EQ dan SQ yang sering digabung menjadi ESQ. Maka adaopsi dan copy paste konsep ESQ baik dari Eicman, Anderson, atau penulis lain terjadi besar-besara. Copy paste yang disertai penempelan label pun terjadi. ESQ yang semula netral dan bebas nilai dalam artian tidak terkait dengan agama tertentu, dilabeli dengan ayat-ayat kitab suci atau dalil-dalil naqli.
Entah bagaimana evaluasinya, sampai-sampai Kemendikbudnas sebagai otoritas pendidikan di Tanah Air, tidak yakin dengan kurikulum yang disusunnya dapat membentuk manusia indonesia seutuhnya, manusia Indonesia yang memiliki kecerdasan Utuh (Multiple dan terintegrasi) dari semua jenis kecerdasan sehingga, konon Kemendikbudnas perlu menambahkan sebagain kecerdasan lain dari "lembaga Training Swasta".
Para pakar ilmu syaraf (neuroscience) Richard Haier dari Universitas California dan Irvineserta Rex Jung dari Universitas New Mexico, Amerika Serikat, menemukan bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari otak, melainkan merupakan hasil interaksi antar beberapa bagian dari otak. Makin bagus kinerja antar bagian- bagian otak itu, makin tinggi tingkat kecerdasan seseorang (teori parieto-frontal integration). Di sisi lain, pusat emosi terletak di bagian lain dari otak yang dinamakan amygdala, tak ada hubungannya dengan midbrain.
Terkait penemuan ahli neuroscience tersebut, sejauh pengalaman saya menjadi pendidik baik sebagai guru trainer maupun motivator, Kurikulum apapun, jika diberi pemaknaan-pemaknaan integratif dalam setiap pembelajaran, maka tumbuh kecerdasan hoilstiknya (Integral) untuk menjadikan peserta didik sebagai manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia dengan kecerdasan yang utuh. Saya sangat yakin, pendidikan mampu menumbuhkan semua kecerdasan tidak hanya IQ dan ESQ tetapi semua jenis kecerdasan (FQ, MQ, PQ, HQ, dll) jika dilakukan dengan penuh pemaknaan.
Belajar IPA, katakanlah fisika, dapat diberikan makna ke arah kehidupan sosial dan hubungan antar personal. Sebagai siswa yang menerima konsep Gaya tarik antar dua benda saat remaja (SMA, dan kasmaran), saya memaknai Gaya tarik dua benda itu dengan gaya tarik Cinta. Formulasi asalnya adalah Gaya tarik benda berbanding langsung dengan Konstanta dan perkalian masa dua benda dan berbanding terbalik dengan dengan kuadrat jaraknya, jadi semakin besar jarak (jauh) dua benda itu gaya tarik keduanya makin kecil dan sebaliknya. Ini saya maknai dalam gaya tarik cinta dua hati, jika jarak dua hati itu berjauhan, katakanlah luar kota atau bahkan luar negeri, maka gaya tarik cinta keduanya makin kecil. Sehingga mudah selingkuh bahkan berakhir. Dengan bertambahnya umur bertambah pula pemaknaan masalah itu lebih jauh dari , konstanta dalam hubungan personal adalah komitmen diantara kita, dan masa dua hati adalah sejauh mana besarnya kita mecintai, mencintai berarti kata kerja, ditunjukan dengan action-action sebagi orang yang mencintai, komunikasi, care, share, kerinduan, dll.
Dalam belajar ilmi kimia, Unsur logam diciptakan Allah sebagai makhluq yang kuat, mengkilat dan aghniya degan kelebihan elektron dikulit terluar. Untuk mencapai kestabilannya ia memberikan kpd atom yang membutuhkan sehingga tercipta ikatan elektrovalen. Dalam hidup semestinya mereka yg aghniya memberikan kelebihan hartanya kepada yang membutuhkan sehingga tercapai ikatan sosial dan kestabilan bermasyarakat.
Dari kasus ikatan kimia terkait dengan ikatan sosial (IQ dan EQ) pemaknaan selanjutnya dapat diarahkan ke arah SQ, spiritual ketika kita membahas sifat-sita yang berubah sacara teratur (mengikuti sunatullah, hukum Allah). Natrium yang mudah meledak (eksplosif) dan pahit, hanya bisa mengikat satu atom Clor (oksidatif) membentuk senyawa NaCl (garam dapur) yang justru menjadi sesuatu yang bermanfaat dan membuat masakan sedap. Dan semua ikatan NaCl manapun akan tunduk dan patuh dengan sunatullah, inilah yang disebut sebagai alam raya itu "berislam" tundak danm patuh terhadap aturan ilahi. Untuk reflektif, kita bisa berikan pertanyaan bagaimana dengan kita, sudahkan mengikuti aturan-aturan yang diberikan oleh Allah kepada kita ?
Kita kadang lupa, bahwa melalui pendidikan, pribadi-pribadi bisa tumbuh kecerdasan holistiknya melalui kajian-kajian kontensnya. Marga T, seorang dokter begitu memiliki kepekaan sosial melalui novel-novel, Taufiq Ismail, seorang dokter Hewan begitu religius dalam syair dan puisi puisinya. Asrul Sani, seorang dokter hewan, tetapi juga memilik imajinasi luar biasa jika kita baja skenario skenario dramanya. Di dunia internasional, mereka-mereka yang "dianggap" belajar di "fakultas Otak Kiri" justru banyak menjadi pemikir-pemikir filosif, banyak ahli-ahli fisika melahirkan pemikiran-pemikiran kemanusiaan.
Adanya pemaknaan tunggal yang berakibat pada kesalahan fatal dalam melihat makna pendidikan, maka subur "sekulerisme" pendidikan, pendidikan dikotakkan sebagai "fakultas otak Kiri", sementara itu berbagai kecakapan "otak Kanan" dicarikan dari sumber lain. lebih tragis lagi, jika paradigma yang melandasi berbagai kebijakan pendidikan adalah pergeseran dari "manusia seutuhnya" menjadi sekedar manusia yang mampu, manusia yang berkompeten. Dan semakin mengenaskan jika pendidikan juga tidak berbasis dari kekuatan potensi negeri ini yang harus dikuasai anak-anak bangsanya, potensi sebagai "Mega biodeversity Country" kurang mendapatkan pertimbangan yang cukup sebagai modal kompetisi global ironisnya, lebih menekankan pada bagaimana mempersiapkan tenaga buruh internasional.
Gunakanlah CINTA (creative In Thinking And Acktuing) dalam melihat fakta yang ada sehingga tidak memungkinkan benih tunggal pemaknaan yang keliru menabur ke lahan-lahan subur yang menumbuhkan kesalahan fatal berjibun. Prinsip melangkah dengan modal dasar yang ada memungkinkan kita bisa cepet bergerak menuju tujuan yang kita impikan, demikian juga pendidikan, untuk dapat bermakna bagi kejayaan banmgsa ke depan, sudah selayaknya diarahkan pada bagaimana outcome pendidikan memiliki kompetensi mengolah seluruh potensi ibu pertiwi. Sebagai negeri Megabiodiversity, sudah selayaknya pendidikan diarahkan ke sana sehingg outcome mampu menjadi tuan di negeri sendiri, bukan sebaliknya menjadi budak di luar negeri. Saya yakin kita bisa !