MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 29 Januari 2013

PANDAI BERSANDIWARA

Menanggapi status saya di facebook : Saat satu panggung kampanye Pemilu 1999 di Bumiayu, saya melihat Wanda Hamidah sebagai sosok gadis cantik yang idealis, cerdas dan kritis. Terlalu naif jika melakukan hal spt yg terjadi saat ini. Ya tapi itulah manusia, makanul khothoo wal isyaan.”, sahabat saya Wahyudi “Harmoko” Nasution mengomentari: Untung Mas Guru gak bablas jd politisi. Berat godaannya” hati dan fikiran saya jadi tergelitik. Galau ini menuntun saya untuk menulis note dengan judul Pandai Bersandiwara.
Judul ini saya ambil dari penggalan cerita sahabat saya Mas Djatikusumo, actor senior saat bincang-bincang past ketemu di Multivision. Beliau bercerita tentang sesuatu, yang benar benar kita tidak menyengka sebelumnya, namun benar-benar terjadi. Hal ini menurut beliau pelaku-pelakunya benar-benar pandai bersandiwara, pandai menyaru.
Seorang sahabat saya yang berprofesi sebagai pilot perusahaan penerbangan ternama bercerita tentang dunia gemerlap kalangan atas dengan segala aktifitasnya. Dia bercerita tentang dugem kalangan atas yang pengunjungnya adalah para tokoh masyarakat. artis, birokrat, aparat, politikus, bahkan "ulama". Menyebut ulama dugem membuat saya sungguh-sungguh tidak prercaya. Namun ketika seorang sahabat dari luar pulau mengabarkan bahwa "ulama terkenal" yang sering muncul di Televisi melakukan hal-hal yang seperti diceriterakan sang pilot itu saya mulai goyah.
Sekitar 7 tahun lalu, saya diminta main dalam sebuah episode sinetron menjadi "gang" ulama suka dugem. Ulama Cinta Dunia. Tiga sekawan ulam dugem ini diperankan Bang Zulmi, Mas Djatikusumo dan saya sendiri. Shooting dilakukan di hotel Mega Matra Matraman Jakarta Timur. Salah satu dialog yang sangat menarik dan disampaikan dengan Karakter kuat oleh Bang Zulmi adalah ketika seorang anak muda yang berperan sebagai putra Kyai Sadun menegor sang Kyai : Loh Bapak izinnya pengajian kok malah disini. Sang Kyai menjawab : Dunia itu untuk dinikmati , jadi kami (sambil menunjukan piala khamr yang sedang diminumnya ke Mas Djati dan saya) kami pun bertiga tertawa terbahak-bahak.
Adegan-adegan Kyai Dugrem memang tidak lolos sensor, tetapi bisik-bisik saya menjadi tahu, bahwa adegan itu konon adalah realitas, dan sebagai ketidak puasan pekerja film, karena para kyai yang lantang bersuara nilai-nilai moral tetapi sesungguhnya amoral edan itu diketahui oleh para pekerja film. Mereka Pandai bersandiwara. Saya menjadi semakin percaya.
Lima tahun lalu, di bulan Ramadhan, saat hendak saur, saya memergoki seorang politisi dari partai yang keras menyuarakan Islam, turun dari mobil di drop temannya, dengan pakaian anak gaul, jean hitam, kaos hitam ketat, sabuk mengkilap, parfum menyengat. Dari bahasa tubuhnya saya membaca, bahwa dia merasa tertangkap basah. saya tidak bisa tidak untuk menyimpulkan habis dugem. Dugem mungkin hal biasa, namun nurani saya terusik, Bulan Ramdhan Dugem ? padahal ceramah-ceramahnya menyarankan dzikir, tahajjud, dll. Subhanallah. Memang Pandai Bersandiwara.Tidak berhenti sampai disitu, menurut masyarakat sekitar, konon sang tokoh, meski sudah berpoligami, ternyata sedang dekat dengan anak muda yang sejenis. Astaghfirullah, benar-benar pandai bersandiwara.
Awal tahun ini, kita dikejutkan dengan tabrakan maut dari anak seorang menko Hatta Rajasa. Kalau musibah memang siapa saja bisa mengalaminya, tetapi dibalik musibah itu terbetik kronologis bahwa Anak Sang menko ini habis "ngobrol" samapai dini hari di rumah pacaranya di bilangan Tebet, tentu tidak bisa dianggap sepele. Karena anak ini masih dalam kontrol orang tuanya, maka berada di rumah bukan muhrimnya hingga dini hari mencuatkan nilai-nilai yang dianut orang tuanya, Sejauh mana Hatta Rajasa memegang teguh nilai-nilai moral dan menjaganya untuk anak-anaknya ? Kasus ini sama dengan apa yang terjadi pada Wanda Hamidah, apapun yang dilakukannya (wallahu a'lam) tetapi berada di rumah laki-laki bukan muhrimnya saat dini hari adalah bukan sekedar tempat dan waktu yang salah. Dan sepengetahuan saya Wanda adalah wanita cerdas dan idealis, jadi saya bilang amatlah sangat naif, jika Wanda Hamidah tidak tahu tentang itu.
Memang Dunia adalah Panggung sandiwara. Akan tetapi, saya mohon BNN benar-benar nyambangi semua tempat dugem termasuk yang eklusif, dan Tingkat atas. Jangan sampai seperti pemberantasan judi, judi kelas togel dikejar kejar, tetapi judi kelas miliaran di biarkan. Miras kelas ciu di warung warung diberangus tetapi khamer kelas syetan di tempat tempat khusus dibiarkan. Apakah Narkoba juga ada kelas khusus, Zona aman mengkonsumsi ? wallahu a'lam. Semoga Allah memberi kekuatan bagi BNN.

Tidak ada komentar: