MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Sabtu, 15 November 2014

BELENGGU BERATRIBUT KEBEBASAN

Penjajahan yang paling halus dan tak terasa adalah melalui pendidikan. Sejak awal 80 =an, munculnya Mahzab Freirian (Paulo Freir) dengan konsep pendidikan yang membebaskan muncullah ide-ide pendidikan metoda, pendekatan dan pembelajaran yang “memanjakan kebebasan”. tentu saja kemunculan madzab itu dipengaruhi olejh banyak hal termasuk paradigma dan keyakinan serta maksud dan tujuan pencetusnya meski dalam penyebarannya berbagai hal itu tidak diungkapkan bahkan mungkin disembunyikan
Ide ini sungguh laris manis, bahkan pada tahun 80, saat penulis masih aktif sebagai koordinator Analisis dan Kajian Laboratorium dakwah Shalahuddin, sempat membedah buku karaya Paulo Freira bergambar tangan mengepal itu. Ide Kemerdekaan peserta didik dari “penjara Pendidikan” itu begitu mempesona hingga kemudian diderivasikan melalui berbagai “Hasil Turunan” seperti sekolah Merdeka, sampai diwujukan dalam “enjoy Learning” yang pada akhirnya didistorsikan kemudian menjadi “Learning with Enjoy”, “Belajar dengan bersenang-seang’, kalau belajar tidak bersenang-senang itu menyiksa siswa, seakan kurang memberi kesempatan siswa berekspresi.
Belajar dengan senang hati sebenarnya lebih dipengaruhi oleh faktor internal, yakni “minat”, seorang yang sangat berminat di MIPA, maka dia akan merasa “Happy” berkutat dengan serangkaian ketekunan eksperimen. Sementara itu Enjoy Learning yang ada justru ukurannya dinamika kehebohan, kelas seakan bukan hal yang menyenangkan jika “ayem tentrem”, tak ada sorak sorai, senda tawa dan tepuk tangan.
Sudah barang tentu distorsi ini sangat dipengaruhi oleh paradigma pembawa “kebebasan belajar Itu sendiri”, yang lebih ke arah “pantekostik’, yang berparadigma, hanya dengan kehebohan “Ruh penyelamat dan kebenaran akan hadir” maka sambutlah dengan bertepuk tangan, bernyanyi dan bersorak. Hali ini Sungguh berseberangan dengan konsep timur yang meyakini hakekat akan hadir dan dapat diraih dalam suasana hikmad, tenang. Maka butuh kontemlasi, tahanut, keheningan dalam kondisi fokus tafakur dan sejenisnya.
Sudah barang tentu kebiasaan apa yang terjadi di dalam kelas akan menjadi budaya, dan kemudian menjadi karakter. Karakter kebebasan tanpa batas inilah muara dari paradigma “pendidikan Yang membebaskan”, jangan diartikan sekedar membebaskan dari kebodohan, atau kelemahan manusiawi, lebih jauh dari itu. Budaya serba bebas inilah yang memang menyenangkan, dan sudah terindikasi dari ekpresi kebebasan pergaulan pelajar, dimana kelas-kelas telah menjadi ruang-ruang bordil, pojok-pojok mesum Seperti yang terjadi di berbagai sekolah, terutama sekolah negeri dri berbagai video yang beredar, baik dari sekolah negeri umu maupun negeri bernafasakan agama
Kurikulum 2013 sangat berpotensi mengarah kesana, meskipun ada apa yang disebut Kompetensi Inti sporitual (KI 1), tapi itu sekedar pada formalitas pelaksanaan ibadah di sekolah. Agama tidak lagi menjadi bagian intigral dari seluruh bangunan keilmuan dan kreatifitas, dan inilah yang kami sebut sebagai Poptensi sekuleritas kurikulum 2013. Memang penulis akui, dengan kurikulum 2013, kebebasan kreatifitas dimanjakan besar-besaran. posisi kebebasan siswa sangat sentral, bahkan guru direduksi hingga pada posisi sekedar fasilitator, namun kresatifitas yang tidak terbimbing oleh nilai-nilai religius (terutama Islam), maka kreatifitas itu akan tumbuh menjadi kreatifitas bermakna negatif, yakni sikap licik, yang implikasinya adalah “orang-orang pintar” yang keminter dan suka “ngakalin”, akal-akalan, itulah fenomena riil yang kita amati saat ini.
Kembali pada pembangunan manusia seutuhnya, sebagai abdullah (yang tunduk) dsan khalifatullah (yang kreatif dan manfaat) dengan posisi guru tetap sebagai figur “yang digugu dan ditiru” adalah kebutuhan utama pendidikan Indonesia saat ini. Tentu saja hal ini adalah tanggung jawab kita semua, namun demikian Mendikdasmen lah yang harus mengambil kebijakan, memange hutang kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan paramater spiritual bahwa manusia yang cerdas adalah manusia yang mampu mengekang potensi nafsunya dan berkarya dengan orientasi akhirat, sebagai amanat bangsa yang berketuhanan yang maha esa.
Oleh karena itu, agar kita tidak tergerus oleh arus deras “kebebasan” yang telah menjadi arus utama (main stream) pendidikan dunia, dimana muaranya adalah eksprersi kebebasan nafsu kita maka kita harus segera memperbaiki kekeliruan perjalan pendidikan kita. Pemilihan mahdzab pendidikan yang sesuai dengan dasar philosofi bangsa sebenarnya dijamin oleh Unesco sendiri, sebagai organisasi Pendidikan dan kebudayaan Internasional, sayangnya budaya Copy paste yang telah mengakar di serabut syaraf pikir para ahli pendidikan kita, lebih mendoroing dunis pendidikan Indonesia merambah jalan latah dan membiarkan kebebasan justru menjadi penjajah.
Terserah pilihan kita yang mana !.

Rabu, 12 November 2014

AHOK TAK KEBAL IMPACHMENT

Ketika musuh itu sudah terjatuh dan tinggal memenggal, tiba-tiba musuh tersebut meludah dan shabat pun menghentikan serangannya. telusur punya telusur, penghentian serangan sahabat terhadap mush itu dilandasi oleh “saya tidak ingin membunuh lantaran saya emosi karena diludahi”. Penulis yakin, kisah ini bukanlah kisah asing bagi kita semua.
Perjuangan yang sesadra-sadarnya dilakukan dengan ihlas akan selalu terbimbing kesadarannya untuk tidak terjatuh dapam perjuangan. termasuk terpeleset “keihlasannya” karena emosi/terhina, hikmah Sahabat menghentikan serangannya terhadap mush yang meludah dapat menjadi tarbiyah hasanah bagi kita semua, terutama para demonstran.
Apa yang kita lihat saat ini, tidak jarang “suatu perjuangan” bersentuhan dengan sentimen emosi akhibat berbagai faktor. Tentu saja bagi mereka yang terbimbing keihlasannya akan memiliki kontrol untuk tidak terpeleset akan kelicinannya. Mujahid yang malaise memang bukan omong kosong. Ketika dihisab seorang Mujahid yang gugur di medan Jihad, Mujahid tersebut dikatakan “Kadzibta”, kamu pembohong ! kamu berjuang bukan karena ikhlas, tetapi agar orang lain menganggapmu sebagai mujahid.
Agar orang lain menganggap kita sebagai pembela Islam, dapat menjadi sesuatu yang bisa membuat “keihlasan Kita terpeleset” Apalagi jika indikasinya sudah mengarah pada balas dendam dan perang emosi, ancam mengancam. Jangan -jangan ketika dihisab diakhirat ketika kita menjawab “Kami berjuang untuk kesucian agama Allah, untuk li I’la kalimatillah, untuk kepemimpinan Islam”, Sang malaikat justru membentak kita semua “Kadzibta !” pembohong kamu ! Kamu lakukan itu semua, karena agar kami bla bla bla.
Terkontek ke perjuangan menurunkan Ahok, Bagaimana dengan perjuangan kita tersebut ? Benarkah ada di jalur dan cara yang benar / tidakkah terkotori dengan kotoran-kotoran hati, emosi dan kelemahan-kelemahan manusiawi ? semoga tetap dalam keikhlasan. Untuk maksud tersebut, ada baiknya, selalu kontrol dan muhasabah untuk tidak terpeleset, dan tetap menjadi Jalan Indah Ke Surga.
Untuk MENGHENTIKAN AHOK membuktikan pelanggaran konstitusi yang dilakukan oleh Ahok terkait dengan Upaya menghalang halangi kebebasan mentalankan agama yang dijamin konstitusi jauh lebih efektif untuk menghentikan langkah Ahok. Pelanggaran terhadap konstitusi dapat dijadikan alasan untuk mengimpachment pejabat bahkan presiden sekalipun. Menghalang halangi umat agama (muslim) melaksanakan ibadah nya spt Qurban, shalat Jamaah di kantor dll adalah beberapa contoh yang dpt menjadi landasan seorang pejabat diimpachment, tidak terkecuali dengan Ahok.
Jika memang ada bukti akan hal itu, maka “penggulingan” Ahok tidak perlu memblow up isue SARA yang sensitif. Cukup menggunakan alasan Pelanggaran konstitusi. Insya Allah.

Selasa, 11 November 2014

KURIKULUM BERBASIS KEBINEKAAN

Belum usai kontroversi kurikulum 2013 (kurtilas) dengan pernyataan akhir Mendikdasmen Anies baswedan yang ingin mengevaluasi Kurtilas, Presiden Joko Widodo mengungkapkan kurangnya kemampuan kurtilas memenuhi tuntutan SDM dalam Visi kemaritiman kita.
Menurut hemat penulis, memang Kurtilas memiliki kelemahan jika dilihat dalam konteks idealisme pendidikan suatu bangsa. Kurtilas yang lebih berorientasi menjawan tantangan eksternal terutama responssif terhadap Globalisi tentu belum mengakomodir visi kejayaan maritim bangsa Indonesia sebagai sebuah kesadaran baru erkait potensi negeri bahari ini.
Kelemahan idealisme itu akhirnya juga harus dilengkapi dengan kelemahan pendekatan, dimana pemenuhan untuk menjawab tantangan globalisasi yang lebih bersifat “pragmatis’ sesuai penilaian kebutuhannya (Need Assasment), menuntut penyesuaian dengan pendekatan “copy paste dari sononya”. sehingga kita lupa bahwa ada beda signifikan antara Andragogy dan Pedagogy,pada pendidikan dasar dan menengah (untuk pendidikan tinggi Andragogy lebih tepat). Kurikulum 2013 benar benar menunjukan KESILAUAN kita kepada para PESOHOR DUNIA hingga kita lura peserta didik kita lebih butuh apa.
Kurikulum 2013 lebih diorientasikan menjawab tantangan eksternal (Globalisasi) dari pada menanamkan nilai nilai ideologis sebagai bangsa yang berbineka tunggal ika. Dimana idealnya kelas menjadi miniatur Indonesia dengan segala keunikannya. Sudah barang tentu ketika harus menjawab tantangan internal untuk menjadi Bangsa Maritim yang Tangguh, Kurikulum 2013 kurang dapat diandalkan. Namun demikian, pergantian kurikulum 2013 menjadi kurikulum yang diharapkan mampu mengakomodir tuntutan visi Kermaritiman tentu saja akan menimbulkan gejolak tersendiri. Paling tidak stigma “ganti menteri ganti kurikulum” terus berlanjut.
Menurut hemat kami, kembali ke kurikulum KTSP adalah alternatif terbaik, karena : 1. Tidak terjadi pergantian kurikulum, karena pada hekekatnya kurikulum 2013 adalah kurikulum KTSP yang termodifikasi pada aspek pendekatan dan penilaian. 2. KTSP memungkinkan mengakomodir visi kemaritiman melalui perumusan indikator-indikator atau muatan lokal pada Satuan pendidikan yang cocok dengan pengembangan kemaritiman (Satuan pendidikan wilayah Pesisir).
3. Untuk wilayah lain, dataran rendah, dataran tuinggi maupun pertambangan, dapat dirumuskan indikator-indikator sesuai wilayahnya, termasuk wilayah agraris, agro industri, Industri atau jasa. Dengan cara demikian, pendekatan ekonomi kreatifpun dapat diaplikasikan sesuai keunggulan masing-masing wilayah.
Kembali ke kurikulum KTSP berarti tidak ada pergantian kurikulum, sementara pendekatan saintific dapat diaplikasikan sesuai kebutuhan. tentu saja pendekatan yang spesifik dengan karakter peserta didik adalah yang utama. Tanpa mengganti kurikulum tetapi dapat mengakomodiri visi kejayaan maritim, sekaligus memanfaatkan Kurtilas yang diperlukan.
Dengan berbagai keanekaragaman, berarti proses, pendekatan dan penilaian/evaluasi sudah barang tentu bisa beragam, yang terpenting adalah tetap ada di jalur penilaian/evaluasi pendidikan. Hal ini berkosekuensi tidak diperlukannya Ujian Nasional yang terkait dengan penenrtuan kelulusan. Walau demikian Ujian Nasional dalam konteks kendali mutu untuk bidang-bidang tertentu (MIPA, SOSEK, SOSBUD dll) masih dapat diakomodir.
Demikian juga pendekatan Andragogy dan Pedagogy dapat diaplikasikan secara berjenjang dan bertahap. Pada Pendidikan Dasar awal (Kls 1 - 3) mutlak Pedogogy, Pada Kelas 4 - 6, mulai diperkenalkan Andragogy secara selektif dengan dominasi Pedagogy. Andragogy terus ditingkatkan hingga 25 % pembelajaran di kelas 7 - 9. Sedangkan pada pendidikan menengah (SMA) Porsi andragogy ditingkatkan dari 50 % (Kls X), 60 % (Kls XI) dan 75 % (Kls XII), sedang pada Pendidikan Tinggi tentu 100 % Andragogy.
Mudah-mudahan KTSP berbasis Keanekaragaman ini dapat bermanfaat.

Minggu, 09 November 2014

PAHLAWAN YANG KURINDUKAN

RINDUKU PAHLAWAN (Menyongsong Hari Pahlawan 2014)
Ketika peperangan bukan lagi antara kita dan mereka. Hadirmu rindu membeku, pahlawanku. Untuk meneguhkan “kita” di setiap dada. Agar ” kita ” tak berjeda diucap, tak bersekat saat diungkap, dan tak berspasi ketika terpatri di hati. .... Rinduku padamu adalah rindu pada raga yang kokoh memutar mentari. Pada jiwa yang teguh melukis pelangi. dalam graduasi asri Tanpa blaur warna terjelma...... Dimana engkau pahlawanku? Kurindu akan hadirmu untuk mewarnai pelangi.kembali dengan keindahannya yang abadi
KEHIDUPAN SINTETIS Nuansa adalah catu warna warna. Sedang rasa hanyalah masalah konsentrasi pencita dan aroma sekedar kombinasi fraksi esterifikasi. Adapun citra tidak lebih setara frekuensi publikasi. Kehidupan sintetis identik perca batik lurik Motif tumpang tindih pencelup dan malam penutupnya. Yang kemudian larut dan tersisir dalam kehangatan air mengalir. yang tak pernah membuat satwa dan tetumbuhan anglilir
MENGGENGGAM BUMI DAN LANGIT Untuk memetik bintang, tangan fisikmu mungkin tak sampai, juga tiada sayap-sayap dhohir yang mengelantung di pundakmu. Namun bintang kehidupan memang memerlukan sayap-sayap imajiner yang menerbangkan mimpimu sebagai kekuatan dahsyat untuk menggenggam bumi dan langit !
HISAB : Menghitung hari, menghisab bulan, membilang tahun, kita membagi zaman, gairah mengalikan kebaikan, delesi daki, duplikasi keharuman abadi Hidup adalah menghitung hari menuju ajal tiba. bulan, tahun yang telah terbilang membagi “zaman hidup” kita Saat bebas hitung Dan kala Sarat Hisab Hidup penuh warna jika kau tabur berkali benih kasih, mengurangi alfa dan noda, mengalirkan kautsar darma, rahmah menjajar ruang Melangit merit merit.

Rabu, 29 Oktober 2014

JOKOWI DAN KABINET MERITOKRASI

Sebuah puisi berjudul “Meritokrasi” pernah kami tulis pada awal tahun delapan puluhan, Puisi itu menyimpulkan “duania terasa wingit, bagai mereka tanpa merit” . Dalam intuisi kami, suatu saat akan tercipta dimana Merit alias Prestasi akan menjadi ukuran dan sistem yang diterapkan dalam menata kehidupan. Demikian pula kabinet kerja yang disusun Presiden Ir. H. Joko Widodo.
Kabinet yang menurut hemat kami adalah kabinet “win-win Solution”, dimana Presiden Jokowi mencoba dengan hati-hati menyusun Kabinet dengan mengakomodir berbagai tuntutan dan prasyarat, namun tetap “Jokowi Banget”. Tonggak sejarah penyusunan Kabinet Kerja, juga menampilkan berbagai catatan penting dari profil para anggota kabinetnya.
Kabinet yang disusun dengan berbagai penelusuran, terutama integritas dan kebersihan sang Calon Mentri, rupanya pertimbangan Record Prestasi (merit) rupanya juga menempati prioritas tinggi, dibanding atribut lain, terutama pendidikan formal. Hal ini paling tidak dapat ditelisik dengan masuknya Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan .
Wanita yang lahir di Pangandaran, Jawa Barat pada 15 Januari 1965 tersebut ternyata hanya memiliki ijasah SMP. Dia memang sempat mengenyam pendidikan SMA di Yogyakarta, namun dikeluarkan pada saat kelas II SMA. Ini tentu sebuah catatan dengan tinta emas, bahwa prestasi, yang telah dibangun melalui pendidikan “lengsung” di dunianya, mendapat apresiasi oleh pasangan Presiden dan wakil pre4siden Jokowi-JK.
Memang, jika kita melihat pendidikan wanita Istri penerbang ini hanya lulus SMP, namun sebagaimana komentar Gundala Wijasena yang merupakan kakak kelas Susi di SMA 1 Yogyakarta (SMA Teladan), bahwa yang diterima di SMA 1 Yogyakarta adalah murid yang pilihan, dengan IQ tinggi, maka penulis yakin Susi pasti memiliki kemampuan yang luar biasa dan memilih “pengembangan dirinya” melalui sekolah nyata dengan berkarya. Dan memang, realitasnya banyak tokoh hebat yang justru keluar dari pendidikan formalnya. Dan dunia semakin memilih mereka yang memiliki prestasi real menjadi panutan, itulah dunia meritrokrasi.
Prestasi Susi Pudjiastuti dapat dilihat dari jabatan yang sudah barang tentu menuntut kepiawaian tinggi. Berikut jabatan yang diduduki Susi Pudjiastuti: 1. CEO of PT. ASI Pudjiastuti (Marine). 2. CEO of PT ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air). 3. CEO of PT ASI Pudjiastuti Flying School (Susi Flying School). 4. CEO of PT ASI Geosurvey. 5. Board of Advisor of HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia). 6. Independent Environmental Activist. 7. Ketua Komite Pembangunan UKM Kadin Indonesia
Prestasi Ibu Susi Pudjiastuti dapat kita lihat dari berbagai penghargaan yang diperolehnya diantaranya : 1. People of The Year 2013; by MNC Group Newspaper (Koran Sindo), 2014. 2. Award For Innovative Achievements, Extraordinary Leadership and Significant Contributions to the Economy; APEC Women and the economy summit (WES), 3. U.S; by APEC, 2011. 4. Ganesha Widya Jasa Aditama Award; by Institut Teknologi Bandung, 2011. 5. The Indonesian Small & Medium Business Entrepreneur Award; by Ministry of Cooperative & SMEs, 2010. 6. Sofyan Ilyas Award, by Ministry of Marine Affair and Fisheries, 2009. 7. The Best Indonesia Berprestasi Award; by PT. Excelcomindo Pratama, 2009.
8. Saudagar Tatar Sunda, by KADIN of West Java, 2008. 9. Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, by Governor of West Java, 2008. 10. Award for Economics, Inspiring Woman Award for Economics; by Metro TV, 2006. 11. Pelopor Ekspor Ikan Laut; by Governor of West Java, 2005. 12. Young Entrepreneur of the Year; by Ernst and Young Indonesia, 2005. 13. Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise; by President of RI, 2005. 14. Pelopor Wisata; by West Java Department of Culture & Tourism, 2004. 15. Purwa Citra Priangan, Peningkatan Kehidupan Nelayan; by Pikiran Rakyat, 2004.
Dan sudah barang tentu adalah penghargaan setinggi-tingganya dari kami, atas kessediaan Ibu Susi Pudjiastuti untuk ikut mengurus Negara, yang justru menjadi Andalan pemerintahan Jokowi-JK saat ini yakni yang terkait dengan kemaritiman untuk mengangkat derajat Indonesia menjadi Negara Hebat ! Dipercayanya Susi Pudjiastuti sebagai Mentri Kelautan dan Perikanan meski hanya Lulus SMP tetapi dengan Prestasi Luar Biasa menunjukan bahwa kabinet Jokowi, selain bercirikan para Doer (stereotype Doer dapat dilihat dari kemeja yang digulung), para pekerja, namun bukan sekedar pekerja, Kabinet Jokowi adalah Kabinet Pekerja Berprestasi, kabinet Meritokrasi.
Harapan masyarakat pada kabinet kerja sungguh besar, semoga harapan masyarakat dapat dijawab dengan prestasi nyata dari para pekerja berprestasi itu. Selamat berjuang saudaraku !

Senin, 20 Oktober 2014

JOKOWI, WE TRUST U MR PRESIDENT !

Menjelang perrayaan tahun baru 1 Muharram 1436 Hijriyyah beberapa hari yang akan datang, Pidato Pertama Pressiden RI Ir. Joko Widodo seakan menemukan konteksnya. Assura yang juga diyakini sebagai hari berlabuhnya Perahu Nuh AS. di Puncak Juddi (Puncak Dunia Baru), seakan menjadi relevan dengan Seruan Jokowi yang mengajak seluruh elemen bangsa naik ke Bahtera Indonesia, sebagai bangsa Maritim. Seruan itu seakan seruan Nuh kepada kaum nya agar mau naik ke perahu untuk menyelamatkan kaumnya dari air bah yang segera datang. Seruan Jokowi mengajak kita untuk menghadapi tantangan riil yang semakin dahsyat dengan Bahtera Indonesia yang dinahkodainya.
Pidato Pertama Jokowi bagi kami dimaknai sebagai ajakan untuk bersama sama mengelar pelayaran agung bahtera Indonesia dengan kerja sama seluruh bangsa. Selain menyadarkan sebagai bangsa Bahari, pidato itu juga memunculkan fakta bahwa Presiden Jokowi sangat sadar, tanmtangan begitu besar, Bahtera Indonesia harus benar-benar dilayarkan dengan spirit kerja sama. Kita selayaknya segera bertekad dengan ”Bismillahi majreha wa mursaha, inna robbi la ghofurur rohim” mari bahu membahu melakukan perahu Indonesa terus maju. Kita adalah putera puteri bahari yang siap menaklukan badai dan karang untuk mencapai dermaha impian, inilah yang meskinya kita ikrarkan bersama, bukan hanya sumpah Jokowi, tetapi harus menjadi sumpah kita bersama.
Pidato dilakukan dengan tenang, sehingga terasa tartil (las las an - jw) mengungkapkan secara ringkas dan jelas dengan memposisikan diri sebagai TEAM BUILDER bukan One Man Show. Jowkowi telah dilantik oleh MPR artinya milik seluruh bangsa. Oleh karenanya hapus jarak No. 1 dan No. 2, Yang ada adalah No. 3 dari Pancasila, Persatuan Indonesia, salam 3 jari !. Memang masih banyak oknum-oknum yang mencoba mengusik dengan pernyataan dan pertanyaan yang tidak perlu.
Bagai penulis, Mereka yang terus mengusik semangat kekuatan kerelaan pendukung Jokowi pada hakekatnya sebagai cerminan hatio yang parah : dengki dan iri hati. Juga mereka adalah pribadi pribadi yang Tidak memiliki Empati dan tidak memahami karakter bangsa ini. Ironisnya hal ini banyak dilakukan oleh elit. Di sosial media banyak pertanyaan dan pernyataan serta gambar yang mencoba memojokkan Jokowi dengan Tasyarkuran Rakyat yang begitu meriah. Foto itu bermaksud memojokan Jokowi tetapi sebenarnya membuka kelemahan pemuatnya.
Kekuatan kerelaan yang ditunjukan oleh mayoritas rakyat Indonesia pendukung Jokowi yang tulus membantu apa saja yang mereka mampu tentu TIDAK DAPAT DIPAHAMI oleh mereka yang EGOIS DAN CLAMIT. Tetapi sesungguhnya jika kita tengok SEJARAH PERJUANGAN BANGSA, rakyat Indonesia adalah bangsa yang Rela MEMBANTU APA YANG MEREKA MAMPU untuk perjuangan. Tentu saja Para Cecunguk Penjajah sangat Terusik. Jika ada yang terusik dg kerelaan pendukung Jokowi ini menunjukan mereka adalah seorang Individualis Egois, yang tidak paham Ikatan Batin dan Jiwa Gotong Royong.
Meskipun elit yang dulu berseberangan pada akhirnya menunjukan nuansa berbada, itu Wajar saja Ketika fakta dukungan thdp Jokowi begitu dahsyat, maka banyak yang berbelok menyatakan dukungan. itu sebuah tuntutan nyata. Pertama, Itu instink mimikri dalam upaya survival. Sebab jika tidak melakukan hal itu mereka akan berhadapan dg fakta, kekuatan kerelaan. Yang Hebat ya Jokowi, tetap menyambutnya mesti kami yakin Jokowi tahu yang sesungguhnya. Bagi kami setelah diperlihatkan berbagai fakta kemudian berbalik bertobat, itu hanyalah seperti taubat saat sakaratul maut tidak bermakna.
Kedua, jika kita menilik ke teori motif, dimana Motif selalalu butuh pemuasan. Maka Ketika alat pemuasnya telah tercapai, maka dia merasa nyaman. Namun yang namanya manusia, selalu membangun sensasi untuk meraih kepuasan baru yg addiktif. Saat ini terasa tenang krn alat pemuas berupa jabatan di parlemen telah diraih. Jokowi harus terus “ruruh sarta wasis samubarangipun” tetap WASPADA dalam segala hal, termasuk terhadap langkah langkah macan yg mendekat.
Perlu disampaikan disini, memang banyak masukan sejak dari pooling, survey hingga kajian kajian track rekord oleh berbagai pihak dalam upaya mewujudkan Kabinet yang Ideal, The dream team. Namun perlu disadari pula, bahwa mereka yang unggul di survey, atau faktanya memang memiliki kehebatan, tidak mesti akan menjadi sebuah team yang hebat secara otomatis. Dua penyanyi hebat tidak otomatis menjadi satu duet yang kompak dan serasi, boleh saja bahkan menjadi duel dalam bernyanyi. Sebelas pemain bola yang paling top, tidak otomatis menjadi satu kesebelasan dengan permainan yang sangat menawan. Terkait dengan team, tidak sekedar menyangkurt teknik, adfa khemistri, ada hal-hal lain yang sangat diperlukan
Walau demikian kami sangat yakin Orang yang banyak berinteraksi lansung dengan orang banyak, maka kejelian intuisi terhadap orang lain jauh lebih tajam dari pada mereka yang bangga di belakang Meja dan asing di menara gading. JOKOWI dapat mengandalkan ketajaman itu dalam merancang bangun “Construct” kabinetnya. Berilah Prerogrative Jokowi Sepenuhnya jika ingin tercipta Indonesia Hebat. Oleh karenanya kami dapat mengatakan : We Trust U, Jokowi !

Selasa, 14 Oktober 2014

BLINGSATAN, PETAKILAN, AROGAN BUKAN JIWA AHLI SURGA

Sebuah panggilan mesra diberikan kepada Jiwa yang tenang (nafsul Muthmainnah) untuk memasuki jama’ah Hamba-Nya dan dipersilakan masuk Surga. Sejauh penelusuran penulis, inilah satu-satunya panggilan mesra untuk ahli surga sebagaimana termuat dalam al Qur’an sebagai berikut :
Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai; lalu masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS al-Fajr [89]: 27-30). Tentu saja kita semua ingin tahu apa saja deskripsi dari Jiwa Ahli surga itu. Melalui sebuah doa, yang diajarkan Rasulullah, deskripsi Nafsul Muthmainnah adalah :
(Allohumma inni as-aluka nafsaa bika muthma-innah, tu’minu biliqoo-ik, watardlo bi qodloo-ik, wataqna’u bi’athoo-ik) Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridha dengan ketetapanMu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu. Melalui doa mohon nafsu Muthmainnah di atasa, kita dapat memahami ada 3 unsurnya yakni 1. Yakin akan pertemuan dengan Allah, 2. Puas dengan ketentuan- Nya dan 3. Menerima keputusan-Nya. 1. Yakin Bertemu Dengan Allah Ciri yakin akan pertemuan dengan Allah dapat kita pahami dari ayat berikut :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S Al Kahfi : 110) Dari ayat diatas dapat kita pahami bahwa orang yang yakin dan berharap berjumpa dengan Allah dia akan : 1. melakukan amal Sholeh dan 2. Tidak menyekutukan Allah dalam beribadah kepada-Nya.
2. Ridlo (Puas) dengan Apapun dari Allah : Ciri ke dua dari Jiwa Ahli Surga adalah Ridlo dengan Qodlo Allah, dengan segala ketentuan dari Allah, sudah barang tentu dengan Ridlo kepada_nya Allah pun Ridlo kepadanya (Rodliyallahu anhu warodluu anhu). Gambaran tentang hamba dan Tuhan yang saling Ridlo dapat kita pahami dari Al Qur’an yang artinya sebagai berikut “Seungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh, mereka itulah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhannya ialah syurga Adn (tempat tinggal yang tetap), yang mengalir di bawahnya beberapa sungai; kekallah mereka di dalamnya selama-lamanya; Allah Ridlo akan mereka dan merekapun Ridlo (serta bersyukur) akan nikmat pemberianNya. Balasan yang demikian itu untuk orang-orang yang takut (melanggar perintah) Tuhannya.
3. Qona’ah Menurut bahasa qanaah artinya merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat tamak, sifat tersebut berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt merupakan karunia yang tiada terhingga.
Diantara beberapa contoh yang mencerminkan sifat qanaah adalah sebagai berikut : * Menerima dengan ikhlas setiap rezeki yang diberikan Allah Swt. * Senantiasa berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dari Allah Swt. * Bekerja keras dan tetap optimis. * Tidak berlebih-lebihan artinya membelanjakan harta sesuai kebutuhan Sifat qanaah tidak membuat orang mudah putus asa atas ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt, baik berupa ketakutan, kelaparan, bencana, maupun kekurangan harta benda. Akan tetapi, mereka akan tetap bersabar menerima ujian tersebut dan tidak patah semangat untuk menjalani kehidupannya kembali. Hal ini sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al qur`an surah Al Baqarah:155)
Sebagai bangsa Indonesia saat ini kita sedang menghadapi berbagai fenomena yang memprihatinkan. Sikap tidak mau menerima kekalahan, Melakukan Arogansi bahkan anarki seakan menjadi hal yang syah dilakukan oleh orang muslim atas nama kebebasan ekspresi, bicara dan berperilaku dan demokrasi, entah landasannya apa. Mudah-mudahan tulisan di atas dapat menyadarkan kita baha Jiwa Ahli surga adalah Jiwa Muthmainnah, Jiwa yang Tenang. Sebaliknya, Blingsatanm Arogan, Anarki bukanlah Jiwa Ahli Surga.
Dalam kesempatan ini, kita jadi ingat pitutur tentang jiwa tenang, yang harus dimiliki oleh Para Satria, Para pemimpin. Jika kita memperhatikan "Jiwa Ahli Surga", kemudian kita terapkan pada konsep kepemimpinan yang tertuang dalam tembang Macapat "kowe iku satria arane, kudu anteng jatmika ing budi. Ruruh sarta wasis, samubarangipun" nampak bahwa itu adalah "konsep kepeimpinan surgawi, Holistic Leadership yang kami kembangkan. Bagaimana dengan Pemimpin di sekitar kita, tenang ? Blingsatan ? Arogan ? Sombong ?