MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Sabtu, 31 Agustus 2013

PEMILU 2014 JALAN TAMPILNYA RIBUAN JOKOWI

Pemilu 2014 adalah pemilu yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Tampilnya putera-puteri terbaik Ibu pertiwi untuk memberikan sumbangsih terbaiknya bagai bangsa dan negara yang secara teoritik dinyatakan sebagai negara yang bangkrut mutlak diperlukan. Oleh karenanya, pendidikan dan pembelajaran politik untuk menciptakan masyarakat yang Cerdas Politik Untuk Indonesia lebih baik perlu terus digalakkan. Disisi lain informasi yang tepat dan akurat, yang terbebas dari rekayasa tentang profil dan track record anak-anak bangsa yang memungkinkan memegang amanah penederitaan rakyat perlu diberikan oleh pihak-pihak terkait dan digetoktularkan oleh kita semua sehingga saudara-saudara kita tidak memilih kucing dalam karung. Tidak kalah penting berbagai indikasi keterlibatan wakil-wakil rakyat (DPR) saat ini terkait dengan penyalahgunaan wewenang dan absurditas kinerjanya perlu diinformasikan secara fair karena apapun upaya penutupan masalah itu akan menjadi upaya yang sia-sia belaka.
Munculnya Jokowi sebagai pemenang persaingan pemilihan daerah merebutkan DKI 1 dengan gaya kepemimpinannya, ternyata telah membuka mata kita, bahwa rakyat sesungguhnya lebih memilih pemimpin yang “dekat” dengan rakyat, ketimbang pemimpin yang elitis, bombas, dan bertameng dalil-dalil agama. Gaya kepemimpinan Jokowi yang cenderung pada tingkat “sersan” (serius tetapi santai) telah banyak mengundang simpatik bahkan kepemimimpinan Jokowi menjadi bahan “copy paste” dari para elit politik dalam mengerahkan caleg-calegnya. Jokowi dan gaya kepemimpinannya menjelma menjadi Jokowifilia, kecintaan kepad Jokowi, dari blusukannya sampai cara berpakaian dan berpenampiulannya, pendek kata Jokowi juga menjadi trend setter. Sudah barang tentu, berbagai “keunikan” Jokowi menjadi tantangan sendiri dan bahkan dianggap akan menjadi penghambat utama bagi melajunya oknum-oknum tertentu ke puncak pimpinan nasional. Jokowifilia yang terus mangharapkan Jokowi memegang tampuk kepemimpinan nasional menghadapi tantangan berat dari lawan-lawan Jokowi yang iri dan dengki. Dengan keculasan dan kepecundangannya, oknum-oknum ini secara pandir sering menunjukan Jokowiphobianya. Bagi mereka Jokowi adalah Phobia nyata. Menabur virus Jokowiphobia adalah mekanisme pertahanan alamiahnya segabai individu yang terancam.
Bagaimanapun juga, Jokowi adalah aset bangsa yang sangat perlu dihargai dan disikapi secara manusiawi. Kita harus bersikap wajar dan realistis dalam menghadapi fenomena Jokowifilia. Manusiawi dalam artian biarlah Jokowi melakukan apa yang dia hendak lakukan dengan pilihan-pilihannya. Ketika Jokowi memilih lebih konsentrasi pada penyelesaian problematik Jakarta, maka siapapun jangan sampai mengusiknya untuk mendaki “kursi: kekuasaan lebih tinggi menjadi RI 1 misalnya. Demikian juga kita harus menghargai apabila dengan segala pertimbangannya Jokowi beralih dari konsentrasi semula membangun Jakarta kemudian beralih menggapai “kursi” yang lebih tinggi. Kita adalah satu keluarga bangsa Indonesia, yang penulis yakin, semua kita yang mencintai Indonesia sudah barang tentu menginginklan Ibu Pertiwi tidak menangis dan tidak bersedih hati lagi. Namun demikian, kita juga harus realistik dalam menangkap fenomena Jokowi. Tidak mungkin bangsa besar ini, negeri yang luas ini, hanya menyandarkan pada seorang Jokowi. Seandainya toh Jokowi menjadi “standar baku” , maka saya yakin Ibu Pertiwi mempunyai puter-putera yang “standarnya sama” bahakn melebihi “Baku standar” tersebut.
Barangkali sebagai sesama Kolega dan lebih khusus sesama Kagama yang kebetulan satu angkatan di UGM, penulis tahu, masih sangat banyak Jokowi-Jokowi dari “kampus rakyat UGM”, dan sebagai aktifis penggerak Lembaga Dakwah Kampus, Putera-Putera Pertiwi yang memenuhi “baku Standar” itu akan semakin banyak jika ditambah dari mereka yang berasal dari kampus lain yang bukan penghuni “menara gading” (lihat tulisan Topping Leadership di www.theholisticleadership.blogspot.com) dan makin kian berlimpah jika dari seluruh kampus, seluruh lapisan, dan berberapa tahun angkatan maupun kelahiran.
Yang menjadi tantangan kita sebenaranya adalah, bagaimana moment Pemilu 2014 nanti menjadi moment yang tepat bagi munculnya ribuan Jokowi untuk memperbaiki bangsa ini. Perlu pemulis paparkan disini, bahwa ratusan ribu putera-putera Pertiwi telah “disingkirkan oleh sistem” yang diawali dari konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK di tahun1978), mereka yang tidak mau dikekang dan dipelihara di menara gading ini kemudian menjadi korban-korban yang disingkirkan dalam system recruitment birokrat maupun technokrat dengan mata geluitin yang sangat taajam melalui system screening dan Indonesia sangat merugi karenanya. Oleh karena itu adalah wajar, para puncak birokrat hingga bebarapa lapis dibawahnya dapat terlibat pada hala-hal yang merugikan rakyat, karena memang mereka yang terjaring pada birokrat adalah mereka yang tidak terbiasa memikirkan rakyat, mereka yang lebih nyaman ada di menara gading untuk memperbesar IPK nya sehingga memungkinkan mengejar gelar-gelar akademik tertinggi.
Sementara itu merekla yang memang secara sadar menghindarai menara gading dan kemudian menjadi tersingkir karena system recruitment, mereka dengan keberanian dan kepercaayaan dirinya membangun masyarakat tanpa embel-embel artifisial yang “wah”. Mereka inilah amunisi-amunisi yang masih tersimpan yang memiliki kekuatan dahsyat untuk merontokkan “gunung problematika” yang dihadapi bangsa kita.
Penulis tahu, putera-putera bangsa yang masih menjadi permata yang tersimpan pada saat yang tepat akan mengibarkan panji-panji penyelamat bagi maslahat umat. Alhamdulillah dari DCT yang telah dikeluarkan oleh KPU, putera-putera bangsa ini telah siap berkompetisi secara fair. Hanya masalahnya jika para Incumbent yang telah tetrbukti menjadi manipulator, kortuptor, maklar proyek dll, lebih menarik karena iming-iming dan amang-amang (presure) yang mereka punyai, dan masyarakat tertipu karenanya, maka Indonesia akan jatuh kembali ke jurang yang lebih dalam. Untuk mencegah hal itu kita semua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan politik, untuk mengingatkan masyarakat untuk bertindak cerdas dalam mengahadapi pemilu 2014 nanti. Jika masyarakat cerdas politik, maka masyarakat dapat menciptakan meliu bagi terbukanya jalan ratusan riobu Jokowi bahakan yang lebih dari itu memegang kendali bangsa. Sudah barang tentu, Jokowiphilia maupun Jokowiphobia yang tidak rasional akan memberikan konstribusi negatif bagi munculnya ratuisan ribu bahkan jutaan putera-putera terbaik Ibu Pertiwi tampil ke depan. Jokowiphilia dan Jokowiphobia yang diciptakan oleh mass media juga harus segera diakhiri.
Mudah-Mudahan bermanfaat.

Kamis, 22 Agustus 2013

THE NEXT CANDIDATE PENGAWAL KEPENTINGAN USA PASCA SBY PRABOWO, WIRANTO ATAU PRAMONO ?

Mencuatnya kasus Migas, terutama setelah ditangkapnya "oknum" SKK Migas, mengingatkan Puisi penulis yang ditulis tahun 2006, sekitar 7 tahun lalu sesaat setelah Exon Mobil dimenangkan tendernya oleh pemerintah. Setelah buka-buka file, berikut kami sampaikan dua Judul Puisi Berjudul : Bendera Setengah Tiang dan Mars Penis
BENDERA SETENGAH TIANG Mari kita kibarkan bendera kuning di setiap gang Karena kebangggaan pada sesame anak pertiwi Tak ada lagi Mari kita kibarkan bendera putih, Untuk mewarnai hari-hari Cepu bertabur keju dan wiski Mari kita kibarkan bendera setengah tiang Karena sang kala tlah melumat persada ini MARS PENIS Oh penis penis yang berbaris Gemakan mars kuda sembrani bagi keperkasaan singgasana lelaki Bergetarlah menggelorakan samudra jiwa Muara bagi semua gelombang warna Yang tak pernah sirna Dari kenikmatan yang kita sembah bersama Wahai semesta kenikmatan Adakah lahirmu pertanda terbentangnya samudra bahagia kami ? Ataukah sekedar muara curahan parimbagan ? Kau telah pasrahkan pada semesta keabadian Mungkinkah kau bangun taman firdaus dunia dengan Mars mu ?
Diskusi tentang “Tangan Tangan Elit di Atas Blok Cepu” membuktikan bahwa Exon Mobile yang mendapat durian runtuh dari Rezim SBY tersebut terkait dengan “Hutang Budi” naiknya sang rezim pada pemilu 2004. Dalam pandangan penulis SBY kembali naik dengan dukungan USA melalui pengorbanan terhadap petani Indonesia dengan menjadi Inisiator perdagangan bebas sektor pertanian yang diselenggarakan di Bali. Pasangan SBY _ Boediono pada pemilu 2009 penulis sebut sebagai American’s No. 1 Package (lihat theholisticleadership.blogspot.com edisi Jumat, 19 Juni 2009).
Pada blog tersebut penulis menyampaikan : Jika dalam khasanah makanan siap saji kita mengenal ada American’s Number One Donuts , maka menjelang Pilpres 2009 barang kali ada Capres dan cawapres yang boleh dibilang senada dengan donat tersebut, yakni American’S Number One Package, atau tepatnya paketCapres dan Cawapres unggulan Amerika.
Pasangan Capres dan Cawapres yang layak mendapat julukan ini tentu tidak lain adalah pasangan SBY-Budiono. Pasangan ini telah terbukti secara konsistern menjalankan agenda-agenda Paman Sam dan mavianya selama SBY menjadi Presiden dan Budiono menjadi anak emas yang memegang jabatan kunci.
Paket unggulan Amerika ini tentu saja sangat diharapkan dapatmelanjutkan Paket ekonomi Neoliberal yang dikenal denganKonsesnsus Washington . Secara garis besar, kebijaksanaan ekonomi neoliberal memiliki agenda yang sangat mudah diidentifikasi , yang meliputi; pertama, stabilitas makro dan disiplin anggaran dengan memprioritaskan pemangkasan berbagai subsidi ; kedua liberalisasi perdagangan, industri dan investasi serta; ketiga, privatisasi.
Pertanyaannya adalah, siapakah andalan pengawal kepentingan USA setelah SBY tidak lagi mencalonkan diri sebagai Presiden RI ? Mengingat juga pada periode ini ada peristiwa yang sangat menggiurkan dengan berakhirnya kontrak Blok mahakam yang jauh lebih mumbrah-mumbruh migasnya ?
Menurut hemat penulis, yang akan menjadi andalan pengawal kepentingan USA pasca SBY adalah Collega SBY seangkatan di AKABRI maupun di Kawah Candradimuka perwira tinggi di Pentagon, Prabowo Subianto. Beberapa alasan dapat disampaikan disini diantaranya :
1. Prabowo bukan orang Asing Bagi Amerika. Kepentingan Ekonomi Amerika benar-benar dimanjakan Selama Orde Baru tentu saja tidak lepas dari nasehat perekonomian Orde baru yang dikenal sebagai Begawan Ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo, besan Penguasa Orde baru sendiri yang tidak lain adalah ayahanda Prabowo Subianto.
2. Hutang Budi USA itu boleh jadi yang mendorong USA “menghadiahi” berdirinya “Soemitro Center” di tanah paman Sam beberapa waktu lalu. Meski Prabowo tidak berkarier di bidang ekonomi, tetapi Putra Soemitro yang lain, menjadi pengusaha yang juga sangat berhasil dan menjadi mitra USA.
3. Sebagaimana tulisan terdahulu, bahwa perwira tinggi negara manapun yang ditingkatkan kemampuannya hingga meniti puncak karier militernya di tempat penempaan perwira tinggi milik USA, tentu saja akan sangat Loyal dengan almamater militernya itu, yang sudah barang tentu tidak akan pernah berani mengatakan tidak untuk mengawal kepentingan USA.
4. Karakter Prabowo yang tegas, lugas, yang sangat kontras dengan karakter SBY yang terasa lamban, ragu dll, adalah karakter yang dirindukan setelah kecewa terhadap SBY. Hal ini tentu sangat menguintungkan Prabowo terutama bagi pemilih yang kurang rasional, pemilih tradisional yang mengandalkan Figur. 5. Bagaimanapun juga posisinya sebagai ayah dari Cucu Cucu Soeharto melalui Putri penguasa Orde Baru itu (Tatik) akan menjadi keuntungan tambahan terutama bagi mereka yang masih memuja muja Orde Baru, dengan pendekatan keamanannya. Oleh karena itu tidak heran kalau di acount Twitter yang menamakan Prabowo Soebianto mengungkit masalah keamanan tersebut.
Dengan posisi sebagai pilihan utama Pengawal Kepentingan USA Pasca SBY tersebut, maka banyak hal yang harus dilakukan khusus kalau para kompetitor ingin dapat unggul dari Prabowo Subianto, termasuk kompetitor dari Militer, Wiranto-HT, maupun Pramono Sarwo Edi (jika dicalonkan PD). Sudah barang tentu, kompetitor dari militer dapat saja menjadi alternatif pilihan USA untuk menggantikan posisi SBY. Kecuali kalau rakyat berkata lain, tidak mendukung militer atau purnawirawan menjadi presiden untuk menghindari terulangnya Rezim Militer. Atau Rakyat menginginkan Indonesia tidak di bawah tekanan permainan kepentingan Amerika dan sekutunya. Semua tergantung Rakyat Indonesia apakah akan berlajut pengawal kepentingan Asing di Indonesia pasca rezim SBY yang sudah kita rasakan bersama kondisinya.
Wallahu a’lam bishowab !

Minggu, 11 Agustus 2013

NAJIS FULL, PARTAI DENGAN DANA HARAM

Sahabat, saat-saat silaturrahmi Idul Fitri, saat yang tepat untuk berpartisipasi membangun Masa Depan Indonesia melalui perubahan kepemimpinannya dan parlemennya. Sambil bersilaturrahmi, kita dapat melakukan berbagai tausiah kebangsaan terkait pemilu 2014 nanti, yang dilakukan beberapa bulan sebelum Ramadhan tahun 1435 H nanti. Jadi Pemilu 2014 masih terkait dengan hasil tempaan Ramadhan 1434 H ini.
Parlemen (DPR) dibawah Pimpinan Marzuki Ali (Partai Demokrat) dan Anis Matta (PKS) telah mandul dan meninggalkan Pekerjaan Rumah. dari berbagi sumber dinyatakan tidak kurang dari 70 RUU yang belum terselesaikan, belum lagi ditambah apa yang harus dilakukan setelah Study Etika Ke Yunani, yang ternyata konon sebagian Anggota Parlemen itu Study Undang-Undang Perkawinan Sejenis di Belanda (baca di www.theholisticleadership.blogspot.com). Ironisnya, beberapa sumber menyatakan justru semua fraksi DPR RI di bawah petinggi PD dan PKS itu sibuk menjadi Maklar Proyek, sering tidak hadir dan melanggar Tatib Dewan lainnya, sebuah kondisi yang layak untuk “Say No For Incumbents” jika mereka mencalonkan lagi menjadi Caleg.
Oleh karenanya, Anggota DPR hasil Pemilu 2014, haruslah benar-benar pribadi-pribadi yang memiliki integritas dan kepejuangan yang tinggi. Termasuk Integritas keislamannya karena mau tidak mau harus diakui, Indonesia di bawah Nasakom (orde lama), Nasionalis Kapitalis (Orba) dan Globalis Kapitalis (Neoliberalis, Reformasi) telah masuk ke dalam jurang yang sangat menakutkan. Hutang Indonesia terus meningkat menjadi 2023 Triliun sementara sumberdaya semakin menurun dan telah tergadaikan untuk mengisi pundi-pundi Penguasa dan kroninya. Indonesia sangat memerlukan nilai-nilai ilahiah, yang rahmatan lil alamin untuk menyelamatkannya.
Kita memahami hampir seluruh mass media di Indonesia dikuasai oleh para kapitalis neoliberalis, yang juga sangat berkepentingan menguasai DPR agar Kecurangan, penghisapan dan penyelewengan yang mereka lakukan menjadi legal/syah di hadapan Undang-Undang yang mereka buat dengan mengandalkan voting karena jumlah mereka besar.
Sudah pasti, di mass media kita tidak akan pernah melihat bahwa berbagai penyimpangan bisa saja dianggap legal/syah karena memang Undang-Undangnya begitu. Kebijakan eksekutif yang memang harus berpayung undang-undang akan menjadi lebih tajam penyimpangannya karena Eksekutifnya adalah bos dari para anggota paralemen yang membuat Undang-Undang itu, ujung-ujungnya, penindasan terhadap nasib rakyat makin tajam dan legal. Inilah hal yang harus dipahami rakyat untuk Cerdas Politik, agar tidak sekedar ditraktir bakso rakyat akan mempertaruhkan nasib bangsanya.
Pada dasarnya di DPR ada pertarungan dua nilai. Mereka yang memperjuangkan nilai-nilai ilahiah, yang mengarah pada keadilan, kemakmuran, kesejahteraan dan keberkahan umat/rakyat dan mereka yang memperjuangkan nilai-nilai toghut dengan berbagai bentuknya yang mengarah pada penumpukan kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan untuk dirinya dan kelompoknya, mereka saling bersaing dan saling berebut dan ahirnya saling berbagi kavling melalui kualisi. Penguatan kekuatan mereka yang ta’awun alal birri wattaqwa atas mereka yang ta’awun ‘alall itsmi wal udwan haruslah dilakukan.
Untuk bisa menguasai disana, dengan memahami kondisi masyarakat yang ada, mereka bermodal uang untuk membeli suara rakyat. Mereka mengumpulkan caleg-caleg berkantong tebal, untuk menyetor sebanyak-banyaknya sehiongga bisa menyuap para pemilih sebanyak-banyaknya. Serbagai misal, partai dengan anggaran 2 triliun, maka itu bisa membeli suara 40 juta pemilih dengan harga 50 ribu rupiah per pemilih. Dengan 40 Juta suara, berarti lebih dari 20 % suara yang memungkinkan partai itu melenggang ke Pilpres tanpa [pusing mencari kualisi, karena pasti yang berminat gabung banyak.
Penyadaran money politik adalah pada hakekatnya suap, dan suap menghadiahi neraka bagi penerima dan pemberi suap perlu terus dikampanyekan . Bangun kesadaran bahwa tindakan money politik sesungguhnya menjerumuskan para pemilih ke jurang paling dahsyat, Neraka !. Dan sudah pasti kekuasaan yang dibangun dengan cara ini, maka kekuasaannya tidak berkah. Sebagai orang beriman maka kita harus akui berbagai musibah, mala petaka krisis yang menimpa negeri ini, samapai sampai negara kaya terjatuh pada status ghorimin adalah bentuk dari ketidak berkahan penyelenggaraan negara, yang dipenuhi oleh suap menyuap.
Disinilah makna strategis silaturrahmi Idul Fitri Kali ini, saling memberikan informasi, tausiah, bahkan mengkampanyekan mujahid-mujahid politik yang akan berjuang di medan jihad ideologi kepada sanak saudara.
Saya sangat yakin, saudara-saudara saya, yang baru saja ditempa nilai takwa selama bulan sucu Ramadhan akan dapat melakukan amal mulia itu dengan sukses. Jika kemenangan politik umat Islam yang diwarnai dengan dipenuhinya Senayan oleh Para Mujahid Politik, Para Politisi yang komitmen dengan nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin untuk membangun baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. Terjadinya Bedol senayan ini, dimana Incumbent yang telah lacut (tidak amanah, sudahj terjatuh menjadi fasik) tidak terpilih lagi dan terpilihnya pemimpin Nasional Presiden RI yang benar-benar ahli dalam menata negara ini juga memahami pesan-pesan rahmatan lil ‘alamin yang harus dapat diaplikasikan dalam negara kesatuan Rapublik Indonesia (NKRI) yang berbineka adalah manifestasi dari doa minal a’idin wal faizin, Getting Back to Fitrah and Be A Winner ! Dalam skala Nasional tentunya.
Bagi mereka yang selama ini mengklaim sebagai pejuang-pejuang nilai ilahiah, bersih jujur, peduli, amanah, sidik, tetapi ternyata lacut, tidak amanah yang berarti telah fasik, maka kesaksiannya saja tidak diterima, bisa dipahami sbagai manusia yang hilaf, tetapi bukan berarti dipercaya lagi menjadi imam. Istilah kata, bagi mereka yang sudah “kentut” ya jangan dipaksakan terus menjadi imam. Makanya istilah Bedah danm Bedol Senayan menjadi sangat relevan, dalam artian kita bedah semua, kita periksa Caleg Incumbent, jika positif cidera maka harus dibedol (dicabut) untuk tidak hidup di senayan lagi.
Jadi dengan demikian, jika Ramadhan kita benar-benar menghasilkan kemenangan bagi tiap pribadi kita, pribadi muslim Indonesia, maka secara berjenjang akan menghasilkan kemenangan bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara. Indikasi hal ini pada kehidupan berbangsa, kaum muslimin akan melakukan “ibadah Muamalah Politiknya” dengan benar, akan melakukan Jihad Ideologi untuk menegakkan nilai-nilai ilahiah di atas nilai-nilai toghut.
Dalam skala praktis, kaum muslimin tidak akan terjebak pada praktek-praktek politik kotor apalagi suap- menyuap (money politik) dan secara ikhlas akan memilih Politisi atau pemimpin yang benar-benar amanah dengan proses mujahadahnya (benar-benar menyeleksi, tabayun dll). Kaum muslimin terhindar dari turut mendukung dan mengkampanyekan oknum-oknum yang salah secara serta merta karena dia adalah pimpinan partainya.
Bagaimana dengan partainya ? Jika berpartai adalah melakukan salah satu jenis ibadah, untuk memperjuangkan nilai, maka seumpama ibadah, katakanlah sholat, ketika kita sholat, maka kita menghindari tempat penuh najis. Ketika musholla kita kebetulan ketimpa banyak najis, maka sudah barang tentu kita lebih baik sholat di pematang yang bersih di bawah sinar Bulan Bintang dari pada tetep ruku sujud di musholla yang penuh najis.
Partai yang dibesarkan dengan dana-dana haram, pada hakekatnya adalah bangunan yang telah dilumuri barang najis, dan kita sia-sia melakukan ibadah disitu. Jadi dengan realitas semua fraksi di DPR adalah Maklar Proyek, saya hakkul yakin partai-partai yang saat ini ada di senayan dalah bangunan-bangunan penuh najis.
Anda mau memilih terus sholat di situ ? silakan, itu pilihan anda tetapi anda harus ikhlas kalau ibadah dan doa anda disitu akan selalu ditolak Allah, sebab salah satu ibdah yang ditolak adalah tempatnya berlumuran najis ! Semoga kita semua tetap dalam hidayah-Nya.
Wallahu a’lam bishowab.

Jumat, 09 Agustus 2013

DALAM KELAM INDONESIA SURAM, JADILAH BULAN BINTANG

Ramadhan telah berlalu, namun tentu saja apa yang telah kita lakukan pada bulan penuh berkah itu diharapkan selalu menyatu dalam gerak langkah kita satu tahun ke depan hingga kita menjumpai Ramadhan tahun 1435 Hijriah nantinya. Tentu saja sepanjang tahun dapat dijadikan Ramadhan, dihidupkan dengan spirit Ramadhan, jika dan hanya jika apa yang kita lakukan selama Ramadhan benar-benar dalam track Imanan wahtisaban.
Kesadaran dan sikap rendah hati kita pada reaslitas Ibadah Ramdahan yang kadang hanya menghasilkan rasa lapar dan dahaga, dalam artian ibadah Ramadhan yang tidak berefek (ngefek, atau efektif), maka dalam suasana Idul Fitri, jika kita bertemu satu dengan yang lainnya kita disunahkan mengucapkan doa yang maknanya semoga semua amalan kita, puasa kita, sholat kita, bacaan al quran kita di bulan suci Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Seperti doa berikut : تَقَبَلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ وَكُلُّ عَامٍِ بِخَيْرٍ مِنَ العَائِدَيْنِ وَالفَائِزِيْنَ May Allah accept it from us and you (our Fasting, Qiyam and all of our Ibadah, forgive us our sins and all our shortcomings) . and may you be well every year. Getting back to fitrah And Be A Winner
Dalam kelam Indonesia Suram, jadilah Bulan Bintang. Bulan memberikan terang dalam kedamaian dia laksana hati yang bersih yang memancarkan cahaya ilahi, Bulan memancarkan cahaya yang diterimanya dari matahari dalam keindahan dan kedamaian. Sementara bintang ia memancarkan sinar energi dalam kemuliaan.
Bulan dalam bentuk hilal (bulan sabit) adalah pertanda adanya hari baru, harapan-harapan baru dan kondisi-kondisi baru yang pertanda kebaikan. Al Quran mengungkapkan tentang hilal sebagai berikut : يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (Q.S Albaqoroh : 189)
Hilal itu berfungsi untuk menentukan waktu dan karena disebut khusus, maka lebih khusus adalah waktu Haji. Kedudukan Hilal sangat penting dalam Ibadah haji, karena ibadah haji esensinya adalah wukuf di Arafah, yakni tanggal 9 Dhulhijjah. Sehingga penentuan 1 Dzulhijjah untuk meruntut ke Arafah cukup punya waktu jika terjadi pergeseran. Pemanfaatan hilal ini terkait dengan kebajikan takwa, yang intinya adalah melakukan sesuatu dengan cara yang wajar dan benar, bukan cara neko-neko. Semangat hilal menempatkan kita untuk tetap menegakkan nilai-nilai takwa (syariah Islam) dalam kontek yang wajar dan benar, yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang berbineka. Ketuhanan dengan klewajiban menjalankan syariah bagi para pemeluknya yang kemudian berganti Menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa melalui Gentlement Agreement dengan penekanan itu bermakna “Tauhid”, adalah amanah yang mestinya dijaga bersama sebagai anak bangsa.
Penafian hakekat “tauhid” sehingga selama ini apa yang dialakukan oleh bangsa Indonesia dalam membangun sistem kenegaraan yang lebih bernuansa sekuler, terlepas dari nilai Iman yang ilahiah hasil nya sungguh sudah kita lihat bersama. Indonesia saat ini dalam kekelaman mendalam, dengan beban hutang yang sungguh luar biasa besarnya (2023 T) menegaskan bahka Indonesia memiliki masa depan suram. Tiga Era Sistem banunan Indonesia sejak merdeka, era Nasakom, era Nasionalis kapitalis dan era Kapitalis Global (Neoliberalis) semua telah membuktikan thesa baha Pembangunan Bangsa Tanpa Iman yang kokoh adalah bunuh diri. Dan Indonesia saat ini sedang sekarat karena bunuh diri.
Minal a’idin wal faizin, sebagai kaum yang kembali Fitrah (getting back to fitrah) dan menjadi Sang Pemenang (Be A Winner) adalah spirit para bintang. Bintang merupakan lambang Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai-nilai spiritual Tauhid. Kemenangan yang kita upayakan adalah kemenangan yang bernilai spiritual, bukan sekedar kemenangan yang artifisial. kemenangan Para Bintang adalah keunggulan nilai-nilai kebajikan, nilai-nilai ketakwaan, dan bukan kemenangan semu, apalagi kemenangan yang dibangun atas penghalalan segala cara.
Perpaduan hakekat spirit Bulan dan Bintang dalam lambang Bulan Bintang membimbing kita untuk tampil sebagai pendekar-pendekar yang membangkitkan spirit pembaharuan yang penuh harapan menuju kemuliaan Indonesia. Spirit untuk mengubah Indonesia dengan cara-cara yang benar dan dengan tujuan yang benar yakni kemuliaan yang paling tinggi yakni kemuliaan bangsa yang bertakwa. Dalam kondisi seperti ini, coba perhatikan firman Allah berikut : وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Q.S : Al A’raaf 96)
Oleh karena itu, jika puasa kita benar-benar efektif, alias ngefek menghasilkan efek/pengaruh yakni takwa, maka dengan hadirnya hilal 1 Syawal ini bukan kemudian semuanya lebaran, bubaran. Namun justru sebaliknya dalam kelam Indonesia Suram ini, kita tampil sebagi Bulan Bintang Bulan Bintang, yang membangkitkan terang dan semangat membangun Indonesia dengan spirit tauhid, sebagaimana amanah diproklamasikannya NKRI ini. Fastabiqul Khoirot