MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 11 Agustus 2013

NAJIS FULL, PARTAI DENGAN DANA HARAM

Sahabat, saat-saat silaturrahmi Idul Fitri, saat yang tepat untuk berpartisipasi membangun Masa Depan Indonesia melalui perubahan kepemimpinannya dan parlemennya. Sambil bersilaturrahmi, kita dapat melakukan berbagai tausiah kebangsaan terkait pemilu 2014 nanti, yang dilakukan beberapa bulan sebelum Ramadhan tahun 1435 H nanti. Jadi Pemilu 2014 masih terkait dengan hasil tempaan Ramadhan 1434 H ini.
Parlemen (DPR) dibawah Pimpinan Marzuki Ali (Partai Demokrat) dan Anis Matta (PKS) telah mandul dan meninggalkan Pekerjaan Rumah. dari berbagi sumber dinyatakan tidak kurang dari 70 RUU yang belum terselesaikan, belum lagi ditambah apa yang harus dilakukan setelah Study Etika Ke Yunani, yang ternyata konon sebagian Anggota Parlemen itu Study Undang-Undang Perkawinan Sejenis di Belanda (baca di www.theholisticleadership.blogspot.com). Ironisnya, beberapa sumber menyatakan justru semua fraksi DPR RI di bawah petinggi PD dan PKS itu sibuk menjadi Maklar Proyek, sering tidak hadir dan melanggar Tatib Dewan lainnya, sebuah kondisi yang layak untuk “Say No For Incumbents” jika mereka mencalonkan lagi menjadi Caleg.
Oleh karenanya, Anggota DPR hasil Pemilu 2014, haruslah benar-benar pribadi-pribadi yang memiliki integritas dan kepejuangan yang tinggi. Termasuk Integritas keislamannya karena mau tidak mau harus diakui, Indonesia di bawah Nasakom (orde lama), Nasionalis Kapitalis (Orba) dan Globalis Kapitalis (Neoliberalis, Reformasi) telah masuk ke dalam jurang yang sangat menakutkan. Hutang Indonesia terus meningkat menjadi 2023 Triliun sementara sumberdaya semakin menurun dan telah tergadaikan untuk mengisi pundi-pundi Penguasa dan kroninya. Indonesia sangat memerlukan nilai-nilai ilahiah, yang rahmatan lil alamin untuk menyelamatkannya.
Kita memahami hampir seluruh mass media di Indonesia dikuasai oleh para kapitalis neoliberalis, yang juga sangat berkepentingan menguasai DPR agar Kecurangan, penghisapan dan penyelewengan yang mereka lakukan menjadi legal/syah di hadapan Undang-Undang yang mereka buat dengan mengandalkan voting karena jumlah mereka besar.
Sudah pasti, di mass media kita tidak akan pernah melihat bahwa berbagai penyimpangan bisa saja dianggap legal/syah karena memang Undang-Undangnya begitu. Kebijakan eksekutif yang memang harus berpayung undang-undang akan menjadi lebih tajam penyimpangannya karena Eksekutifnya adalah bos dari para anggota paralemen yang membuat Undang-Undang itu, ujung-ujungnya, penindasan terhadap nasib rakyat makin tajam dan legal. Inilah hal yang harus dipahami rakyat untuk Cerdas Politik, agar tidak sekedar ditraktir bakso rakyat akan mempertaruhkan nasib bangsanya.
Pada dasarnya di DPR ada pertarungan dua nilai. Mereka yang memperjuangkan nilai-nilai ilahiah, yang mengarah pada keadilan, kemakmuran, kesejahteraan dan keberkahan umat/rakyat dan mereka yang memperjuangkan nilai-nilai toghut dengan berbagai bentuknya yang mengarah pada penumpukan kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan untuk dirinya dan kelompoknya, mereka saling bersaing dan saling berebut dan ahirnya saling berbagi kavling melalui kualisi. Penguatan kekuatan mereka yang ta’awun alal birri wattaqwa atas mereka yang ta’awun ‘alall itsmi wal udwan haruslah dilakukan.
Untuk bisa menguasai disana, dengan memahami kondisi masyarakat yang ada, mereka bermodal uang untuk membeli suara rakyat. Mereka mengumpulkan caleg-caleg berkantong tebal, untuk menyetor sebanyak-banyaknya sehiongga bisa menyuap para pemilih sebanyak-banyaknya. Serbagai misal, partai dengan anggaran 2 triliun, maka itu bisa membeli suara 40 juta pemilih dengan harga 50 ribu rupiah per pemilih. Dengan 40 Juta suara, berarti lebih dari 20 % suara yang memungkinkan partai itu melenggang ke Pilpres tanpa [pusing mencari kualisi, karena pasti yang berminat gabung banyak.
Penyadaran money politik adalah pada hakekatnya suap, dan suap menghadiahi neraka bagi penerima dan pemberi suap perlu terus dikampanyekan . Bangun kesadaran bahwa tindakan money politik sesungguhnya menjerumuskan para pemilih ke jurang paling dahsyat, Neraka !. Dan sudah pasti kekuasaan yang dibangun dengan cara ini, maka kekuasaannya tidak berkah. Sebagai orang beriman maka kita harus akui berbagai musibah, mala petaka krisis yang menimpa negeri ini, samapai sampai negara kaya terjatuh pada status ghorimin adalah bentuk dari ketidak berkahan penyelenggaraan negara, yang dipenuhi oleh suap menyuap.
Disinilah makna strategis silaturrahmi Idul Fitri Kali ini, saling memberikan informasi, tausiah, bahkan mengkampanyekan mujahid-mujahid politik yang akan berjuang di medan jihad ideologi kepada sanak saudara.
Saya sangat yakin, saudara-saudara saya, yang baru saja ditempa nilai takwa selama bulan sucu Ramadhan akan dapat melakukan amal mulia itu dengan sukses. Jika kemenangan politik umat Islam yang diwarnai dengan dipenuhinya Senayan oleh Para Mujahid Politik, Para Politisi yang komitmen dengan nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin untuk membangun baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. Terjadinya Bedol senayan ini, dimana Incumbent yang telah lacut (tidak amanah, sudahj terjatuh menjadi fasik) tidak terpilih lagi dan terpilihnya pemimpin Nasional Presiden RI yang benar-benar ahli dalam menata negara ini juga memahami pesan-pesan rahmatan lil ‘alamin yang harus dapat diaplikasikan dalam negara kesatuan Rapublik Indonesia (NKRI) yang berbineka adalah manifestasi dari doa minal a’idin wal faizin, Getting Back to Fitrah and Be A Winner ! Dalam skala Nasional tentunya.
Bagi mereka yang selama ini mengklaim sebagai pejuang-pejuang nilai ilahiah, bersih jujur, peduli, amanah, sidik, tetapi ternyata lacut, tidak amanah yang berarti telah fasik, maka kesaksiannya saja tidak diterima, bisa dipahami sbagai manusia yang hilaf, tetapi bukan berarti dipercaya lagi menjadi imam. Istilah kata, bagi mereka yang sudah “kentut” ya jangan dipaksakan terus menjadi imam. Makanya istilah Bedah danm Bedol Senayan menjadi sangat relevan, dalam artian kita bedah semua, kita periksa Caleg Incumbent, jika positif cidera maka harus dibedol (dicabut) untuk tidak hidup di senayan lagi.
Jadi dengan demikian, jika Ramadhan kita benar-benar menghasilkan kemenangan bagi tiap pribadi kita, pribadi muslim Indonesia, maka secara berjenjang akan menghasilkan kemenangan bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara. Indikasi hal ini pada kehidupan berbangsa, kaum muslimin akan melakukan “ibadah Muamalah Politiknya” dengan benar, akan melakukan Jihad Ideologi untuk menegakkan nilai-nilai ilahiah di atas nilai-nilai toghut.
Dalam skala praktis, kaum muslimin tidak akan terjebak pada praktek-praktek politik kotor apalagi suap- menyuap (money politik) dan secara ikhlas akan memilih Politisi atau pemimpin yang benar-benar amanah dengan proses mujahadahnya (benar-benar menyeleksi, tabayun dll). Kaum muslimin terhindar dari turut mendukung dan mengkampanyekan oknum-oknum yang salah secara serta merta karena dia adalah pimpinan partainya.
Bagaimana dengan partainya ? Jika berpartai adalah melakukan salah satu jenis ibadah, untuk memperjuangkan nilai, maka seumpama ibadah, katakanlah sholat, ketika kita sholat, maka kita menghindari tempat penuh najis. Ketika musholla kita kebetulan ketimpa banyak najis, maka sudah barang tentu kita lebih baik sholat di pematang yang bersih di bawah sinar Bulan Bintang dari pada tetep ruku sujud di musholla yang penuh najis.
Partai yang dibesarkan dengan dana-dana haram, pada hakekatnya adalah bangunan yang telah dilumuri barang najis, dan kita sia-sia melakukan ibadah disitu. Jadi dengan realitas semua fraksi di DPR adalah Maklar Proyek, saya hakkul yakin partai-partai yang saat ini ada di senayan dalah bangunan-bangunan penuh najis.
Anda mau memilih terus sholat di situ ? silakan, itu pilihan anda tetapi anda harus ikhlas kalau ibadah dan doa anda disitu akan selalu ditolak Allah, sebab salah satu ibdah yang ditolak adalah tempatnya berlumuran najis ! Semoga kita semua tetap dalam hidayah-Nya.
Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar: