MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 09 Agustus 2013

DALAM KELAM INDONESIA SURAM, JADILAH BULAN BINTANG

Ramadhan telah berlalu, namun tentu saja apa yang telah kita lakukan pada bulan penuh berkah itu diharapkan selalu menyatu dalam gerak langkah kita satu tahun ke depan hingga kita menjumpai Ramadhan tahun 1435 Hijriah nantinya. Tentu saja sepanjang tahun dapat dijadikan Ramadhan, dihidupkan dengan spirit Ramadhan, jika dan hanya jika apa yang kita lakukan selama Ramadhan benar-benar dalam track Imanan wahtisaban.
Kesadaran dan sikap rendah hati kita pada reaslitas Ibadah Ramdahan yang kadang hanya menghasilkan rasa lapar dan dahaga, dalam artian ibadah Ramadhan yang tidak berefek (ngefek, atau efektif), maka dalam suasana Idul Fitri, jika kita bertemu satu dengan yang lainnya kita disunahkan mengucapkan doa yang maknanya semoga semua amalan kita, puasa kita, sholat kita, bacaan al quran kita di bulan suci Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Seperti doa berikut : تَقَبَلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ وَكُلُّ عَامٍِ بِخَيْرٍ مِنَ العَائِدَيْنِ وَالفَائِزِيْنَ May Allah accept it from us and you (our Fasting, Qiyam and all of our Ibadah, forgive us our sins and all our shortcomings) . and may you be well every year. Getting back to fitrah And Be A Winner
Dalam kelam Indonesia Suram, jadilah Bulan Bintang. Bulan memberikan terang dalam kedamaian dia laksana hati yang bersih yang memancarkan cahaya ilahi, Bulan memancarkan cahaya yang diterimanya dari matahari dalam keindahan dan kedamaian. Sementara bintang ia memancarkan sinar energi dalam kemuliaan.
Bulan dalam bentuk hilal (bulan sabit) adalah pertanda adanya hari baru, harapan-harapan baru dan kondisi-kondisi baru yang pertanda kebaikan. Al Quran mengungkapkan tentang hilal sebagai berikut : يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung (Q.S Albaqoroh : 189)
Hilal itu berfungsi untuk menentukan waktu dan karena disebut khusus, maka lebih khusus adalah waktu Haji. Kedudukan Hilal sangat penting dalam Ibadah haji, karena ibadah haji esensinya adalah wukuf di Arafah, yakni tanggal 9 Dhulhijjah. Sehingga penentuan 1 Dzulhijjah untuk meruntut ke Arafah cukup punya waktu jika terjadi pergeseran. Pemanfaatan hilal ini terkait dengan kebajikan takwa, yang intinya adalah melakukan sesuatu dengan cara yang wajar dan benar, bukan cara neko-neko. Semangat hilal menempatkan kita untuk tetap menegakkan nilai-nilai takwa (syariah Islam) dalam kontek yang wajar dan benar, yang sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang berbineka. Ketuhanan dengan klewajiban menjalankan syariah bagi para pemeluknya yang kemudian berganti Menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa melalui Gentlement Agreement dengan penekanan itu bermakna “Tauhid”, adalah amanah yang mestinya dijaga bersama sebagai anak bangsa.
Penafian hakekat “tauhid” sehingga selama ini apa yang dialakukan oleh bangsa Indonesia dalam membangun sistem kenegaraan yang lebih bernuansa sekuler, terlepas dari nilai Iman yang ilahiah hasil nya sungguh sudah kita lihat bersama. Indonesia saat ini dalam kekelaman mendalam, dengan beban hutang yang sungguh luar biasa besarnya (2023 T) menegaskan bahka Indonesia memiliki masa depan suram. Tiga Era Sistem banunan Indonesia sejak merdeka, era Nasakom, era Nasionalis kapitalis dan era Kapitalis Global (Neoliberalis) semua telah membuktikan thesa baha Pembangunan Bangsa Tanpa Iman yang kokoh adalah bunuh diri. Dan Indonesia saat ini sedang sekarat karena bunuh diri.
Minal a’idin wal faizin, sebagai kaum yang kembali Fitrah (getting back to fitrah) dan menjadi Sang Pemenang (Be A Winner) adalah spirit para bintang. Bintang merupakan lambang Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai-nilai spiritual Tauhid. Kemenangan yang kita upayakan adalah kemenangan yang bernilai spiritual, bukan sekedar kemenangan yang artifisial. kemenangan Para Bintang adalah keunggulan nilai-nilai kebajikan, nilai-nilai ketakwaan, dan bukan kemenangan semu, apalagi kemenangan yang dibangun atas penghalalan segala cara.
Perpaduan hakekat spirit Bulan dan Bintang dalam lambang Bulan Bintang membimbing kita untuk tampil sebagai pendekar-pendekar yang membangkitkan spirit pembaharuan yang penuh harapan menuju kemuliaan Indonesia. Spirit untuk mengubah Indonesia dengan cara-cara yang benar dan dengan tujuan yang benar yakni kemuliaan yang paling tinggi yakni kemuliaan bangsa yang bertakwa. Dalam kondisi seperti ini, coba perhatikan firman Allah berikut : وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Q.S : Al A’raaf 96)
Oleh karena itu, jika puasa kita benar-benar efektif, alias ngefek menghasilkan efek/pengaruh yakni takwa, maka dengan hadirnya hilal 1 Syawal ini bukan kemudian semuanya lebaran, bubaran. Namun justru sebaliknya dalam kelam Indonesia Suram ini, kita tampil sebagi Bulan Bintang Bulan Bintang, yang membangkitkan terang dan semangat membangun Indonesia dengan spirit tauhid, sebagaimana amanah diproklamasikannya NKRI ini. Fastabiqul Khoirot

Tidak ada komentar: