MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Senin, 06 Oktober 2014

BEN AFFLECK, ISLAMOPHOBIA DAN ESENSI HUTBAH HAJI WADA

Sanggahan kritis Ben Affleck atas pandangan Harris terhadap umat Islam. Affleck yang terlihat sangat gusar , menjawab penghinaan terhadap Islam tersebut adalah adalah sesuatu yang kotor dan rasis. Affleck menyatakan " Bagaimana dengan lebih dari satu miliar orang yang tidak fanatik, yang tidak menghukum perempuan, yang hanya ingin pergi ke sekolah dan makan roti sandwich, yang bersembahyang lima waktu dalam sehari , dan tidak melakukan apapun yang menurut Anda dilakukan semua Muslim ?"
Islamophobia, ketakutan berlebihan yang tidak beralasan akhibat ketidak tahuan esensi Islam itu sendiri, juga akhibat keindahan Islam ditutupi oleh kaum muslimin. Islamophobia di AS itu dikecam Ben Afflect dalam sebuah acara Televisi di As tepat di hari dimana Jama'ah Haji me;lakukan wukuf di Arofah di hari Jum'at yang diyakini sebagai Haji Akbar. Pandangan yang disampaikan Affleck untuk menyanggah pernyataan Harris itu, sebenarnya adalah bagian dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW pada Khutbah Haji Wada 1424 tahun lalu. Khutbah itu menurut penilain penulis sesungguhnya merupakan tatanan Hidup Dunia Baru yang penuh Rahmatan Lil Alamin. berikut detail dai esensi khutbah wda tersebut.
Idul Adha, memberikan pembelajaran bagi kita bahwa Untuk mendidik sehingga tercipta generasi Ismail yang sholeh dan siap berkurban demi perintah suci ilahi diperlukan Pendidik yang tabah, kuat, kreatif dan sabar seperti Bunda Siti Hajar. Karena, meminjam istilah al Ghazali, hanya cermin yang jernih yang dpt memantulkan cahaya. Nur Allah hanya dpt diterima dan dipancarkan oleh hati yang bersih, hati berdebu tak mungkin menerima apalagi memancarkan Cahaya Ilahi. Tak mungkin pendidikan menjadi baik dg pendidik yang fasik.apalagi munafik. Dengan demikian untuk mendidik, bukan sekedar kemampuan pengetahuan (kognisi) yang diperlukan tetapi jauh lebih pendtiong dari itu adalah karakter unggul para pendidiknya.
Kemampuan Bunda hajar akan geografis Makkah dimana beliau ditinggalkan oleh nabi Ibrohim AS, boleh jadi terbatas, tetapi karakternya yang tidak mengenal menyerah, dan perjuangannnya yang kuat telah mampu membangkitkan semangat bertahan hidup dengan lari dari Shafa dan Marwa. Demikian juga dengan ketabahan dan kesabarannya, mampu mendidik Ismail dengan sukses, sehingga ketika Nabiyullah Ibrahim mengutarakan majsudnya untuk menyembelihnya, Islail dapat memahami ungkapan itu dengan penuh kecerdasan, kecerdasan sejati karena Ismail dapat mengendalikan hawa nfsunya, nafsu pada umumnya ingin mempertahankan diri dengan kepasrahan untuk hidup sesudah matyinya.
Berbagai moment hidup keluarga Ibrahim AS, inilah yang kemudian banyak dijadikan rukun dalam ritual ibadah haji. Terkait dengan haji Itu sendiri, dalam Buku Haji karya DR Ali Shariati yang terbit awal Kebangkitan Islam menjadi best seller. Dalam buku itu ada teguran Ali Shariati yang kurang lebih menyatakan : “Engkau memang sudah ke Mekah, engkau sudah ke kabah, sudah ke shofa dan marwah, engkau juga sudah Wukuf dan jumroh, tetapi Engkau belum berhaji. Ketika nilai nilai haji tidak dibumikan dalam kehidupanmu.” Jama’ah Haji yang melakukan ritual haji di Makkah dan sekitarnya, Bagi Ali Shariati belum dianggap berhaji manakala kecintaan dan pengorbanannya kepada Allah tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari=hari sebagaimana Nabi Ibrahim. Ketabahan, Kreatifitas, Kesabaran dan Optimisme Hajar dalam menaklukan alam belum tercermin dalam amalan kita sehari-hari. Dan juga belum penuh khusnudhon dan ketaatan kepada Orang tua sebagaimana diperlihatkan Ismail.
Pendek kata, Jika kita benar-benar telah berhaji, maka hidup kita tidak lain adalah napak tilas kehidupan keluarga Ibrahim, yang pada akhirnya tercermin dalam ungkapannya “Qul innaa sholaati wanusuki wamahyaya wamaa mati lillahi robbil alamin”, sungguh sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rab seluruh alam semesta”, totalitas hidup yang kita jalani adalah manifestasi dari pengabdian kita hanya kepada Allah SWT.
Terkait dengan tata dunia baru, Idul Adha terutama terkait dengan Hajinya, dan lebih khusu lagi terkait dengan Haji Wada, maka tatanan dunia bartu yang Equaliti, Adfil, Damai, Penghargaan pada HAM dan penuh nilai kasih tercermin pada isi khutbah Haji Wada Rasulullah SAW.Hari itu tanggal 8 Dhulhijjah 10 H. Saat itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pergi ke Mina dan melaksanakan shalat zuhur, asar, magrib, isya, dan subuh di sana. Seusai menanti beberapa seat hingga matahari terbit, beliau lantas melanjutkan perjalanan hing­ga tiba di Arafah. Tenda-tenda waktu itu telah didirikan di sana. Beliau pun masuk tenda yang disiapkan bagi beliau. Hari Arafah, Setelah matahari tergelincir, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam meminta agar Al-Qashwa’, unta beliau, didatangkan. Beliau kemudian menungganginya hingga tiba di tengah Padang Arafah. Di sana telah berkumpul sekitar 124.000 samapi dengan 144.000 kaum Muslim. Beliau kemudian berdiri di hadapan mereka me­nyampaikan khutbah haji terakhir beliau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan haji wada’:
Beberapa Pesan (Wasiat) Rasulullah SAW dalam khutbah haji wada‘ di Padang Arafah mengingatkan kita bahwa “Darah, harta benda, dan kehormatan kalian adalahharam (tidak boleh dilanggar)”… (HR. Bukhori, Muslim, Ibnu Majah, dan Abu Dawud). Ibnu Abdul Hakam dalam Futuh al Mishra wa al Maghrib (1961) meriwayatkan sikap Umar Ibn Khattab yang menggugat perlakuan Amru Ibn Ash yang pada waktu itu menjabat Gubernur Mesir; “mengapa engkau memperbudak orang wahai Amru, padahal ia dilahirkan sebagai orang merdeka” . Hal ini menegaskan bahwa tradisi Islam meyakini “tidaklah manusia itu dilahirkan kecuali dalam keadaan suci” (HR. Bukhori dan Muslim). Oleh karenanya, hak bermartabat (right to dignity), hak kemerdekaan (right to liberty), hak memilih (right to choice) yang merupakan hak-hak asasi manusia yang dijamin eksistensinya oleh Islam. Lebih dari itu, menurut Ali Gharisah (1990), Islam menempatkan hak-hak asasi manusia (huququl insaniyyah) di atas posisi halal, yaknihurumat (hal- hal yang dilarang untuk melanggarnya) atau kehormatan, sebagaimana wasiat Rasullulah.
Paling tidak, dari Khutbah haji wada, dapat dirangkum ada 7 (tujuh) hak dasar yang dipertegas pada wukuf 9 Dzulhijjah 10 H itu, yakni : Pertama ialah hak hidup, sangat dihargai sekali.Darah dan harta adalah hak dasar dalam huququl insaniyyah (hak-hak kemanusiaan), yaitu hak hidup; Yang ke dua adalah hak harta. Rasulullah menyatakan bahwa siapapun yang mempertahankan hartanya maka matinya adalah syahid. Letiga, adalah mengenai riba, “Semua riba dihapuskan”. Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa bank konvensional itu riba. “Dan semua riba tidak diperbolehkan.
Kemudian sebagai wasiat yang ke empat adalah penghapusan balas dendam. ”Semua darah yang biasa dilakukan jahiliyyah dihapuskan”. Oleh Islam diganti dengan qishosh (bunuh balas bunuh), kecuali jika keluarga korban mengikhlaskan dengan membayardiyat. Budaya darah balas darah dihapuskan, betul- betul diubah dari zaman jahiliyyah ke dalam zaman baru Islam. Sedang wasiat Ke lima adalah hak mengenai perempuan. “Kamu mempunyai hak terhadap para istri kamu, dan mereka punya hak atas diri kamu”. Menurut riwayat lain, Nabi pernah meminta agar kita memikirkan tiga hal, yakni shalat, perempuan, dan perbudakan. Tiga hal ini dipesan Nabi sampai menjelang wafat beliau. Jadi, aturan mainnya sama dengan yang kita baca dalam fikih perempuan.
Sebagai pesan Rasulullah yang Ke enam, yang merupakan wasiat sangat penting bagi kaum muslimin adalah : “Aku telah meninggalkan kamu yang bila kamu berpegang selamanya kamu tidak sesat, yaitu al Quran dan Sunnah Nabi.” Dan pesan Rasul Muhammad SAW pada khutbah Haji Wada yang Ke tujuh adalah hak persaudaraan. “Sesungguhnya antar orang Mukmin adalah saudara”. Itu adalah sabda Nabi di depan sejumlah 114 ribu jamaah haji, ada yang mengatakan sampai 124 ribu jamaah, menurut versi Ibn Ishaq riwayat Ibn Hisyam.
Tidak lama pasca menyam[aikan khutbah haji wada tersebtu Rasulullah Saw. turunlah firman Allah, Pada hari ini telah Kusem­purnakan bagi kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku dan Islam telah Kuridhai menjadi agama bagi kalian (QS AI-Ma’idah [5]: 3). Inilah deklarasi kesempurnaan dan Keridloan dari pemilik segala Hak (Allah SWT). Kronologis Khutbah haji wada dan Pernyataan Kesempurnaan Agama Islam bagaikan sebuh Review, Refleksi dan Affirmasi. Bahwa Hubungan-hubungan keilahiahan (Hablumminallah), akan menjadi sempurna dan menjadi nikmat yang pari purna ketika semua itu dibarengi dengan menghormati dan melindungi hak-hak kemanusiaan melalui Hablumminannaas yang indah. Inilah ajaran yang lurus, ajaran yang menjadi Rahmat bagi alam semesta dalam konteks manausia bertauhid.

Tidak ada komentar: