MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Senin, 05 Desember 2011

PARADIGM IS PARADIGMA





Pendahuluan

Jika anda sudah bekerja selama 15 tahun, dan anda baru menerima gaji hanya sebatas UMR, katakanlah 2 juta rupiah perbulan , menurut anda, itu besar atau kecil ? Saya yakin kita semua akan menjawab sangat kecil. Lantas, jiak uang 2 juta rupiah itu di tengah jalan dipalak dan diambil semua, anad merasa kehilangan besar atau kecil ? Sya yakin kita akan merasakan itu kehilangan besar. Mengapa dengan nilai yang sama 2 juta rupiah, ketika kita mendapatkan itu terasa kecil dan ketika itu semua hilang kita merasa itu angka yang besar ?

Tentu kita akan jawab karena sudut pandang dari dua kejadian yang melibatkan kuantitas uang yang sama, memiliki perbedaan sudut pandang. Cara pandang kita terhadap sebuah fenomena itulah yang kita sebut sebagai paradigm.

Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani. Kata ini semula merupakan istilah ilmiah dan lebih lazim digunakan sekarangini dalam artian model, teori, persepsi, asumsi, atau kerangka acuan. Dalam pengertian yang lebih umum, paradigma adalah cara kita “melihat” dunia, bukan berkaitan dengan pengertian visual dari tindakan melihat, melainkan berkaitan dengan persepsi, mengartikan, menafsirkan.

Berkaitan dengan tujuan kita, cara sederhana untuk memahami paradigma adalah dengan mengumpamakannya sebagai peta. Kita pasti tahu bahwa “peta bukanlah wilayah” yang sebenarnya. Peta hanyalah sekedar p[enjelasan tentang aspek tertentu dari suatu wilayah. Itulah persisnya apa yang dimaksud dengan paradigma. Paradigma adalah sebuah penjelasan, teori atau model untuk suatu hal.

Andaikan anda ingin tiba di Pusat Nasi Megono di Jakarta, sebuah peta jalan kota Jakarta akan sdangat membantu anda untuk tiba di tempat tujuan. Akan tetapi, andaikan saja anda diberi peta yang salah karena kesalahan cetak misalnya, peta yang diberi label “Peta Kota Jakarta” sebenarnya itu “Peta Kota Bandung”. Dimana tidak ada Jalan Gadjah Mada, padahal pusat Nasi Megono ada di jalan itu, dapatkah anda banyangkan rasa frustasi dan ketidak efektifan usaha untuk mencapai tempat Nasi Megono ?


Paradigma Kita

Anda mungkin terus mengolah perilaku anda, anda mel;akukan usaha lebih keras, lebih giat. Melipat gandakan kecepatan anda. Akan tetapi usaha anda hanya akan berhasil membawa anda ketempat yang salah tadi dengan lebih cepat. Intinya adalah anda masih tersesat. Masalah yang mendasar ini tidaklah berkaitan dengan perilaku atau sikap anda. Masalah sebenartnya berkaitan dengan peta yangh yang salah.

Jika kita mempunyai peta yang benar dari Kota Jakarta, maka ketekunan menjadi mpenting, dan jika kita menghadapi penghalang yang membuat frustasi sepanjang jalan, maka sikap dapat membuat perbedaan yang benar-benar menentukan. Akan tetapi, persyaratan yang pertama dan paling penting adalah keakuratan peta tersebut.



Kita semua mempunyai banyak peta di dalam otak kita yang dapat dibagi menjadi dua katagori utama : peta segala sesuatunya sebagaimana adanya, atau realitas, dan peta segala sesuatunya seperti seharusnya, atau nilai. Kita jarang bahkan mungkin sama sekali tidak pernah mempertanyakan keakuratan peta-peta tersebut, kita biasanya bahkan tidak sadar bahwa kita memiliki keduanya. Kita semua mengasumsikan bahwa cara kita memandang segala sesuatu adalah segala sesuatu sebagaimana adanya atau sebagaimana seharusnya. Sikap serta perilaku kita bertumbuh dari asumsi-asumsi tersebut.

Implikasi Paradigma




Cara kita memandang sesuatu adalah sumber dari cara kita berfikir dan cara kita bertindak. Kita semua cenderung berfikir bahwa kita melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, bahwa kita sudah obyektif. Namun pada kenyataannya tidak demikian. Kita melihat dunia, bukan sebagaimana dunia adanya, melainkan sebagaimana kita melihatnya. Atau sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya.

Pada saat kita mendeskripsikan apa yang kita lihat, kita sebenarnya menjabarkan diri kita, persepsi kita, paradigma kita sendiri. Ketika orang lain tidak setuju dengan kita, kita segera berfikir pasti ada sesuatu yang salah dengan mereka.

Semakin sadar kita akan paradigma dasar, peta, atau asumsi kita, dan sejauh mana kita telah dipengaruhi oleh pengalaman kita, maka semakin kita dapat menerima tanggung jawab untuk paradigma tersebut dan memeriksanya, mengujinya berdsarkan realitas, mendengarkan orang lain, dan bersikap terbuka terhadap persepsi mereka, sehingga mendapatkan gambaran yang lebih besar dan pandangan yang jauh lebih obyektif.

Ketika kita berparadigma bahwa penyakit berasal dari darah yang mengalir, yang kotor, maka tindakan kita adalah melakukan pengeluaran darah kotor itu sebanyak=banyaknya. Masalahnya muncul jika penyakit itu justru bukan disebabkan oleh “darah kotor”, tapi oleh “sel yang berkembang hipertropi” seperti pada tumor misalnya, maka betapapun jumlah darah yang disedot melalui bekamp atau tindakan lain tidak akan mengatasinya. Oleh-oleh bias sembuh, mungkin malah si pasien akan meninggal bukan karena tumor itu, tetapi karena kekurangan darah.

Dalam keseharian ditempat kerja, kesalahan paradigm ini bias berahibat kontroproduktif. Karena menganggap bawahannya sebagai “mangsa’, seorang atasan berlaku seperti salah satu binatang ini; binatang beratring, binatang bertanduk dan ular berbisa. Caninedae (binatang bertaring) seperti Felix trigis (harimau), Felix catus (kucing), menggertak mangsanya dengan menunjukan Auman, ketajaman taringnya dan cakarnya. Sementara Boss sundaicus (Banteng) dan saudara saudaranya menggertak dengan lenguh dan merunduk ingin menyeruduk dengan menunjukan tanduknya (Bull sit), sedang ular dan reptilia lain menunjukan rahang dan dadanya yang tak bertulang serta menjulurkan lidahnya yang berbisa.

Manusia dengan akal dan hargadirinya, tidak mungkin dapat diluluhkan dengan cara-cara itu semua. Manusia hanya dapat diluluhkan dengan kilatan hati yang mulia. Itung-itung akan patuh dan hormat, atasan yang sok berkuasa itu bahkan akan dilecehkan dan tidak mendapat respect dari bawahannya, yang sebenarnya adalah mitranya.

Oleh karenanya, kesediaan kita untuk mempertanyakan, mengevaluasi dan merubah paradigm kita akan suatu hal, terutama jika kita mengalami stagnasi dalam satu hal adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan.

Quote : Ketika kita melihat rambu-rambu bahwa langkah kita justru menuju jurang, maka berbalik dan mengambil langkah ke jalur lain bukanlah sebuah pantangan tetapi justru sebuah keharusan. Kita mungkin membuat langkah salah, itu wajar. Yang tidak wajar adalah ketika kita tahu itu menuju jurang tetapi kita tidak mengoreksi langkah kita. Mungkin kita ada di tengah langkah sebuah pengejaran mimpi, tetapi ketika kita melihat rambu-rambu itu hanya mengejar fatamorgana, maka berbelok bukanlah hal salah,tidak ada istilah sudah kepalang basah (Darwono Tuan Guru, Page FB).


Perubahan Paradigma



Istilah perubahan paradigma diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya yang sangat berpengaruh , The Structure of Scientific Revolutions, Kuhn memperlihatkan bagaimana hampir setiap terobosan penting di bidang ilmiah pada awalnya, merupakan pemutusan dengan tradisi , dengan pola pikir yang lama, dengan paradigma lama.

Bagi Ptolomeus, astronom besar Mesir, bumi adal;ah pusat alam semesta (Geosentris). Akan tetapi Copernicus menciptakan perubahan paradigma , yang menimbulkan banyak tantangan dan penganiayaan, dengan menempatkan matahari sebagai pusat alam se,esta (Heliosentris). Tiba-tiba, segalanya memberikan interpretasi yang berbeda.

Model fisika Newton tentang paradigma mesin waktu tetap ,merupakan basis dari perekayasaan modern. Akan tetapi model ini masih belum lengkap . Dunia ilmu pengetahuan mengalami revolusi dengan adanya paradigma Einstein, yaitu paradigma relativitas, yang memiliki nilai prediktif dan penjelasan yang jauh lebih tinggi.
Banyak orang mengalami perubahan fundamental dalam cara berfikir mereka justru ketika mereka menghadapi krisis yang mengancam jiwa dan tiba-tiba melihat prioritas mereka dengan cara yang berbeda atau ketika mereka tiba-tiba melangkah ke dalam sebuah peran yang baru, misalnya peran suami atau peran istri, orang tua atau kakek, manager atau pimpinan.

Paradigma tidak dapat dipisahkan dari karakter. Menjadi berarti melihat dalam dimensi kemanusiaan. Apa yang kita lihat sangat berkaitan dengan siapa kita. Kita tidak dapat mengubah cara pandang kita tanpa sekaligus mengubah keberadaan kita, dan sebaliknya.
Paradigma memang kuat, karena menciptakan lensa yang kita gunakan untuk melihat dunia. Kekuatan perubahan paradigma adalah kekuatan esensial dari perubahan besar, entah perubahan itu merupakan proses seketika atau proses yang lambat dan hati-hati.

Merubah Paradigma Komunikasi



Untuk mendapatkan hasil komunikasi yang optimal, Perubahan komunikasi kita perli dilakukan. Perubahan paradigma komunikasi itu pada prinsipnya adalah mengubah model komunikasi dari Comunication base on Comunicator, menjadi Communication base on Communicant, Paradigma berkomunikasi dari berbasis komunikator (kita sendiri) menjadi Komunikasi Berbasis Komunikan (masyarakat, tokoh, dll).

Model komunikasi yang demikian disebut komunikasi empati, emphatic Communication, komunikasi yang menempatkan komunikator dalam posisi paradigma dan pola pikir masyarakat. Untuk model komunikasi ini, pemahaman akan pola fikir, perasaan, dan karakter masdyarakat menjadi salah satu syarat pentingnya.

Quote : Manusia, dengan akal dan firikannya, dirancang sebagai mahluk Allah SWT yang mampu menaklukan kondisi lingkungannya. Manusia bukanlah mahluk dengan monohabitat, dimanapun, manusia dengan kelebihannya iru mampun beradaptasi dengan cepat. Demikian juga dengan kondisi psikolisnya, emosinya, manusia sejati adalah manusia-manusia yang mampu menciptakan kondisi psikologis/emosinya. Bukan sebaliknya, kondisi psikologis/emosinya dikendalikan oleh kondisi lingkungannya. Today is The Cloudy Monday ? Change it's to Colorful for your Heart !


Ketika kita melihat mendung, maka kita tidak dapat mengubahnya menjadi suasana yang bercahaya. Yang bias kita rubah adalah bagaimana suasana hati kita untuk tidak terpengaruh oleh “kemendungan” langit fisik. Atmosfir emosi kita, tetap bias benderang dan hangat dengan pancaran cahaya semangat dan eneri positif optimism dari hati kita.



Tidak ada kata sudah terlanjur basah, ketika kita menyadari bahwa ada yang slah dalam kita melangkah, maka berbalik adalah lebih baik. Dengan paradigma baru yang telah terdedah, langkah baru kita mungkin akan menjadi akselerasi yang cukup tinggi untuk memperoleh kesuksesan sejati.
Semoga.


Tidak ada komentar: