MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Sabtu, 11 Agustus 2012

SUSTAINABLE LEADERSHIP : HOLLY AND HELLY LEADERSHIP

"Holly Leadership (Kepemimpinan Surgawi) dan Helly Leadership (Kepemimpinan Duniawi) jelas tergambarkan perbedaanya pada peristiwa dahsyat di Padang Mahsyar (QS. Al Isro : 71 - 72) sustainable Kepemimpina saat di Alam Dunia dan Padang Mahsyar inilah Yang semestinya dikembangkan sebagai kesadaran kolektif untuk kehidupan Yang berkah. Paradigma dan philosopi kepemimpinan harus dikoreksi (Darwono Tuan Guru)"
Leadership has been described as “a process of social influence in which one person can enlist the aid and support of others in the accomplishment of a common task". Atau sering dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Dengan definisi ini terkandung unsur bagaimana menaklukan dan menguasai. Menaklukan berbagai anasir kepemimpinan itu sendiri untuk dapat menguasai tujuan yang bersifat duniawi. Dengan pengertian ini, realitadsnya hampir di semua pencapaian tujuan tidak dapat dipisahkan dari jargon tujuan menghalalkan cara, menganggap “musuh” mereka yang tidak satu tujuan, yang pada kenyataannya, melalui kepemimpinan ini dunia penuh dengan tragedi-tragedi penaklukan, penguasaan dan ekploitasi yang terpenting adalah “dikuasainya” apa yang ingin diperoleh dalam konteks duniawi. Untuk kepentingan penelaahan kepemimpinan jenis ini disebut sebagai Kepemimpinan Duniawi (Helly Leadership, Lead to go to the Hell) Sebagai bandingan dari kepemimpinan duniawi adalah Kepemimpinan Surgawi (Holly LeadershiP). Term kepemimpinan ini diambil dari keyakinan bahwa di padang mahsyar kelak, manusia-manusia akan berbaris di belakang pemimpin-pemimpinanya. Ada barisan yang dipimpimpin seorang yang akan berjalan menuju surga, yang lain akan berjalan menuju neraka. Kepemiompinan surgawi adalah sebuah proses bersama (jamaah) untuk mencapai surga di langit (akhirat) dengan jalan membangun surga-surga di atas bumi (dunia).
“(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. “ (QS Al Isra : 71) Bersamaan dengan itu bendera-benderaspanduk dan panji-panji dipasang dan dikibarkan sebagai tanda pengenal dan identitas golongan umat manusia. Bendera panji-panji itulah yang disebut Liwaa’ul Hamdi, yang artinya bendera pujian. Umat Islam akan berbaris dengan beberapa barisan dibawah panji-panji sesuai apa yang telah mereka lakukan dalam hidupnya. Bendera itu dipasang dan dikibarkan oleh orang- orang pilihan :
Perbedaan utama dari Kepemimpinan duniawi dan Kepemimpinan Surgawi adalah, dengan paradigma “penaklukan” dan “penguasaan” kepemimpinan duniawi cenderung untiuk mengambil apa saja tanpa nilai, sedangkan kepemimpinan surgawi dengan paradigma utama “ amanah tanggung jawab” dan “emphatik” , memiliki orientasi “bersedia melayani” dan “memberikan apa saja” yang mampu diberikan untuk menciptakan surga di dunia dan di akhirat.
Addun yaa mazroatul akhirah, dunia adalah kebun akhirat, dunia adalah tempat menanam apa yang akan dipanen di akhirat. Untuk mendapatkan surga di akhirat, maka kita harus sungguh-sungguh membangun surga di dunia. Menciptakan dunia sebagai taman surga secara bahu membahu sehingga air mata, duka, nestapa, eksploitasi, peperangan dan berbagai hal yang melukai kemanusiaan harus disingkirkan dengan jalan penuh kasih. Bukan menghapus peperangan dengan peperangan, bukan pula menghapus eksploitasi dengan melahirkan eksploitasi baru. Kepemimpinan dunia saat ini jelas sangat terasa kesan membangun satu surga dengan menggali neraka di tempat lain. Berbagai kebijakan Amerika (USA) baik di Vietnam, Guatemala, Kawasan Teluk, Afganistan dan lain sebagainya sangat jelas kesan tersebut
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, Rasulullah swa. Menyatakan bahwa kondisi pemimpinmu mencerminkan kondisi rakyat yang dipimpinnya. ( Kama Takunu Yuwalla ‘alaikum ). Dalam kitab An-Nihayah hadits tersebut dijelaskan bahwa jika rakyat beriman, beramal sholeh, jujur, dan cerdas , maka yang akan tampil sebagai pemimpin mereka adalah orang yang punya karakteristik seperti itu. Tapi jika rakyatnya terdiri dari orang-orang yang jahat, senang maksiat, senang merusak, maka yang akan tampil sebagai pemimpin mereka juga manusia seperti itu. Bagi sekelompok santri tentu tidak akan memilih koruptor sebagai pemimpin mereka. Sebaliknya bagi segerombolan pencoleng tidak akan memilih ustadz sebagai pemimpin mereka, mereka pasti akan memilih ” Super pencoleng ” . Nabi saw. pernah mengingatkan pula bahwa barang siapa yang memilih seseorang sebagai pemimpin hanya atas dasar ta’ashub ( fanatisme buta ) tanpa menjadikan petunjuk Alah dan rasulNya sebagai barometer, maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman ( HR. Muslim ).
Berkaitan dengan Pemimpin Surgawi (Holly LeaderS) , sebuah hadits rosulullah SAW yang artinya : Dari Buroidah dari Nabi Muhammad saw. Beliau bersabda : “ada tiga macam pemimpin, satu di surga, dan dua lainnya di neraka. Adapun yang berada di syurga ialah laki-laki yang tau dan mengerti kebenaran kemudian ia menghukumi dengan kebenaran itu, dan laki-laki yang mengerti kebenaran akan tetapi ia ceroboh dan menyeleweng dalam menghukumi, maka ia di neraka, dan laki-laki yang memimpin dan menghukumi manusia dengan kebodohannya, maka ia di neraka. “
Hadits di atas menggunakan kata rojulun, ini mengindikasikan akan syarat laki-laki bagi seorang pemimpin, demikian komentar As Syaukani dalam Nailul Author. Sedangkan dalam kitab kitab Syarhus Sunnah milik Imam Al Baghowi, dikatakan bahwa: Hadits diatas menunjukkan bahwa bagi pemimpin tidak diperbolehkan untuk taqlid kepada orang lain sehingga ia berijtihad dengan kemampuannya, sekalipun kepada orang yang lebih pintar.
Pada kesimpulannya yang berada di neraka adalah dua macam pemimpin: yang pertama pemimpin yang mengetahui kebenaran akan tetapi tidak menjalankan kebenaran itu, kedua pemimpin yang memutuskan hukum tanpa ilmu masing-masing dari kedua macam orang ini masuk neraka, kedua dianggap bersalah, namun yang pertama dinilai lebih parah dan lebih buruk, karena dengan sengaja melakukan maksiat kepada Allah swt.
Pemimpin yang layak masuk surga Allah swt adalah pemimpin yang jujur dalam memutuskan hukum sesuai dengan kemampuan dan keilmuannya. Hikmah yang bisa kita petik dari hadits diatas adalah bahwasanya pemimpin itu bukan hal main-main dan bukan sembarang orang layak mendudukinya, karena harus dipegang oleh orang yang memilki kemampuan lahir dan bathin, kemampuan lahir artinya keilmuan yang mumpuni, kemampuan bathin artinya kesungguhan dan kejujuran dalam memutuskan hukum.
Dengan tuntutan semacam itu, maka posisi “imam” bukanlah posisi yang harus diperebutkan dengan penaklukan dan pengusaan seperti lazimnya yang terjadi pada Kepemimpinan Duniawi . Dengan kepemimpinan surgawi, setiap orang bersedia menjadi umat yang dengan ikhlas bersama-sama mencapai impian bersama. Kesediaan ini bukan melalui penaklukan atau penguasaan, namun lebih pada kesadaran untuk melakukan hal yang sudah sewharusnya memang dilakukan sebagai umat.
Rasulullah saw. bersabda : ” Sesungguhnya jabatan itu adalah amanat, dan pada hari kiamat akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali mereka yang mendapatkan jabatan itu dengan cara yang haq ( atau ia orang yang paling berhak ) dan ia menunaikan tugas dan kewajiban yang ada pada jabatan itu ( termasuk memenuhi janji-janjinya ) “ HR Muslim. Dalam hadits lain Beliau bersabda : ” Seorang hamba yang oleh Allah dipercaya untuk memimpin sebuah bangsa, lantas ia mati, dan ketika memimpin ia menipu ( zalim ) terhadap rakyatnya, pasti Allah mengharamkan baginya masuk surga . “ HR. Al-Bukhari dan Muslim. Hisyam bin Urwah meriwayatkan hadits Nabi saw yang menyatakan bahwa pemimpin itu ada yang baik, ( taqwa, jujur, adil , cerdas dan berakhlakul karimah ) dengan segala macam kebaikannya, dan ada pemimpin yang buruk, ( jahat, zalim, dan korup, ) dengan segala macam keburukannya. Pemimpin bertaqwa akan selalu menghindarkan diri dari perbuatan maksiat dan zalim.
Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al-Furqaan: 74) Bukan hanya berdoa untuk dirinya, juga berdoa untuk keluarganya, untuk anak cucunya agar menjadi orang-orang yang baik dan orang-orang yang shaleh di belakang hari. Orang-orang yang seperti ini dikatakan oleh Al-Qur’an adalah orang-orang yang akan mendapatkan ganjaran yang paling tinggi di surga nanti yang akan diberikan oleh Allah SWT, seperti termaktub pada Surah Al-Furqaan ayat 75-77: (75) Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, (76) mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.
Karena pemimpin adalah representasi diri kita, maka cika kita adalah penadamba-pendamba surga, kita akan memilih pemimpin yang membimbing dan melakukan malan-amalan surga. Dengan demikian seluruh kita bersama-sama, saling bahu membahu seiring selangkah menuju surga baik berusaha menciptakan surga di atas bumi maupun surga di akhirat. Atau dengan kata lain di dalam masyarat kita terbentuk kepemimpinan Surgawi. Insya Allah !.

Tidak ada komentar: