Pengungkit. memiliki prinsip dasar yang sangat mudah. Bahwa dengan membuat titik tumpu pengungkit dekat dengan benda dan jauh dari kita, maka dengan lebih ringan kita bisa mengungkit suatu benda dari pada keadaan sebaliknya (titik tumpu jauh dari benda dan dekat dengan kita), jarak ini kelak saya ketahui sebagai lengan tuas. Hanya dengan penjelasan ini lalu dipraktekkan dan tanpa rumus, saya langsung bisa menangkap prinsip kerja ”pesawat sederhana” ini.
Jika prinsip kerja pengungkit ini diterapkan dalam upaya “mengangkat” prestasi belajar siswa, maka yang harus dilakukan adalah kita melakukan upaya “pengangkatan prestasi” dengan titik tumpu pengungkit dekat “dengan problematika” siswa, dan jauh dari kita, jauh dari prasangka-prasangka kita, karena boleh jadi prasangka-prasangka kita terhadap problematika siswa itulah yang merupakan Problematika sesungguhnya.
Prinsip lain yang bisa sinergi dengan prinsip pengungkit adalah prinsip titik berat. Titik berat suatu benda yaitu suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut . Di titik berat ini lah resultante gaya-gaya yang bekerja adalah nol. Hal ini mengakibatkan jika kita membengkokkan sendok misalnya, akan lebih mudah membengkokannya di titik berat. Aplikasi prinsip ini dalam problem solving adalah, jika kita memberikan treatmen pada “Masalah Inti” yang benar-benar dihadapi siswa maka problem solving kita “akan kena”.
Perpaduan antara pemahaman titik berat dan pemanfaatan prinsip kerja pengungkit dalam menghadapi problematika prestasi siswa ini sangat penting. Proses ini memerlukan beberapa langkah :
Penemuan masalah inti
Kita bisa belajar bagaimana seorang dokter melakukan pengobatan dengan benar (maaf banyak dokter yang melakukan treatmen sembarangan loh), dari anamnesa (melihat riwayat kesehatan), melihat factor predisposisi (factor bawaan yang memungkinkan terjangkit penyakit) , melakukan diagnosa diferensial (melakukan perbandingan berbagai penyakit yang menampakan gejala sama) , diagnosa (penentuan jenis penyakit atau gangguan), menentukan prognosa (menentukan prospek penyakit), baru melakukan tindakan treatmen. Dari proses-proses inilah seorang dokter melakukan treatment, apakah memberi antibiotic, sekedar paracetamol, memberikan tindakan pembedahan atau bahkan memberikan suntik mati (euthanasia) jika memang itu yang diperlukan (tentunya setelah melakukanberbagai pertimbangan).
Dalam tindakan medis, pasien-pasien yang diprognosa tidak bisa disembuhkan, maka dia dipersiapkan untuk menerima kematian. Analog dengan hal itu, siswa-siswa yang telah diprognosa “mati terpenggal syarat kelulusan”, dipersiapkan untuk menerima kenyataan dengan tidak lupa selalu didoakan semoga dikaruniai “mukjizat”
Memanfaatkan Efek Pengungkit
Setelah ditemukan masalah intinya, langkah berikutnya adalah memanfaatkan efek pengungkit untuk treatmennya. Prinsipnya adalah pengungkit sedekat mungkin dengan bendanya (baca problematika siswa, dan yang familier dengan siswa). Artinya melibatkan siswa secara dekat dengan pengungkit (program-program peningkatan prestasinya). Berilah kepercayaan siswa untuk menentukan programnya, sebagai missal, berilah siswa menentukan SKL SKL mana yang harus menjadi tumpuan, yang harus dikembangkan, atau dipelajari pada prioritas tertentu.
Bimbinglah siswa untuk menentukan target – target sesuai potensinya, dan buatlah komitment untuk mengupayakan bersama-sama. Tunjukanlah bahwa kita selalu tulus membantunya. Dengan demikian siswa merasa dekat dengan kita, dan dengan jarak yang dekat, maka gaya yang muncul akan begitu besarnya, bahkan bisa tak terhingg, karena pada prinsipnya gaya tarik menarik antara dua benda, berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Artinya, jika jarak kita dengan siswa dekat sekali, atau jaraknya NOL, maka gaya tarik menariknya menjadi TAK TERHINGGA.
Dan saya merasa bangga tak terhingga, saat kesepakatan kesepakatan strategi dilaksanakan dengan baik, apalagi SKL – SKL tertentu rerata kita bisa melampaui rerata rayon, rerata DKI dan rerata nasional, dan tetap berlapang dada pada satu SKL yang tak satupun siswa dapat melampauinya.
Yang pasti, saya terharu tak terhingga, ketika anak-anak meminta maaf karena dia kurang mencapai target, sebuah pengakuan jujur, yang insya Allah akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk perbaikan ke depan.
Jika prinsip kerja pengungkit ini diterapkan dalam upaya “mengangkat” prestasi belajar siswa, maka yang harus dilakukan adalah kita melakukan upaya “pengangkatan prestasi” dengan titik tumpu pengungkit dekat “dengan problematika” siswa, dan jauh dari kita, jauh dari prasangka-prasangka kita, karena boleh jadi prasangka-prasangka kita terhadap problematika siswa itulah yang merupakan Problematika sesungguhnya.
Prinsip lain yang bisa sinergi dengan prinsip pengungkit adalah prinsip titik berat. Titik berat suatu benda yaitu suatu titik tempat berpusatnya massa/berat dari benda tersebut . Di titik berat ini lah resultante gaya-gaya yang bekerja adalah nol. Hal ini mengakibatkan jika kita membengkokkan sendok misalnya, akan lebih mudah membengkokannya di titik berat. Aplikasi prinsip ini dalam problem solving adalah, jika kita memberikan treatmen pada “Masalah Inti” yang benar-benar dihadapi siswa maka problem solving kita “akan kena”.
Perpaduan antara pemahaman titik berat dan pemanfaatan prinsip kerja pengungkit dalam menghadapi problematika prestasi siswa ini sangat penting. Proses ini memerlukan beberapa langkah :
Penemuan masalah inti
Kita bisa belajar bagaimana seorang dokter melakukan pengobatan dengan benar (maaf banyak dokter yang melakukan treatmen sembarangan loh), dari anamnesa (melihat riwayat kesehatan), melihat factor predisposisi (factor bawaan yang memungkinkan terjangkit penyakit) , melakukan diagnosa diferensial (melakukan perbandingan berbagai penyakit yang menampakan gejala sama) , diagnosa (penentuan jenis penyakit atau gangguan), menentukan prognosa (menentukan prospek penyakit), baru melakukan tindakan treatmen. Dari proses-proses inilah seorang dokter melakukan treatment, apakah memberi antibiotic, sekedar paracetamol, memberikan tindakan pembedahan atau bahkan memberikan suntik mati (euthanasia) jika memang itu yang diperlukan (tentunya setelah melakukanberbagai pertimbangan).
Dalam tindakan medis, pasien-pasien yang diprognosa tidak bisa disembuhkan, maka dia dipersiapkan untuk menerima kematian. Analog dengan hal itu, siswa-siswa yang telah diprognosa “mati terpenggal syarat kelulusan”, dipersiapkan untuk menerima kenyataan dengan tidak lupa selalu didoakan semoga dikaruniai “mukjizat”
Memanfaatkan Efek Pengungkit
Setelah ditemukan masalah intinya, langkah berikutnya adalah memanfaatkan efek pengungkit untuk treatmennya. Prinsipnya adalah pengungkit sedekat mungkin dengan bendanya (baca problematika siswa, dan yang familier dengan siswa). Artinya melibatkan siswa secara dekat dengan pengungkit (program-program peningkatan prestasinya). Berilah kepercayaan siswa untuk menentukan programnya, sebagai missal, berilah siswa menentukan SKL SKL mana yang harus menjadi tumpuan, yang harus dikembangkan, atau dipelajari pada prioritas tertentu.
Bimbinglah siswa untuk menentukan target – target sesuai potensinya, dan buatlah komitment untuk mengupayakan bersama-sama. Tunjukanlah bahwa kita selalu tulus membantunya. Dengan demikian siswa merasa dekat dengan kita, dan dengan jarak yang dekat, maka gaya yang muncul akan begitu besarnya, bahkan bisa tak terhingg, karena pada prinsipnya gaya tarik menarik antara dua benda, berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Artinya, jika jarak kita dengan siswa dekat sekali, atau jaraknya NOL, maka gaya tarik menariknya menjadi TAK TERHINGGA.
Dan saya merasa bangga tak terhingga, saat kesepakatan kesepakatan strategi dilaksanakan dengan baik, apalagi SKL – SKL tertentu rerata kita bisa melampaui rerata rayon, rerata DKI dan rerata nasional, dan tetap berlapang dada pada satu SKL yang tak satupun siswa dapat melampauinya.
Yang pasti, saya terharu tak terhingga, ketika anak-anak meminta maaf karena dia kurang mencapai target, sebuah pengakuan jujur, yang insya Allah akan menjadi bekal yang sangat berharga untuk perbaikan ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar