MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 03 Agustus 2011

CARA CERDAS BERIBADAH

Makalah ini dipersiapkan untuk Acara Buka Puasa Bersama Alumni POndok Pesantren Budi Mulia Yayasan Shalahuddin Yogyakarta, Minggu, 7 Agustus 2011





Hampir semua kita telah memahami kisah "Musabaqoh Tilawatil Qur'an" dari para sahabat yang dimenangkan oleh Sayyidina Ali RA. Ketika semua sahabat masih sibuk membaca Al qur'an untuk menghatamkannya, ternyata sayyidina Ali Rodiyallahu Anhu sudah selesai. Bukan karena beliau lebih cepat menyelesaikan semua ayat dalam Al Quran, namun karena beliau, dengan cerdasnya menggunakan ilmunya untuk menyaingi sahabat lainnya. Beliau membaca 3 kali surat al Ikhlas untuk menyamai "kesetaraanbobot" dengan Al Quran.".


Dalam masalah doa dan Dzikir diceritakan : Dari Juwairiah RA ummul mu’minin, sesungguhnya nabi SAW keluar dari rumahnya di pagi hari di saat sholat shubuh sedangkan dia (Jumawiah) di tempat sholatnya, kemudian beliau kembali setelah dhuha dan menemukan Juwairiah masih dalam keadaan duduk. Beliau berkata : kamu sekarang pasih tetap dalam posisi sebagaimana aku tinggalkan ? Dia menjawab : “Ya .” Nabi berkata : Akk telah mengucapkan setelahmu emapat kalimat sebanyak tiga kali , yang andaikata kalimat tersebut ditimbang, dengan apa yang kamu lakukan sejak tadi, pasti akan lebih berat, Empat kalimat tersebut,.subhanallohi wabihamdihi, “adada kholqihi, ., wazinata arsyihi, wa ridhooa nafsihi, wamidaada kalimatih (3 ) (HR. Muslim).

Contoh riil dari beribadah yang berkaitan dengan ibadah puasa misalnya, adalah sahur diakhirkan buka disegerakan. Dengan cara ibadah puasa demikian, maka Jarak (waktu) menjalankan ibadah akan menjadi paling pendek, implikasinya deposit energy yang ada dimungkinkan untuk memenuhi sepanjang shaum harian. Dengan demikian diharapkan berbagai aktifitas yang harus dilakukan cukup tertopang kebutuhan energinya. Apalagi jika dipadukan dengan kecerdasan memilih menu yang memungkinkan hal itu berjalan optimal.


Dari uraian di atas menunjukan bahwa beribadah dapat dilakukan dengan cara cerdas untuk mendapatkan bobot yang sama. JIka mengkaji lebih jauh hadits- hadits rasul, maka banyak sekali Cara Cara Cerdas Beribadah yang saya yakin sangat cocok dengan karakter orang-orang sekarang yang tidak memiliki waktu senggang sebagaimana orang-orang jaman dulu. Dengan Cara Cerdas ini, orang-orang modern yang serba sibuk dan "memerlukan Efesiensi waktu"' dapat menjalankan kehidupan spiritualnya dengan bobot yang setara.

Thoriqoh Adzakiyah


Dalam wacana tasauf, Thoriqoh (dari kata Thorik = jalan), adalah jalan khusus (fokus amaliah) yang diambil untuk dapat menghadap "wajah Allah" . Amalan amalan itu bisa berupa pendidikan, pembangunan, amalan doa atau wirid. Untuk manusia modern tentu saja misa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. KIta harus melakukan amalan sholeh yang membawa ke pertemuan untuk menatap "wajah Alla" dengan cara-cara yang paling memungkinkan. Cara Cerdas Beribadah ini katakanlah disebut Thopriqoh adzakiyah (Jalan Orang Orang Cerdas).

Adzakiyah merujuk pada sebuah hadits Rasul Adzakiyu man daana nafsahu wa'amila limaa ba'da mautih, orang yang cerdas adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya dan beramal untuk sesudah matinya. Memanfaat potensi kecerdasan yang dianugerahi Allah SWT dalam melakukan ibadah yang strategis yang orientasinya adalah untuk kehidupan yang abadi. pelaksanaan ibadah bukan karena dilandasi oleh kesemarakan dan hura-hra yang artificial, tapi lebih melakukan hal-hal yang essensial. BUkan muatan kuantitas yang dikejar tapi muatan kualitas dengan pertimbangan-pertimbangan keserba terbatasan ruang dan waktu.



Pertimbangan cerdas juga meliputi pertimbanga "the right action at the right time", amalan yang tepat pada waktu yang tepat, The right action with the right reasion". Dimana melakukan apa dan mengapa melakukan apa yang ditekankan sehingga diperoleh "mekna ibadah yang sublim".

Ini berarti, Cara Cerdas Beribadah bukan berarti cara cepat beribadah, tetapi cara tepat beribadah. Pada kondisi-kondisi dimana olah batin / perjalanan spiritiual perlu "internalisasi" yang kental, maka berbagai amalan yang perlu dilakukan juga dijalankan. Dengan demikian Cara Cerdas Beribadah juga memerlukan kecerdasan managemen diri untuk memperoleh efek ibadah yang hakiki.


Ini sangat berbeda dengan apa yang dilakukan selama ini, dimana berbagai kegiatan ibadah (doa dan Dzikir), banyak mengedepankan aksi artifisial. Maka tidak heran kalau kegiatan-kegitan itu hanya dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan artifisial. Berbagai kegiatan doa dzikir, dilaksanakan "bahkan seperti show of Force", namun berbagai kemungkaran, korupsi, manipulasi dan lain-lain semakin pula tidak malu-malu dipertontonkan. Ironisnya kebiatan-kegiatan semacam itu justru dia dakan oleh-orang-orang tertentu setelah terkait kasus-kasus memalukan.



Cara Cerdas Beribadah pada akhirnya membangun Cara Cerdas Beragama. Beragama tidak sekedar melakukan ritual-ritual yang artifisial, tetapi lebih jauh dari itu, bagaimana hidup dengan menjalankan nilai-nilai agama secara hakiki pada setting ruang dan waktu dimana kita menjalani hidup. i' maluu alaa makaanatikum innii aamil, demikian kata al Qurman. Action lah sesua posisi-posisi (Makan) kalian, sesunggunhnya Aku (Allah) juga Melakukan Action".

Coba telaah H.R Muslim berikut ini :

Dari Abu Dzar radhiallahuanhu : Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: “ Wahai Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat melakukannya). (Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam) bersabda : Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? : Sesungguhnya setiap tashbih merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan sedekah dan setiap kemaluan kalian merupakan sedekah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang menyalurkan syahwatnya ?, beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa ?, demikianlah halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal, maka baginya mendapatkan pahala.

(Riwayat Muslim)

Cara cerdas beribadah memungkinkan berbagai hal dan berbagai kondisi dapat melakukan ibadah sesuai yang ia mampu. Yang prinsip dari semuanya adalah sebagaimana digambarkan seperti hadits berikut :

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .

[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]


Arti Hadits / ترجمة الحديث :

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang) .

Sebaliknya, jika kita kurang cerdas, terutama cerdas spiritual, maka boleh jadi apa yang kita lakukan senasib dengan apa yang digambarkan dalam hadits berikut :

Rasulullah SAW berkisah pd Abu Huraihah tentang amal perbuatan pada hari akhir nanti. Baginda bersabda," Yang pertama akan ditanya Allah pada hari kiamat nanti terdiri dari tiga orang.
Pertama, lelaki yg diberi ilmu oleh Allah, lalu Allah akan bertanya,"Apa yang telah kamu lakukan dengan ilmu yang kau ketahui?" Orang itu menjawab,"Wahai Tuhanku, dengan ilmu itu aku bangun berdiri mengerjakan sholat malam."
Maka Allah menjawab,"Engkau telah berdusta." Para malaikat pun berkata,"Engkau telah berdusta, sesungguhnya engkau hanya hendak dikatakan sebagai orang alim dan sesungguhnya mereka berkata demikian."

Kedua, orang yang diberi harta oleh Allah SWT lalu Allah bertanya, "Apa yang telah kau lakukan dengan harta yang Kuberikan?" Orang itu menjawab,"Wahai Tuhanku, aku bersedekah dengan harta itu pada tengah malam."
Maka Allah menjawa,"Engkau telah berdusta, sesungguhnya engkau hanya ingin dikatakan sebagai pemurah dan sesungguhmya mereka telah berkata demikian."

Ketiga, orang yang terbunuh di jalan Allah dan Allah bertanya,"Apa yang telah engkau perbuat?" Orang itu menjawab," Wahai Tuhanku, aku diperintah untuk berjihad maka aku berperang hingga aku terbunuh."
Maka Allah berkata,"Engkau telah berdusta, sesungguhnya engkau hanya hendak dikatakan sebagai pemberani dan sesungguhnya mereka telah benar-benar berkata demikian."

Kemudian Rasulullah berkata,"Hai Abu Huraihah, mereka itulah orang pertama yang dimasukkan ke dalam neraka jahanam pada hari kiamat nanti."

Na'audubillahi mindzaalik.


Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Budi Mulia Yayasan Shalahuddin Yogykarata, Mantan Koordinator Bidang Analisis dan Kajian Laboratorium Dakwah Yogyakarta, Mantan Aktivis Jama'ah Shalahuddin UGM dan HMI MPO Cabang Yogya.


__._,_.___

Tidak ada komentar: