MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 11 Mei 2012

TRAGEDI SUKHOI : INDONESIA SEBAGAI RUNWAY TAKE OFF NYA KEPENTINGAN ANTAH BERANTAH ?

Yaa Qowiiyun Yaa Aziiz
Ya Allah, jika musibah beruntun yang menimpa bangsa ini karena ada yang salah, mohon berilah kami petunjuk agar kami tetap berada di jalan-Mu yang benar. JIka ada langkah yang harus dikoreksi, kami memohon, bimbinglah kami, papahlah kami dengan tangan Kuasa-Mu, hingga kami dapat menapaki shirotol mustaqim-Mu. Jika ada yang harus kami lakukan, anugerahi kami kekuatan, karena tidak ada daya dan kekuatan, kecuali hanya milik-MU, Yaa qowiyyun Yaa aziiz. (Darwono Tuan Guru)
REPUBLIKA.CO.ID, Kebencian terhadap Islam telah dipupuk dalam benak militer AS. Bahkan, mata kuliah yang menyusupkan ajaran bahwa musuh mereka adalah Islam telah menjadi pelajaran wajib. Mata kuliah yang disebut 'Perspectives on Islam and Islamic Radicalism' telah diajarkan sekitar lima kali dalam setahun sejak 2004, dengan sekitar 20 siswa dalam tiap pertemuan. Realitasnya, mayoritas perwira perwira tinggi Negara Republik Indonesia dimatangkan kemampuan komandannya di sekolah-sekolah militer Amerika Serikat, dengan kondisi ini, menjadi hal yang wajar, jika pemimpin republik ini yang berasal dari Alumni sekoah militaer amrik, plus teknokrat yang berasal dari mavia-mavia peguruan tinggi di USA yang terkenal salah sataunya adalah Mafia Barclay, tidak pernah independent jika berkaitan dengan kepentingan Amerika termasuk kepentingan Bisnisnya.
Dalam bisnis apapun, Pejabat-Pejabat dan Tim Ekonomi Indonesia dapat saja menjadi partner, maklar bagi kepentingan bisnis Amerika, termasuk dalam masalah bisnis Pesawat tempur, maupun pesawat penumpang (komersial). Oleh karenanya, berkaitan dengan kecelakaan peswat Sukhoi buatan Rusia di Gunung Salat Bogor jawa barat Indonesia bisa saja pejabat dan teknokratnya menjadi tokoh yang patut diperbincangkan.
Menurut Liputan6.com, Moskow: Komite Investigasi Rusia telah membuka kasus kriminal berkaitan dengan kecelakaan pesawat Rusia Sukhoi Superjet-100 di Indonesia, yang penumpangnya berjumlah setidaknya 45 orang belum ditemukan.Juru bicara komite Vladimir Markin mengatakan, penyelidikan jatuhnya pesawat komersial Sukhoi Superjet-100 dimulai pada Kamis (10/5).
Banyak yang mengungkapkan, kecelakaan diakhibatkan human error akhibat pilot kurang mengenal medan. Bagia saya, meski Pilot belum pernah terbang di kawasan ini, saya yakin mereka sudah mempelajari detail rute yang mereka ajukan meski melalui simulasi. Justru pemahaman rute ini bisa dijadikan "hiden agenda" si Pilot itu sendiri dalam menjalankan "skenario tertentu", termasuk permohonan izin turun ke 6000 kaki dari situasi yang telah dipelajari sebelumnya.
"izin" turun ini bisa saja diagendakan sebagai "trap" untuk menyeret petugas pemandu jika mereka mengiznkan. Dan ternyata ATC mengizinkan permohonan itu seperti ditolis Tempo.co :Mulya Abdi, Pelaksana Harian Manajer Umum Menara Pemandu Lalu Lintas Udara atau Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta, mengatakan bahwa Sukhoi diizinkan turun karena dinilai aman.
“Saat Sukhoi meminta izin turun ke 6.000 kaki, pesawat itu berada di kawasan Atang Sanjaya,” kata Mulya di kantornya kemarin. Itu wilayah aman untuk manuver. Jarak Atang Sanjaya dengan Gunung Salak sekitar 7 mil atau 12 kilometer. , kita tunggu rekaman di Kotak Hitam.
Tempo.Co menulis Ada sedikitnya tiga kemungkinan penyebab jatuhnya Sukhoi itu. Selain faktor ATC, Ketua Asosiasi Pilot Garuda Stephanus Gerardus mengatakan tidak tertutup kemungkinan pilot sengaja melakukan demonstrasi manuver. "Ini penerbangan promosi," ujarnya. "Banyak misteri yang harus dibongkar soal izin menurunkan ketinggian."
Beberapa pilot menduga, faktor lain yang bisa menjadi penyebab kecelakaan adalah cuaca di Gunung Salak. Namun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, cuaca di Bogor dan Gunung Salak pada Rabu, 9 Mei 2012, aman untuk penerbangan. Sementara itu, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) melakukan analisis kondisi cuaca saat pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menabrak tebing di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, 9 Mei lalu.Thomas Djamaluddin, Peneliti Astronomi-Astrofisika, LAPAN mengatakan, saat pesawat SSJ100 melintasi wilayah Gunung Salak, kondisi pegunungan saat itu tengah diliputi awan Cumulo Nimbus menjulang setinggi 37.000 kaki.
"Waktu kejadian awan di sekitar Gunung Salak memang tampak sangat rapat dengan lipatan awan lebih dari 70 persen. Itu berdasarkan data satelit cuaca MTSAT Jepang," kata Thomas Djamaluddin saat dihubungi Okezone, Sabtu (12/5/2012). Menurutnya, analisa itu juga menggambarkan ketinggian awan menunjukkan indeks konveksi sekira 30 persen. Maknanya adalah adanya awan Cumulo Nimbus yang menjulang tinggi sampai sekira 37 ribu kaki atau 11,1 km. Gambaran lain yang terekam dalam satelit yakni saat kejadian pesawat memang dikepung awan tebal dan menjulang tinggi. Sehingga pada saat kejadian ada informasi bahwa pilot menurunkan pesawat dari ketinggian 10.000 ke 6.000 kaki.
"Kami memperkirakan, saat menembus awan tebal itulah pilot meminta izin menurunkan pesawat ke 6.000 kaki yang kemungkinan di bawah itu ada sedikit celah untuk menghindari awan tebal, yang selama ini selalu dihindari pesawat manapun," tuturnya. Akan tetapi, sepertinya pilot terlambat memperhitungkan risiko, mengingat topografi wilayah yang bergunung-gunung dan terjal dan sangat sulit untuk dilintasi.
Lantas, mungkinkah kecelakaan "sengaja" dibuat karena ada oknum yang yang membelot dan melakukan itu semua dengan jaminan dari dari pesaing bisnis pesawat komersial ? Memang masalah belot membelot untuk kepentingan lawan di Rusia sering terjadi, dengan menghalalkan segala cara meski resikonya sangar besar. Mungkinkah kal ini yang mengahibatkan Moskow langsung mengklaim kecelakaana adalah kesalahan pilot ?
Namun kelihatannya Hidung Rusia lebih tajam, sehingga akan berfokus pada Pengusutan Pidana. Seperti yang tersirat pada status saya di Facebook, bahwa banyak kemungkinan yang harus dibedah, banyak skenario yang harus ditelaah, "pilot" bisa saja "seorang disaster" untuk mengangkat saingan bisnis Sukhoi yang mengalami ketidak percayaan akhibat kecelakaan pesawat-pesawatnya di berbagai belahan bumi. Disisi lain, tragedi ini seakan "dipersiaplan" untuk menyambut pelantikan Putin yang nota bene orang KGB. Reaksi Moskow yang tegas-tegas menyatakan keslahan manusia (Pilot), boleh jadi KGB telah mengendus aroma tak sedap dari tragedi ini.
Firosat seorang mu'min itu benar, inilah yang digunakan untuk bersikap waspada. Yang berhati bersih akan bisa cepat menangkap gelagat dan memilih respon yang tepat. Kita bisa terperosok pada hal sejenis secara berulang, karena kita tidak mampu mengambil pelajaran dari tanda-tanda yang diberikan Allah dari kejadian sebelumnya. Hati-hati, berarti juga tidak sembarangan pada hal-hak yang mencurigakan, meskipun curiga pada yang mencurigakan berarti curiga yang beralasan. Tidak sembarang merespon hal yang mencurigakan itu untuk menghindari kecerobohan bertindak.
Puing puing Sukhoi, seakan menjadi Hadaiah Indah pelantikan Putin, Orang KGB. Mungkinkah semua itu produk Kontra Intelejen ? Mungkinkah Sukhoi yang mulai berkibar membuat sainagn bisnisnya yang mulai redup diam-diam berkonspirasi dengan pembelot ? Adakah KGB mngendus pembelotan ini sehingga Moskow dengan tegas mengklain Human Error (Kesalahan Pilot) meski tim investigasi baru dikirim ? MUngkinkah ini produk kontra inteligen bermotif saingan bisnis atau politis ? Mengapa Rusia justru memfokuskan pada Investigasi Pidana ? Untuk apa mengerahkan team 2 pesawat ? Be Hati-Hati, sing eling lan waspada Indonesia !.
Meski ada musibah, kita tidak boleh lengah. Jangan sampai dengan alasan membantu menangani musibah, "anasir" pembawa kepentingan antah berantah, melenggang dengan mudah. Apapaun kondisinya, kedaulatan Republik Indonesia jangan dibelah. Sebagai anak bangsa, saya sungguh prihatin jika hanya untuk kepentingan-kepentingan tertentu, Pejabat dan teknokrat tega Menjadikan Indonesia sebagai Runway bagi Take off nya kepentingan para bedebah dari negara antah berantah. But , Don't worry, yang penting , be Hati hati.

Tidak ada komentar: