MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 14 November 2012

KEBANGKITAN ISLAM SETELAH 33 TAHUN

(Catatan kecil seorang aktifis)
Abad XV Hijriah pada awalnya ditekadkan sebagai abad Kebangkitan Islam. Robithoh Alam Islami menetapkan hal ini pada 1400 Hijriah 33 tahun lalu. Tekad untuk bangkit dari keterpurukan sepanjang abad pertengahan hingga abad XIV diawali dengan berbagai peristiwa penting, puncaknya adalah Kemenanagan Rakyat Iran atas Cengkeraman USA melalui bonekanya Syah Reza. Namun sebagaimana saya lukiskan dlam Puisi yang saya tulis di dusun Donomulyo, Nanggulan Kulon Progo Idul Adha 1404 saat Jama'ah Shalahuddin Menyelenggarakan Pengabdian Masyarakat berjudul "Adakah Kita Bangkit ?" yang diterbitkan harian Pelita Jakarta 5 Februari 1985 : "Kebangkitan yang terbangun dari impi semalam sebelum sadar hari kemarin adalah bergegas menuju kehancuran berulang" , hari-hari ini terasa menjelma kembali. Umat Islam kembali sebagai buih yang mudah diombang ambingkan arus utama duniawi. Rakyat Iran yang gagah berani berhasil menyeret USA keluar dari negaranya. Realitasnya saat ini justru para Kepala negara atau Kepala Pemerintahan Islam "ndepe-ndepe" pada kecongkakan Amerika. Na'udzu billah, dan diakui atau tidak hanya Republik Islam Iran yang berani tegak menghadapi Amerika dan sekutu sekutunya dengan segala konsekuensinya.
Sebagai mahasiswa yang merasakan degup kebangkitan Islam di awal abad HV, saya mencoba merangkai kembali ingatan itu untuk dijadikan ingatan kolektif sesama kaum muslimin. Dan alhamdulillah pada 1 Muharram 1434 H tulisan singkat (kolom) itu dapat diselesaikan setelah nongkrong 4 jam. Mudah-mudahan kolom kecil berjudul "Kebangkitan Islam setelah 33 tahun itu ada manfaatnya. Semoga.
Telah dimahfumi bersama, Shah Muhammad Reza Pahlevi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup, dan boros. Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi tinggi, kelangkaan, dan perekonomian yang tidak efisien. Kebijakan Shah yang kuat untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim Syi'ah Iran. Hal ini termasuk pengangkatannya oleh Kekuatan Sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekebalan diplomatik kepada mereka. Ia, seperti ayahnya, Shah Reza Pahlevi merupakan orang yang sekuler, berbeda dengan cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama (Islam Syiah) dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak relijius dan sekuler. menganggap Shah sebagai boneka barat, sebuah revolusi yang disebut sebagai Revolusi Islam Iran pun berakhir dengan kemenangan Rakyat Iran, kaum mustad afin.
Revolusi ini memiliki keunikan tersendiri karena mengejutkan seluruh dunia. Tidak seperti berbagai revolusi di dunia, Revolusi Iran tidak disebabkan oleh kekalahan dalam perang, krisis moneter, pemberontakan petani, atau ketidakpuasan militer; menghasilan perubahan yang sangat besar dengan kecepatan tinggi ;mengalahkan sebuah rejim, walaupun rejim tersebut dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar-besaran dan pasukan keamanan; dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi yang didasarkan atas Guardianship of the Islamic Jurists (atau velayat-e faqih). Hasilnya adalah sebuah Republik Islam "yang dibimbing oleh ulama berumur 80 tahun yang diasingkan ke luar negeri dari Qom," sebagaimana seorang cendekiawan menyatakan, "jelas sebuah kejadian yang harus dijelaskan.
Kejatuhan terakhir Dinasti Pahlavi segera terjadi setelah 1 Februari dimana Angkatan Bersenjata Iran menyatakan dirinya netral setelah gerilyawan dan pasukan pemberontak mengalahkan tentara yang loyal kepada Shah dalam pertempuran jalanan. Iran secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 ketika sebagian besar Bangsa Iran menyetujuinya melalui referendum nasional
Kemenangan kaum muslimin Iran atas rezim diktator boneka negara adi kuasa Amerika telah membangkitkan semangat kebangkitan bagi umat Islam seluruh dunia yang pada realitasnya ada di dalam genggaman negara-negara kapitalis maupun komunis, negara Blok barat maupun blok timur. Adagium "la syarkiyah walaa ghorniyyah walaa kin Islamiyah" menjadi adagium pemersatu Kaum muslimin di dunia, untuk kembali sadar dan bangkit. Sehingga di awal Tahun Baru Hijriyah 1400 secara internasional kaum Muslimin Seluruh Dunia menyatakan abad XV H sebagai abad kebangkitan kaum muslimin seluruh dunia apapun madzabnya, tidak pandang Sunni maupun Syiah. Dan spirit utama abad kebangkitan islam adalah : Ruju ila Qur'an Wa sunnah. Revolusi Iran yang dipimpin oleh Khomeini tidak hanya memberi dampak kepada komunitas syiah, tetapi juga kepada masyarakat Sunni secara umum, setidaknya pada tataran psikologis.
Di Indonesia sendiri, tahun 1980-an memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan yang sangat kentara terutama di dunia kampus. Kampus terbesar di Asia tenggara, UGM Yogyakarta, gema kebangkitan Islam dimotori oleh Jama'ah Shalaguddin UGM yang merupakan Unit kerokhanian Islam resmi di bawa Purek Tiga waktu itu. Berdiri sejak tahun 1976 dengon pendiri Achmad Fanani Cs (Fak Arsitektur) di awal 80 an benar-benar membangkitkan seluruh civitas akademika dan kaum muslimin sekitarnya. Di Bandung Mesjid Salman semakin semarak, Bogor, Al Ghifari, bahkan UKKI Universitas Trisakti Jakarta pun sangat bersemangat dalam aktivitas kebangkitan Islam.
Kesadaran tanggung jawab sebagai kaum muslimin terpelajar (intelektual) banyak dikaji melalui biku-buku Ali Shariati (Tugas Cendikiawan Muslim) maupun buku-buku sejenis. Ayat ayat akhir dari surat Ali Imron, menjadi kajian yang sangan populer dan menarik terkait dengan penggalian karakter "ulul Albab". Kesadaran untuk bisa melahirkan generasi yang imbang antara dzikir dan fikir juga telah melahirkan pusat-pusat kajian. Di Yogyakarta lahirlah Pondok Pesantren Budi Mulia yang dimotori oleh Cendikiawan Islam kondang waktu itu : Doktor Amien Rais sepulang dari sutdynya di USA dan Mesir. "Semangat Ruju Ilaa qur an wa sunnah" benar benar melahirkan dimensi baru dalam berilmu, beramal, bermasyarakat, termasuk dalam berseni budaya.
Perjuangan untuk menegakkan isyhaduu bianna muslimin tidak pernah mundur meski harus berhadapan dengan laras senjata rezim orde baru yang sering diinterperestasikan sebagai jelmaan "Rezim Syah Iran" yang sama-sama boneka USA. Lahirnya HMI MPO adalah salah satu fakta sejarah yang tidak dapat dipungkiri bahwa di negeri ini selalu muncul; anak-anak bangsa yang siap berani melawan kesewenang-wenangan rezim berkuasa.
Kini, setelah 33 tahun abad 15 H kita jalani. Terasa sekali bukannya kebangkitan yang didapati, melainkan kemunduran dan tragedi yang berturut-turut yang menimpa umat Islam diseluruh dunia. Tampaknya, keinginan untuk mengangkat kembali ide kebangkitan dunia Islam merupakan sesuatu yang akan terdengar menggelikan sekarang ini. Gagasan ini kini terlihat seperti sesuatu yang utopis dan mengada-ada. Bagaimana mungkin kaum Muslimin akan mampu keluar sebagai pemenang peradaban, sementara kelemahan internal mereka sendiri masih begitu kentara. Mereka bahkan tidak mampu untuk menyepakati tujuan serta langkah-langkah mereka bersama. Malah, tak henti-hentinya mereka berkelahi satu sama lain. Lebih dari itu, dunia Islam saat ini lebih dinina bobokan dalam pelukan firkoh-firkoh kembali semangat "Ruju Ila Qur'an Wa Sunah" sebagai langkah utama agar Kaum Muslimin tidak tersesat jalan harus terus disemaikan dalam kehidupan kaum muslimin. Adagium "La syarkiyyah walaa Ghorbiyah walaa kin Islamiyah" harus selalu kembali dikumandangkan bersamaan dengan seruan "tama khayya 'alassholah hayya 'alal falaah".
Sebuah puisi yang ditulis di Donomulyo Nanggulan Kulon Progo 30 tahun lalu, tepat malam Idul adha yang berbarengan siaran langsung pertandingan tinju Ellyas Pical waktu itu benar-benar layak direnungklan kembali. Judul Puisinya "Adakah Kita Bangkit ?". Saya mempertanyakan dalam baris baris puisi itu : "Kebangkitan yang terbangun dari mimpi semalam, tanpa sadar hari kemarin, adalah bergegas menuju kehancuran berulang" dan saya melihat, saat ini kaum muslimin menjadi porak poranda kembali, menjadi saling serang kembali, di Indonesia, fenomena itu sangat jelas terjadi. Kita tidak sadar di tengah keberanian Iran atas kepongahan Amerika dan sekutu sekutunya hal paling strategis adalah Amerika dan sekutu-sekutunya membenturkan kembali sentimen Sunni - Syiah, yang ujung-ujungnya adalah timbulnya permusuhan terhadap Iran oleh negara-negara muslim. Disisi lain, Kaum muslimin lebih suka berkiblat ke isme-isme bahkan copy paste dari cara-cara yang dikampanyekan pihak lain yang justru untuk menghancurkan kaum muslimin.
Lagi-lagi, cara-cara Al Qur'an , cara-cara yang digariskan As Sunah dianggap ketinggalan Zaman. Dan inilah konsekuensi yang harus kita terima. Menjadi umat yang laksana Buih, yang bisa digiring kianm kemari sesuai kemauan arus utama duniawi. Maka thesa atas jawaban pertanyan "Mengapa Kaum Muslimin Mundur dan Umat lain Maju" sebagai salah satu yang banyak diungkap pada awal kebangkitan Islam pun terjadi kembali. Kaum muslimin meninggalkan Al Qur'an dan As Sunnah !. Oleh karena itu, moment 1 Muharram 1434 H ini, sangat relevan u8ntuk tadzkiroh, rausiah, mengingatkan kembali akan perjalanan dan nasib Umat Islam se dunia jika benar-benar ingin terlepas dari keterpurukan : Ruju Ilaa Qur'an Wassunah sebagaimana wasiat awal kebangkitan Islam abad XV Hijriah 33 tahun lalu.

Tidak ada komentar: