MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 28 April 2013

SAMBUT HARDIKNAS 2013 : MANIFESTO PENDIDIKAN

Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah salah satu amanah konstitusi. Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pendididikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanah tersebut. Terjadinya berbagai penyimpangan, musibah bahkan tragedi pendidikan dan tragedi bangsa Indonesia pada umumnya dalam berbagai bentuknya adalah indikasi bahwa pendidikan nasional tidak sebagaimana peruntukannya dan tidak berjalan pada rel konstitusi dan landasan filosofi bangsa Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa.Oleh karena itu, dalam menyambut Hari Pendidikan Nasional 2013 saya menegaskan : Berbagai kekurangan pada sekolah swasta, termasuk kesejahteraan gurunya adalah tanggung jawab Negara/penyelenggara negara. Realitasnya, banyak guru terutama sekolah swasta yang muridnya kaum dhuafa, pendapatannya banyak yang berada di bawah UMR, tidak menerima Askes, tidak menerima jamsostek dan juga tidak menerima jaminan sosial dan hari depannya. Ini sungguh kontradiktif. Ironisnya banyak organisasi yang menyatakan memperjuangkan guru, hingga saat ini belum banyak yang menyuarakan hal ini. Oleh karena itu, siapa pun yang care dengan pendidikan, murid-murid, mahasiswa, pemuda dll yang care terhadap nasib dan masa depan guru-guru tercintanya, mari bersama-sama merubah nasib guru-guru kita secara parlementer. Selama mengawas UN, ada 2 siswa yangterlihat kambuh "angina pectoralisnya", saya coba dekati untuk rilekdulu dan mencoba memberi perhatian, alhmadulillah mereka bisa bertahan danmenyelesaikan ujiannya. Sebagai guru saya bangga, ternyata peserta didik jikaditekankan jujur dengan penuh pemahaman, merekapun mau memahami. Apresiasi sayakepada peserta ujian saya wujudkan dalam doa setiap akhir sesi ujian tiap matapelajara : Semoga kalian mendapatkan nilai yang bagus dan diterima di PerguruanTinggi yang kalian pilih " merekapun menjawab serentak : amin ya Allah,amiin !. Bagi saya, mereka juga anak-anak kita, aset bangsa yang harus dirawat. Banyak cerita tentang kecurangan karenaberedarnya jawaban UN lewat HP. Jika sayaamati ternyata banyak pengawas yang tidak mengkritisi tata tertib dandokumentasi Ujian Sekolah-Ujian Nasional Sub. D. Tata Tertib Peserta UN. point. 3 yang intinya menyatakan : peserta UN dilarang membawa alat komunikasielektronik dan kalkulator ke sekolah/madrasah, maka saat pengarahan pengawas(Jumat, 12 April) pasal ini saya TEGASKANbahwa ini tanggung jawab sekolah untuk mencegat siswanya dan merampas (bahasahalusnya mengumpulkan) Hp dan alat elektronoik lain di pintu gerbang (sebelummasuk sekolah). Kesepakan di ambil semua itu dikumpulkan wali kelas dan dikembalikan pulangnya. Jadi jika ada pesertamembawa HP ke ruangan Ujian itu berarti Pengawas kurang kritis dan Sekolahpenyelenggara bersalah. Kesalahan bukan mutlak milik siswa bersangkutan. danjika hal ini berakhibat ke tidak lulusan peserta ujian, peserta ujian harusberani menggugat atas kelalai penyelenggara dan pengawas, karena hal itumestinya diamankan sesuai tata tertib yang ada. Semoga hal ini tidak terulangpada UN SMP/MTS minggu depan. Keterlambatan ujian bagi siswa di 11propinsi mengindikasikan kinerja yg amburadul. Hal ini jangan dipandangberimplikasi pd penjadwalan kembali agenda yg terkait UN, tetapi berimplikasisangat luas, terutama terkait dg kelulusan dan seleksi PTN yg salah satukomponennya adalah nilai UN. Penarikan soal dr sekolah ke rayon mengindikasikanbahwa soal yg belum beredar cenderung mirip atau bahkan sama. Jika demikianmaka menjadi tidak adil jika hasil UN kali ini dijadikan komponen kelulusan danseleksi SMPTN seluruh Indonesia. Yang paling diperlukan dalam menghadapi situasi pendidikanIndonesia saat iniadalah "take understand than to be understood" kitamencoba memahami apa yang dilakukan pemerintah bukan kinta dimengerti".Debat argumentasi karena berbeda sudut pandang (Terkait dengan MadzabPendidikan termasuk teori-teori pembelajaran beserta evaluasinya) tidak akanpernah selesai dan selalu akan mendatangkan kontroversi baru. Jika insanpendidikan telah berubah menjadi insan "gerakan sosial". Setiap insanpendidikan sudah seharusnya memposisikan sebagai "Educator Bangsa".Oleh karenanya dalam kondisi apapun, berusaha memberikan problem solving bukanmenyerang kekurangan yang ada dengan argumentasi-argumentasi yang boleh jadiitu berbeda sudut pandang. Euphoria kebebasan jangan sampai mengubah jati diri GuruIndonesia sebagai Guru bangsa menjadi jatidiri lain. Sebaliknya dengan berbagaikekurangan yang ada, pemerintah juga tidak perlu terpaku pada apa yang telahditetapkan, sebab saya yakin apa yang dilakukan dulu dengan pertimbangan-pertimbanganideal, tetapi realitas yang terjadi bukanlah seperti yang diplaningkan, kondisinon ideal yang terjadi. Oleh karenanya hasil UN 2013 yang tidak ideal inijangan dipaksakan untuk menentukan hal-hal ideal seperti kelulusan dan seleksiSMPTN. Kesadaran sebagai Insan pendidik, apalagi sebagai Guru Bangsa, akanmemudahkan untuk duduk bersama memutuskan yang terbaik untuk dunia pendidikanIndonesia. Kesadaran ini akan menghilangkan sikap ujub, sikap paling pintar,karena kesombongan tidak akan pernah ada di hati para pendidik. Semoga kualitas pendidikan semakinmeningkat. Paling tidak dari ranah cogninif dulu yg memang mudah diukurindikator indikatornya. Ranah lain (psikomotor dan afektif) beserta pengembanganakhlaqul karimah peserta didik sudahpasti harus terus dilakukan. Dan peningkatan paling signifikans bias dilakukanjika memulai dari diri kita sendiri. IBDA BINAFSIKA

Tidak ada komentar: