MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Sabtu, 18 Mei 2013

PARTAI BERJAYA BENAR (PBB) PADA PEMILU 2014

Judul tulisan ini terasa provokatif dan bombas, apalagi jika ditambahi argumentasi hasil survey beberapa lembanga yang menampilkan hasil Partai Bulan Bintang bukan partai pilihan responden. Namun sesungguhnya judul ini sangat realistis dan boleh dibilang sebagai sebuah harapan yang sangat beralasan. Ketika saya sounding ke sahabat-sahabat tentang niat saya tampil kembali ke kancah politik mengingat realitas yang ada (Lihat edisi sebelumnya), dan pada akhirnya mengerucut menjadi 3 partai alternatif (PBB, PPP dan PAN) partai dimana saya pernah aktif sejak memiliki hak pilih, dan finally saya mendaftar ke Partai Bulan Bintang, sungguh tidak menyangka jika pada akhirnya saya dipertemukan dengan sahabat-sahabat saya "Para Penyelamat" kebinekaan dan demokrasi untuk tidak terjebak pada ranjau tiran orde baru dengan "Azas Tunggalnya". Saya menulis di status facebook : "Subhanallah, ternyata banyak sahabat yang "turun gunung" yg selama ini berkutat membangun masyarakat dan kini berkumpul mengibarkan panji panji penyelamat. Panji panji yg mereka kibarkan dg gagah berani di hadapan tirani orde baru. Semoga mereka dimenangkan Allah untuk Indonesia yg berkah. " sungguh terasa tulisan saya 5 tahun lalu, seakan menjadi undangan suci, laksana "Panggilan Jihad" yang dijawab dengan sahabat-sahabat meski banyak yang tidak saya tahu keberadaannya saat itu. Dengan sumber daya insani yang memiliki komitmen keislaman dan keindonesiaan yang tidak perlu diragukan lagi, dan track record "Para Penyelamat" yang telah berkiprah di masyarakat dengan integritas sosial dan keperjuangannya, sungguh PBB menjelma menjadi Partai Berjaya Benar ! Hal ini mengingat bagaimanapun juga Indonesia sebagai negara dengan 200 juta lebih muslim, diakui atau tidak, masyarakat muslim Indonesia sangat menghargai dan menghaormati pemimpin-pemimpin muslim yang berdedikasi, ulama-ulama yang penuh tauladan. Begitu membludaknya kaum muslimin yang merasa kehilangan atasa wafatnya Ustadz Uje , Ustadz Jeffery Albukhori adalah fenomena yang bisa dijadikan bukti. Apalagi bagi "Para Penyelamat" yang tidak hyanya tampil di TV, tetapi mau bahu membahu, bergelepotan peluh dan keprihatinan bersama mereka-mereka yang telah dipinggirkan system. Beberapa partai yang memungkinkan menjadi lahan suara bagi Partai Bulan Bintang adalah yang pertama Partai Demokrat. Sejak secara terang terangan Marzuki Ali mengeluhkan menguatnya kubu Anas (kelompok HMI), terlihat bahwa sesungguhnya dalam PD sebagai partai yang heterogen terjadi "sengketa" fasted interest diantara faksi-faksinya. Faksi Anas, sebagai kekuatan yang didukung oleh "lumbung kader pemimpin bangsa", suplyer kepemimpinan terbesar HMI (KAHMI) dengan musibah yang ada sering menjadi sasaran empuk untuk disingkirkan. Kurang sadar diri dari Ketua Dewan Pembina PD yang "Mengkudeta" kepemimpinan Anas sangat potensial melukai faksi Anas yang sesungguhnya sangat kuat dan jaringan dengan strategi yang oke. Meski ada satu dua loyalis anas yang tetap bertahan di PD karena kepentingannya, tetapi penulis sangat yakin relatif lebih banyak yang mengikuti jejak Anas, apalagi jika kita baca tweet Anas akhir-akhir ini yang terasa mengandung pesan "lupakan PD" maka hal ini akan menjadi sumber suara yang sangat lumayan. Masalahnya mau memilih kemana teman-teman KAHMI yang dari PD ? PBB yang memiliki keterikatan dengan Masyumi, adalah pilihan tempat kembali yang tepat bagi rekan-rekan KAHMI dari PD, sebab bagaimanapun keterikatan perjuangan dan sejarah dua lembaga yang sama sama memasang "Bulan Bintang" pada simbol organisasinya, yang sama sama memiliki visi baldatun thoyyibatun warobbun ghofur dalam konteks keindonesian dalam makna menerapkan ajaran Islam (syariah Islam) yang rahmatan lil Alamin dalam frame NKRI akan menjadi synergy yang luar bisa energinya, dari pada harus berkumpul ke tempat lain dengan resiko mau digerinda, diamplas bahkan dicelup dengan nilai-nilai yang terdapat pada partai lain seperti yang diuraiakan pada tulisan-tulisan sebelumnya. Apalagi dalam menghadapi tantangan umat Islam dalam konteks Indonesia dan global, bersatunya kader-kader pemimpin Muslim dalam kebersamaan langkah perjuangan sangatlah diperlukan. Realitas Ghaswul Fikri dengan berbagai bentuknya, terutama yang terkait dengan pemanfaatan parlemen untuk menghasilkan payung hukum yang diperlukan haruslah menyadarkan pengibar panji-panji "bulan dan bintang" untuk bersatu, seirama dalam langkah perjuangan dfan kembalinya "Faksi HMI" dari manapun termasuk dari PD adalah sebuah langkah dahsyat. Sebagai sumber potensial pendukung partai Islam satu-satunya yang dengan tegas ingin menerapkan ajaran Rahmatan Lil "alamin" (Syariat Islam) dalam frame NKRI di Indonesia, PBB, adalah faksi keadilan (Tarbiyah) dari PKS. PKS yang menyatakan sebagai partai terbuka beberapa waktu lalu yang konsekuensinya tidak memungkinkan lagi vokal dalam "dakwah Islamiah" sebagaimana gerakan tarbiyah saat dideklarasikan tahun 1998. Hal ini adalah konsekuansi dari perubahan yang ada dimana PKS juga mengakomodir komponen-komponen yang beragama lain, tentu saja secara organisasi tidak memungkinkan melakukan "penajaman perjuangan Islam" secara Internal. Penajaman perjuangan Islam secara Internal justru harus dihindari agar tidak terjadi gesekan diantara sesama anggota (tidak bisa lagi disebut jama'ah) PKS. Bagi faksi Tarbiyah tentu saja ini sangat kontradiktif, meski bagi faksi "Kesejahteraan" menjadi tidak masalah sebagaimana mereka yang gabung di partai terbuka (gado-gado). Ghiroh mengibarkan panji-panji Rahmatan Lil 'alamin bagi saudara-saudara faksi Tarbiyah PKS tentu saja sangat mungkin dilakukan di Partai Bulan Bintang. Politisi-politisi Muhammadiyah yang sama-sama memiliki idealisme menegakan Nilai-nilai Rahmatan Lil Alamin setelah bubarnya Masyumi bergabung dalam Parmusi, kemudian berfusi dalam PPP dan pada era reformasi banyak bergabung dengan PAN karena kebetulan deklarator PAN nya adalah mantan Ketua Umum Muhammadiyah, DR. Amien Rais, pada perjalanan dinamika politiknya mengalamin kekecewaan terhadap PAN. Hal ini terlihat dengan berdirinya PMB (Partai Matahari Bangsa) dan banyak yang kemudian tidak aktif lagi di PAN. Pada kepemimpinan Hatta Rajasa, yang ditengarai oleh teman-teman mantan aktivis PAN sebagai partai yang menekankan "Hatta Connection" ditambah dengan berbagai kejadian yang dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai moralitas PAN, kelompok kecewa PAn menjadi tambah panjang. Kelompok ini sangat potensial untuk digarap PBB untuk memenangkan pertarungan pada pemilu 2014. Sumber-sumber bersemangat "Amar Ma'ruf Nahi Munkar" dan Penerapan Nilai-nilai Rahmatan lil 'Alamin akan menjadi lebih berlimpah jika PBB mampu mendekati dan tampil meyakinkan pada saudara-saudara kita yang memiliki semangat sama, Hizbut Tahrir misalnya, sangat potensial untuk diajak kerja sama, demikian pula para pemilih pemula yang memiliki komitmen sejenis, meski PKS dulu sangat intens menggarap Rohis, namun apa yang terjadi pada PKS menjadikan perubahan dalam hubungan-hubungan itu, bahkan juga konsekuaensinya dalam hubungan bersama tarbiyah kampus maupun LDK (Lembaga Dakwah Kampus). Semua itu memerlukan penggarapan serius dan perjuangan tulus disertai amanah dan istiqomah sehingga bisa memanggil mereka itu dalam bahasa kalbu, karena pada dasarnya hati kaum beriman diikat oleh Allah SWT. Jika dapat melakukan hal demikian, maka PBB berubah menjadi Partai Berjaya Benar bukanlah sebuah utopis. Semoga demikian. Amin Yaa Robbal 'alamin.

Tidak ada komentar: