MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 09 Februari 2018

BIOTECH APPLICATION

Ilmuwan terkemukan abad ini Albert Enstein menyatakan " Religion without science is blind. Science without religion is paralyzed" (Agama tanpa ilmu adalah buta, Ilmu tanpa agama adalah lumpuh)" Kesadaran religiusitas penemu teori relativitas itu penulis pahami sebagai perlunya keseimbangan agama dan ilmu bagi seseorang agar perjalanan hidupnya selamat mencapai tujuan hakekat hidup sebagai mahluk tuhan, Allah SWT. Pernyataan Enstin itu adalah nasihat kepada para ilmuwan utamanya, dan untuk kita semua, khususnya para penentu kebijakann agar dalam pengembangan dan peneraman saint benar-benar memperhatikan nilai-nilai agama Dunia selama ini menderita paralisa, kelumpuhan kemanusiaan, karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini dikembangkan jauh dari nilai-nilai agama, sebagaimana diungkapkan oleh Enstein sebagai "Science without religion is paralyzed". Tidak hanya sain dalam artian saint MIPA (Matemataika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang dikembangkan menjadi teknologi yang luar biasa sehingga kita memungkinkan memasuki abad informatikan dan kini berada di abad biotechnologi, yang jika tidak dilandasi oleh agama maka akan melumpuhkan sendi-sendi kemanusiaan yang ahirnya menghancurkan dunia, Saint lain pun, sosial, politik, ekonomi, budaya, seni, filsafat dll jika tidak dilandasi agama semua akan menghancurkan umat manusia dan duni secara keseluruhan. Sudah barang tentu kehancuran yang diakhibatkan oleh saint fisik (alam) dan saint sosial sangat berbeda sesuai karakter saintnya. Saint fisik, IPA, sudah barang tentu akan mengakibatkan kehancuran sisik manusia dan alam raya yang dapat disaksikan secara kasat mata seperti hanccurnya Hirosima dan Nagasaki. Sedang kehancuran akhibat saint sosial yang dikembangkan tanpa nilai-nilai agama akan lebih mengarah pada hancurnya tatanan sosial, ekploitasi satu manusia dengan manusia lain (expolitation der long par long), jurang sosial yang semakin menganga dan perilaku-perilaku kebinatangan umat manusia itu sendiri ahibat mendewakan "basic Instinc" manusia itu, yang bernaung di balik isue HAM, liberalisme sexual dalam bentuk gerakan LGBT (lesbian, gay, bisex dan transgender) adalaha salah satunya. Memasuki abad bioteknologi saat ini, dunia kembali dihadapkan pada ancama serius terhadap penerapan biotek itu sendiri. Bioteknologi sebagai ilmu biologi terapan, terbukti telah banyak membantu mengatasi masalah masalah dalam kehidupan manusia seperti masalah pangan, pertanian, kesehatan, dan industri maupun maslah remediasi kerusakan lingkungan. Namun perlu juga diakui bahwa penggunaan bioteknologi oleh umat manusia menimbulkan dampak yang tidak diharapkan. Kekhawatiran munculnya dampak negatif penggunaan produk hasil rekayasa genetika terhadap dampak sosial dan agama terjadi pada penerapan bioteknologi misalnya penggunaan insulin yang diproduksi dari transplantasi sel pankreas babi ke sel bakteri , serta dalam xenotransplantation yaitu penggunaan katup jantng babi untuk ditransplantasikan ke jantung manusia. Sementara itu, salah satu produk rekayasa genetik lainnya yang menimbulkan kekhawatiran sejak awal dikembangkannya adalah masalah kloning. Sejarah hewan kloning telah muncul sejak tahun 1900 dan hasil kloning hewan pertama yang sukses yakni kecebong yang dikloning dari sela embrio katak dengan proses transfer nukles. Namun hasil kloning tidak hidup lama untuk menjadi katak dewasa. Pada tahun 1997 Dr Ian Wilmut berhasil melakukan kloning domba dan menghasilkan kloning yang dinamakan Dolly. Kloning domba ini direproduksi tanpa bantuan domba jantan, melainkan diciptakan dari sebuah sel kelenjar susu dengan demikian dapat disebut sebagai perkembangan pengambilan sel puting susu seekor domba yang merupakan sel somatis (sel tubuh). Keberhasilan Ian Wilmut ini membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada mamalia dewasa, serta adanya reproduksi vegetatif pada hewan, proses reproduksi tidak hanya terjadi melalui peleburan sel gamet (sel kelamin spermatozoa dan ovum) tetapi juga melalui reproduksi vegetatif melalui sel somatis. Setelah dua puluh tahun berlalu, kini Cina berhasil mengklon kera. yang membuktikan bahwa klas tertinggi dari hewan yaki primata dapat dikembangkan melalui reproduksi somatif. Keberhasilan kloning pada mamalia dewasa bahkan primata ini sudah barang tentu dapat menjadi pintu masuk bagi penerapan rekayasa genetika terhadap kloning manusia. Kloning manusia seutuhnya merupakan kekhawatiran umat manusia yang akan memusnahkan nilai-nilai kemanusiaan. bahkan dapat memusnahkan alam raya. Sebuah cerita pendek pernah penulis buat dengan sinopsis sebagai berikut : " Next dunia dikuasai oleh para klon, dari sebuah KTT sampel jaringan dari para pemimpin dunia dikelola untuk diklononh. Dengan mengkloning pemimpin masing masing, melalui bagian jaringan mereka yg tertinggal di gelas minum, sendok atau tempat mereka istirahat. Dengan kombinasi pemanfaatan chip dan kemikalia, menghasilkan kloning terkendali. salah satu klon dengan tekayasa DNA menghasilkan klon yang berkaryotype XYY yang secara fisis dan karakter menyerupai benar dengan ciri-ciri Dajjal, kloning itulah yang kemudian disetting menjadi pemimpin para kloning para pimpinan dunia. Para kloning itu dikembalikan kembali ke negara masing masing dengan komando tunggal dari pusat pengendalinya. Semua dibinasakan dan mereka menguasai dunia. Namun bagaimanapun karya manusia, ada saja cacatnya. Seorang Ahli berjulukan Arroshun Fil Ilmi mampu menengarai dan dengan uszlah nya dia mampu menciptakan senjata pemusnah yang dikirimkan melalui udara tanpa terdeteksi (spt pemindahan istana Bilqis) Dan bumipun kembali akan dengan jumlah penduduk yg hanya tinggal di negeri Arrosihun tadi. Namun demikian negeri ini tetap dalam bayang-bayang serangan Dajjal yang belum mereka taklukan. Apakah itu sebagai ahir sejarah manusia dan alam raya ?

Tidak ada komentar: