MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 13 September 2013

JOKOWI JUGA MANUSIA

Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, meragukan kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Ia menilai kesuksesan yang disebut-sebut melekat dalam kepimimpinan Jokowi, begitu sang gubernur biasa disapa, hanya pencitraan. "Di Solo itu yang bekerja Rudi (FX Rudi, wakil wali kota). Saya ini orang Solo, kemiskinan dan kumuh masih banyak," demikian ytulis Tempo.co edisi Kamis, 12 September 2013.
Selanjutnya Amien menjelaskan, Jokowi belum bisa dianggap sukses memimpin Jakarta. Alasannya, kemacetan dan kumuh masih menjadi persoalan. "Dia berhasil membersihkan Pasar Tanah Abang, tetapi macet Jakarta masih terasa," ujarnya.Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999-2004 itu juga meragukan Jokowi punya komitmen nasionalisme kuat kendati berasal dari partai nasionalis, PDI Perjuangan. Amien menyebut kebijakan Megawati Sukarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, saat menjadi presiden, yaitu menjual saham PT Indosat Tbk ke asing, pembebasan utang pengusaha hitam, merupakan kebijakan yang berlawanan dengan semangat nasionalisme. "Mega saja bisa seperti itu," katanya Seperti yang telah penulis sampaikan pada edisi terdahulu, siapa boleh dan syah menilai Jokowi. Entah itu pencitraan atau pencitaan, bahkan mungkin pencintaan (plilia) maupun pencemburuan (phobia)terhadap Jokowi. Jika dimisalkan tokoh legenda Jawa, maka Jokowi saat ini bagaikan tokoh legenda Ande-Ande Lumut dimana sebagai pemimpin yang berasal dari tepian Bengawan Solo Jokowi banyak yang “ngunggah-ngunggahi”, banyak yang meminang untuk dijadikan pasangan hidup karena pesonanya. Jokowi banyak dipinang untuk menjadi Pemimpin di tepian sungai Ciliwung, Istana Negara RI.
Tentang Ande Ande Lumut, Coba renungkan petikan lirik tembang Ande-Ande Lumut berikut : Ibu : Putraku si Ande Ande Lumut Temuruna Ana putri kang “unggah-unggahi” Putrine kang ayu rupane Klenting Kuning iku kang dadi asmane AAL: Duh Ibu, aduh aduh ibu Kang putra mboten bade medun Nadyan ayu, sisane Si Yuyu kangkang dst
Jika kita renungkan dua bail dari lirik Ande Ande Lumut yang merupakan dialog antara Ibu dan Putranya yang dibanjiri lamaran oleh putri-putri Cantik (Kang Ayu Rupane) mengandung pesan moral bahwa sebagai flamboyan, sebaiknya para Capres yang memiliki daya pikat untuk tidak begitu saja menerima pinangan, mengikuti konvensi dsb. Proses selektif yang dilakukan Ande Ande Lumut perlu dikedepankan untuk memperoleh kemenangan sejati.
Para Capres yang digoda oleh partai partai “sisane si Yuyu Kangkang’ , yang sudah tidak ideal lagi, yang sudah lacut ujian perlu merlakukan penolakan dengan tegas agar dapat diambil pembelajarannya oleh masyarakat. Membiarkan semuanya Abu-abu sama saja membiarkan masyarakat belajar dalam kegelapan. Ketegasan Ande Ande lumut menolak puteri-puteri cantik yang telah “dikangkangi Yuyu Kangkang” adalah ketegasan keberanian mengucapkan Laa (Linafyiljinsi) sebelum menyatakan Illaa (itsbat) pada pilihan yang benar-benar layak dipilih. Kata Ande Ande Lumut, nadyan Ala menika kang Putra kerso (walaupun kelihatannya kurang menarik tetapi itulah yang dicari) karena dia mempertahankan integritasnya.
Jokowi saat ini sedang memerankan tokoh Ande Ande lumut itu, pesonanya telah membuat partai-partai “ngunggah-ngungahi” Jokowi, meminang Jokowi agar dapat mendongkrak daya saingya menghadapi pemilu pileg maupun pilpres 2014. Apalagi partai-partai yang memang sudah “tidak suci lagI’, partai-partai yang lacut, klenting-klenting yang telah dikangkangin “Yuyu kangkang”. Sudah barang tentu terpulang kepada Jokowi, Sang Ande-Ande Lumut, mau menerima pinangan itu atau terus menyeleksi hingga benar-benar mendapat putri yang nadyan ala, tidak populer, duafa rupa tetapi punya idealisme nyata.
Merujuk pada berbagai realitas konkrit bahawa partai-partai yang ada di senayan ini “adalah puteri-puteri” yang merupakan sisane si Yuyu Kangkang, logikanya partai asal jokowi juga demikian, maka sebaiknya Jokowi tidak menerima pinangan-pinangan itu. Tunggulah sampai ada puteri ideal, yang mungkin kelihatannya jelek, lemah, duafa dan mungkin hampir disingkirkan oleh sistem yang dibuat si Yuyu Kangkan sehingga dia bukan “sisane si Yuyu Kangkang” .
Puteri ideal dalam konteks realitas konstelasi partai politik kita saat ini adalah PBB, Partai Bulan Bintang. Jadi ada baiknya Jokowi menunggu pinangan PBB dan berasangan dengan Presiden bersemangat Laskar Pelangi, Profesor Yusril Ihza Mahendra. Mungkin itulah penegasan, idealisme yang harus ditegakkan Sang Ande Ande Lumut : Nadyan Ala menika kang putra kersa !. Tetaplah berjalan diidealisme kesucian , semoga !
Darwono, Caleg DPR RI dari Partai Bulan Bintang Dapil Jakarta Timur, Pendidik dan Pekerja Sosial. Lihat juga www.youtube.com/doitsoteam

Tidak ada komentar: