MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 23 Oktober 2016

KONVERSI KALORI SECARA BIJAK UNTUK DIABETESI

Dalam Penanganan diabetes melitus, dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu : penyuluhan (edukasi) yang merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap pasien diabetes, keluarga, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak perencana kebijakan. Pilar utama pengelolaan diabetes adalah perencanaan makan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Selain itu latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe-2. Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur, namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin
 Seperti kita ketahui bersama, salah satu pilar dalam pengelolaan terapi Diabetu s Melitus adalah dengan terapi gizi. Upaya penatalaksanaan diet Diabetes mellitus,perencanaan makanan merupakan pilar yang sangat penting .Perencanaan makanan perlu pada semua jenis penderita Diabetes mellitus baik yang terkendali hanya dengan terapi diit maupun bagi yang menggunakan obat peroral atau injeksi insulin. Tujuan dari therapi diet adalah sbb : 1. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal; 2. Mencapaian mempertahankan lipid mendekati normal; 3 Mencapai berat badan normal; 4. Mencegah komplikasi kronik dan 5. Meningkatkan kualitas hidup sehingga dapat melakukan pekerjaan sehari – hari seperti biasa.
Sebagai pilar utama, terapi gizi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan gizi masing-masing individu . Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan secara prospektif di Inggris yang menunjukkan bahwa kontrol glukosa darah yang baik akan mengurangi resiko terjadinya resistensi insulin dan menurunkan resiko penyakit kardiovaskular.
 Diantara beberapa syarat dari therapi gizi satu diantarnya adalah terpenuhinya energi yang cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), dan sore (25%), serta 2 – 3 porsi kecil untuk makanan selingan masing-masing 10-15%. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Lemak terdiri atas <10% dari lemak jenuh, 10% lemak tidak jenuh ganda, dan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol <300 mg per hari. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi ttal. Sementara itu Kebutuhan karbohidrat 60-70% energi total. Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman tidak diperbolehkan, kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Sedangkan Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah.
 Perlu ditekankan disini, bahwa bagi para diabetesi maka Pola makan harus benar-benar diperhatikan. Baik jadwal, jumlah, maupun jenis makanan yang dikonsumsi. Mengingat, penderita diabetes biasanya memiliki kecenderungan kandungan gula darah yang tidak terkontrol. Kadar gula darah akan meningkat drastis setelah mengkonsumsi jenis makanan tertentu. Oleh sebab itu, pola makan dan jenis makanan penyakit diabetes ini harus diatur sedemikian rupa.Kebutuhan makanan bagi penderita penyakit diabetes tidak hanya sekedar mengisi lambung. Tetapi, makanan tersebut harus mampu menjaga kadar gula darah dan memberikan terapi bagi penderita diabetes itu sendiri. Demikian juga dengan jadwal, jumlah dan jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh penderita harus benar-benar diatur sedemikian rupa sehingga mampu memberikan terapi bagi kesembuhan penyakit gula tersebut.
 Satu hal yang perlu diperhatikan juga oleh para diabetesi adalah Jadwal makan yang dianjurkan bagi penderita diabetes adalah enam kali makan dalam sehari. Dengan ketentuan tiga kali makan besar dan tiga kali makan ringan. Hal tersebut dimaksudkan agar lambung tidak kosong dan asupan gula dalam tubuh tetap stabil, tidak melonjak drastis dan juga tidak turun sangat rendah. Interval makan bagi penderita diabet berkisar 3 jam, sebagai contoh : - Makan besar I (Sarapan pagi) : pukul 07.00– Makan ringan I (Snack) : pukul 10.00– Makan besar II (Makan siang) : pukul 13.00– Makan ringan II (Snack) : pukul 16.00– Makan besar III (Makan malam) : pukul 19.00– Makan ringan III (Snack) : pukul 22.0
Para Diabetesi benar-benar harus mengupayakan makan tepat waktu. Hal ini dikarenakan apabila terjadi keterlambatan atau makan tidak teratur maka dikhawatirkan terjadi hipoglikemia (penurunan kadar gula darah). Gejala hipoglikemiaini ditandai oleh timbulnya pusing, mual dan pingsan pada penderita diabetes. Jika gejala ini terjadi maka sebaiknya penderita diberi minum air gula untuk mengembalikan keseimbangan gula dalam darah. 
Sebagai contoh praktis menu diabetesi, berikut contoh menu makan pagi, siang dan malam serta makanan selingannya : Pagi, 100 gr nasi, 100 gr sayur, 1 butir telur balado, 1/2 butir alpokat/pepaya . Selingan (jam 10) i arem-arem. Siang: 150 gr nasi, 1 mangkok sayur, 50 gr ikan asam manis, 1 potong tahu bakso dan 1 buah pisang. Sore, 3 butr kentang rebus, jagung rebus atau agar-agar tawar. Malam, 100 gr nasi, 1-2 terong panggang, 50 gr ayam panggang dan 1 buah peer. Dan snack malam 1 gelas susu. Contoh lain adalah : Pagi , Nasi (1gls), telur dadar 1 butir, oseng-oseng tempe 2 ptg sedang, sop labi (1gls), pepaaya 1ptg sedan; Siang, nasi (1 gls), pepes ikan (i ptg sdg) tempe goreng (2 ptg sdg), lalapan kacang panjang ( 1gls) dan pisag 9 1 buah); sedangkan makan malamnya, nasi 1 1/2 gls, ayam bakar kecap ( 1 ptng sdng), tahu bacem 91 ptng), buncis/wortel kukus (1 gls), dan pepaya (1 ptng sdg). nilai gizi dari menu diet ini adalah :energi 1921 kkal protein 60 g (12,5% dari total energi) lemak 48 g (22,5% dari total energi) karbohidrat 299 g (62,5% dari total energi) kolesterol 303 mg serat 37
Dari catatan di atas nampak bahwa bagi diabetasi yang paling pokok dari jumlah asupan adalah terkait dengan jumlah kalori, disamping itu juga penjagaan kesehatan fisik dan penjagaan stress. Dalam kondisi tertente seorang diabetasi yang sudah terbiasa minum teh manis atau secangkir kopi, penyetopan total justru bisa menimbulkan strees tersendiri, oleh karenanya, perlu rekomendasi bijak tentang penggunaan gula dalam minuman terutamanya. Oleh karena itu perlu konversi seberapa jumlah yang dibolehkan sesuai dengan prinsip jumlah asupan kalori yang ada. 
Memang, kafein pada kopi menghambat sensitivitas insulin pada penderita diabetes tipe 2, oleh karena itu perlu dihindari minum kopi setelah mengkonsumsi makanan berkabohidrat tinggi. Selain itu, kopi tanpa kafein juga bisa jadi pilihan. Gunakan sedikit gula atau pemanis alternatif atau lebih baik lagi jika tanpa gula dengan porsi 1 cangkir dan minumsedikit demi sedikit agar rasa kopi bisa benar-benar bisa dinikmati. Gula yang digunakan dapat merupakan konversi dari jumlah karbohidrat yang boleh dikonsumsi. Jika dikonversi, maka nasi 100 gram itu berkisar 10 sendok, dengan jumlah kalori 129,5 atau (130 Kalori), atau satu sendok nasi putih setara dengan 13 kalori. Sementara itu, jumlah kalori dalam 1 sendok teh gula pasir adalah 16 kalori. Dengan demikian, jika dalam kondisi tertentu dabetasi sangat menginginkan teh manis, maka akan lebih bijak jika dikonversi jumlah yang tepat. Jika secangkir teh, perlu 2 sendok teh gula, berarti ada 32 kalori, sedang pengurangan jumlah nasi 3 sendok makan bernilai 39 kalori. Jadi jika seorang dengan alasan tertentu harus minum teh manis, maka pengurangan 3 sendok makan nasi, bisa setara dengan 2,5 sendok teh gula pasir. SEcara prinsip tidak menambah asupan kalori yanag menjadi pokok pengendalian nutrisi penderita diabetesi.
Rekomendasi konversi bijak semacam ini mungkin akan lebih menenangkan pasien dari pada memaksa pasien tetap menghindari total yang justru dapat memacu ketidaknyamanan. Yang terpenting adalah prinsip jumlah asupan kalori yang seharusnya tidak dilanggar. Tentu saja pelaksanaannya harus terkontrol dalam artian sehari sekali saja dimana pasien biasa menikmati teh manisnya. Dengan demikian pasien tetap dapat menikmati "manisnya" hidup yang diharapkan semakin memperbaiki kondisi psikologis sehingga semua kondisi menjadi baik. Bagaimana dok ? 

Tidak ada komentar: