MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 13 Mei 2009

TELIKUNG MENELIKUNG


Masih segar dalam ingatan kita, iklan gencar Pilpres 2004 dari pasangan SBY-JK, JK dipilih menjadi pendamping SBY, dengan alasan dia sebagai pengusaha yang berpengalaman. Ironis memang, JK seakan tidak punya etika organisasi, dengan tidak menghormati keputusan partainya yang justru mencalonkan Wiranto-Sholahuddin Wahid. JK rela partainya ditelikung, yang penting jadi Wapres. Lebih ironis lagi justru JK kemudian terpilih menjadi Ketua Umum Golkar.

Hukum “menabur - menuai” pun terjadi. Gonjang ganjing Koalisi pasca pileg 2009 “memaksa” JK menerima pukulan balas, dengan harapan bisa dilamar SBY setelah Golkar keluar dari rencana Koalisi dengan Demokrat, teman-teman JK berhasil mengeluarkan legalitas kran pengaman yang ingin mereka tempuh seperti yang dilakukan JK pada pilpres 2004, menjadi Cawapres bukan dari partai Golkar.

Sudah hampir pasti, keinginan temen-temen JK tak akan terwujud, karena SBY tidak tertarik lagi oleh birahi kekuasaan temen-temen JK tersebut. SBY dengan segala pertimbangannya justru memilih Boediono (SBY-No atau NO-SBY ?) orang yang dianggap sangat dekat dengan Megawati.

Syah-syah saja SBY menggandeng siapapun, namun jika dibalik alasan-alasan tersurat terdapat alasan manggandeng Boediono agar PDI-P mau bergabung berkoalisi dengan PD yang telah ditinggalkan Golkar, sehinga PDI-P mau mengurungkan keputusan formalnya mengusung Megawati menjadi presiden pada pilpres kali ini, maka sesungguhnya SEJARAH PENELIKUNGAN SBY menjadi berulang.

Berbeda dengan temen-temen JK yang justru meminta legalitas untuk bisa bergandengan dengan Capres lain, Temen-temen Megawati justru mempertegas komitmennya pada idealisme dan etika organisasi dengan tidak mau tawar-menawar pada keputusan Konggres partainya. Ini sebuah pembelajaran penting untuk bangsa ini, Istiqomah dengan nilai-nilai ideal, sebuah fight spirit. Ditengah pembelajaran oportunistis dan hipokrit dari para elit politik.

Tapi mungkin, masalah telikung menelikung menjadi keharusan bagi PD, sehingga partai-partai yang berencana berkolisi juga merasa DITELIKUNG dengan kenyataan SBY menggandeng Boediono, tanpa “komunikasi” dengan mereka.

Nah Loh ! Kok ga lihat sejarah ya.

Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar: