MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 06 Maret 2013

CALEG NON KADER PARTAI, CARA BARU RECRUITMENT KADER

Jika diumpamakan calon tenaga kerja, Caleg Non Kader Partai adalah calon tenaga kerja out sources. hanya dibutuhkan ketika pihak ke tiga (user) membutuhkan tenaga kerja dengan karakteristik yang tertentu. Ditengan kredibilitas perlement yang rendah dan rakyat sangat kecewa dengan partai-partai, rakyat sangat membutuhkan anggota parlemen, wakil rakyat yang akan memegang amanatnya dengan karakteristik mau melayani, amanat, jujur, memiliki integritas dan komitmen moral yang tinggi. Maka upaya partai-partai merkrut Caleg Non Kader Partai adalah sebuah langkah wajar yang harus. Sayangnya, tuntutan realitas obyekti yang ada dijawab oleh partai-partai dengan paradigma masa lalu, dimana "outsources" diharapkan menjadi vote getter untuk mempertahankan kekuasaannya bukan untuk memperbaiki kondisi. Maka wajar jika para partai lebih memilih "keterkenalan" khususnya para celebritis yang justru biasa dilayani, dimanage orang lain dll. Sudah barang tentu sasaran jurus ini adalah para pemilih pemula yang kurang memiliki kecerdasan politik. Jika senayan dipenuhi oleh para celebritis dengan segala gaya hidupnya, apa yang akan terjadi di Republik ini 5 tahun ke depan dan tahun tahun berikutnya ? Kita tidak menutup mata memang ada celebritis yang kompeten dengan bidangnya, namun bagaimanakah potret umum celebritis kita ? Disisi lain walaupun penggunaan Out Sources biasa digunakan oleh partai-partai terutamanya sebagai vote getter, namun kondisi saat ini dengan segala kompleksitasnya perlu difikirkan matang-matang ketika kita ingin menjadi Caleg Non Kader dari partai tertentu. Nota kesepahaman harus clear agar tidak menjadi masalah dikemudian hari. Dengan kata lain, kita harus memiliki bargaining position terhadap partai-partai. Hari ini, Rabu, 6 Maret 2013, kembali teman teman baik guru maupun non guru, serta murid murid mendorong saya mendaftar Caleg non kader. Mereka sampai sampai menunjukan partai partai mana yang membuka pendaftaran gratis. Sayangnya saya tengarai pimpinan partai itu ada yg koruptor, pelanggar HAM Berat, pendukung rezim represif dll. Rasanya kurang sreg. Pengalaman sebagai Caleg DPR RI pemilu 99, dorongan temen 2 dan murid memang disertai action riil berupa kesediaan mencari dukungan, menyediakan logistik kampanye, sampi nasi bungkus dan rokok saat kampanye. Mereka maklum saya sebagai seorang guru sangat terbatas kemampuan saya untuk menyediakan semua itu. Alhamdulillah merka mendukung secara totalitas, makanya saat kampanye yel yel mereka bukan menyebut nama partai yg mengusung saya, tetapi menyebut nama saya. Kepada temen temen saya katakan, saya insya Allah bersedia mendaftar menjadi Caleg Non Kader Partai, jika gratis dan saya sreg partainya. Kriteria Partainya itu adalah partai yang memang ingin Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Pimpinannya tidak terlibat dalam salah satu kasus yang mermbuat bangsa ini terpuruk seperti Korupsi, Pelanggaran HAM Berat, Pendukung Liberalisme Ekonomi maupun Budaya maupun pendukung berat rezim otoriter Orde Baru maupun kader-kadernya. Disamping itu mekanisme penentuan calon jadi dan berbagai aspek akta kesepahaman betul betul clear. Kepada teman-teman juga saya melaporkan baru ada 2 pihak yang menghubungi saya setelah tulisan edisi lalu. Memang salah satu alasan saya hijrah ke Jakarta adalah untuk menjadi "pemain nasional" sehingga ketika mendapat panggilan untuk menjadi pelatih PPK (Peogram Pembangunan Kecamatan) Ditjen Bangdes pada akhir tahun 1999, dan dinyatakan lulus setelah menjalani serangkaian materi seleksi yang tekait dengan pembanunan masyarakat (Community Development) saya putuskan meninggalkan kota kelahiran Brebes. Meski demikian, saya tetap selektif dalam melibatkan diri di kancah pergulatan ibu kota. Idealisme Ulul Albab (HMI MPO) yang tetap menggelora, tidak memungkinkan saya begitu saja bergabung dengan partai tertentu, termasuk partai yang mengusung saya di pemilu 1999 setelah saya mengamati sikap pragmatisme para pemimpinnya. Menjadi guru, trainer dan motivator adalah pilihan idealisme yang dirintis sejak mahasiswa dan melihat kualitas dan idealisme generasi muda umat di awal abad kebangkitan Islam begitu memptihatinkan. Untuk kalangan mahasiswa sudah barang tentu banyak yang menggarap dan dengan kesadaran mahasiswa sebagai pribadi dewasa maka telah sadar bagaimana mengembangkan kualitas dirinya walaupun sejak 1978 (NKK) sedah berang tentu berkurang bobotnya. Maka pilihan menjadi guru SMA adalah kesadaran penuh untuk mencerdaskan generasi penerus dalam segala aspeknya. Untuk dapat "menggarap" dengan intens, maka strategi dan taktik dan teknik mendidik selalu diinovasi. Proses demikian menjadikan kedekatan murid-murid, sehingga nilai-nilai idealisme dapat meresap, sehingga dapat mengubah arang menjadi intan. Sebagai anak bangsa yang lahir dan berkembang di tengah-tengah kaum duafa, saya sangat memahami detak jantung kehidupannya. kehidupan saudara-saudara kami semakin tergilas, dengan kebijakan ekonomi yang tidak sesuai dengan yang dicita-citakan oleh para faunding fathers. Kapitalisme dan neokapitalisme, lebertalisme dan neoliberalisme, sungguh semakin menghimpit kehidupan saudara-saudara kita. Oleh karenanya, saya akan bergabung dengan partai yang lebih berorientasi pada pembangunan ekonomi yang lebih menekankan keberkahan, kesejahteraan bersama, dan berparadigma kemakmuran dan keadilan sosial untuk seluruh komponen bangsa, bukan pada aset-aset kapitalis dengan paradigma pengutamaan profit. Konsep konsep pengedepankan profit muaranya pasti pada penekanan buaya produksi dan karena tenaga kerja dalam konsep ini adalah faktor produksi, maka jalan pintas yang mudah adalah bagaimana menentukan untung sebesar-besarnya dengan menekan upah saudara saudara kita serendah-rendahnya (minimalis). Makanya sangat beralasan ketika ada keputusan peningkatan upah minimal, maka dengan segala alasan para pengusaha ini menunda dan kalau bisa tidak meningkatkan hingga para pekerja harus berjuang keras dengan demo dan sejenisnya yang sebenarnya mengeluarkan banyak sumber daya. Sebenarnya jika para pengusaha mau berbagi dan tidak menekankan untung, struktur budgeting dan dibuat lebih ramah terhadap tenaga kerja, Sayangnya karena idealisme kapitalisme dan neoliberalisme ekonomi yang kental, mereka menjadi fanatik dengan tingkat keuntungannya. Tokoh-tokoh pemimpin partai yang demikian yang pada umumnya "kader jalur C" (Conlemerat/kapitalis) pada razim orde baru, kini berdiaspora ke berbagai partai dan justru digadang-gadang menjadi capres atau cawapres. Ironisnya konsep neoliberalisme juga diadopsi oleh dunia pendidikan, sehingga pendidikan bukan menjadi penyemaian generasi muda untuk hidup to learn together, to do together dan to life together, tetapi menjadi proses pengkotak-kotakan strata masyarakat muda kita. Kelas tidak lagi mencerminkan potret masyaarakat kita yang saling asah, asih, asuh tetapi telah menjadi kotak-kotak sosial yang dapat mengancam desintegrasi sosial di masa datang. Kelas justru menjadi ajang fashion show, pamer kekayaan, dan gaya hidup konsumerisme. hanya untuk menyesuaikan interaksi di kelas atau mengikuti gaya hidup konsumerisme, seorang siswa rela menerima kencan dengan petualang petualang asmara dari kelas berduit, bahkan sampai rela menjadi obyek birahi pria-pria hidung belang. Lebih memprihatinkan lagi terjadinya liberalisme budaya. Ketiadaan filter menerima budaya asing dengan alasan globalisasi sungguh memprihatinkan saya. Berbagai televisi setiap saat menghujamkan penjajahan kebudayaan hingga ke ruang tidur dimana generasi muda bisa melakukan apa saja di ruangnya masing masing. Melalui aset-aset yang dimiliki para pemuja liberalisme, pembunuhan terhadap nilai-nilai budaya timur terus berlangsung. Eksistensi bangsa Indonesia yang memiliki budaya adi luhung, yang terkait dengan nilai-nilai spiritualisme, nilai yang berlandas pada hikmah ketuhanan yang Maha Esa kian hari kian dirongrong oleh kekuatan budaya liberal yang semakin kuat daya dukungnya. Pemameran aurat, nilai-nilai perselingkuhan, budaya tanpa hijab, hedonisme, penginkaran nilai- nilai Ketuhanan yang dalam fram tauhid, terus menghujam dalam kehidupan. Kondisi ini menuntut weakil-wakil rakyat yang dapat menjadi buffer sehingga nilai budaya bangsa tetep subur dalam kehidupan masyarakat Panca sila. Para wakil Rakyat yang memiliki Integritas moral, integritas budaya yang berani amar ma'ruf nahi munkar sangat diperlukan agar Indonesia dan jati dirinya tidak lenyap. Para Caleg Non kader Partai, tentu hanya dapat bergabung dengan partai-partai yang komitmen iodeologi, komitmen budaya dan komitmen membangun bangsa yang sesuai. Oleh karenanya pemahaman AD/ART dan track record partai-partai benar-benar dipahami. Satu hal penting yang harus clear sejak awal adalah nota kesepahaman antara Caleg Non Kader dengan partai pengusung itu sendiri. Karena jedudukan Caleg Non Kader pada hakekatnya adalah "out sources", maka MOU secara detail dan mutualisme harus clear sejak awal sehingga tidak tidak timbul permasalahan kedepannya. Termasuk dalam hal hak dan kewajiban yang memang seharusnya berbeda dengan caleg kadernya. Dengan pola hubungan tenaga kerja dan agennya, head hunter, maka apa yang harus diberikan caleg non kader jika jadi ke partai adalah bersifat komisioner, persentase pendapat secara wajar. Sedangkan kinerja dan aspirasi yg dibawa adalah untuk kepuasan user (Rakyat)m terutama Aspirasi rakyat dapil nya. Suara yang disampaikan bukan perpanjangan suara partai akan tetapi lebih fokus sebagai penyambung lidah rakyat. Jika hal ini terjadi, maka kehadiran Caleg Non Kader akan memperkokoh eksistensi DPR RI sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, bukan Dewan Perwakilan Parta. Sayangnya, dari apa yang nampak saat ini, recruitment Caleg Non Kadera hanya kamuflase dari cara recruitment kader baru, bahkan sekedar basa basi untuk menggelembungkan perolehan suara, alias sekedar rekruitmen vote getter. Inilah yang membuat saya kurang sreg untuk mendaftar. Sebagai profesional, saya siap berbagi pendapatan dalam bentuk komisi yang wajar kepada partai sebagai agen saya, namun dengan catatan, beri saya kebebasan penuh untuk menyampaikan aspirasi amanat penderitaan rakyat, beri saya kebebasan penuh untuk bekerja bagi kesejahteraan dan peningkatan kualitas kehidupan rakyat, tanpa dibelenggu oleh kepentingan-kepentingan partai. Oleh karenanya dalam fraksi nanti, Para Anggota Legislatif yang bukan kader Partai, berkumpul dalam satu fraksi, Fraksi Penyambung Lidah Rakyat ! ini baru menarik. Ada yang partai yang bersedia dengan pola hungungan seperti ini ? silakan hubungi saya. Demikian beberapa catatan tentang Caleg Non Kader Partai, semoga bermanfaat bagi penulis pribadi maupun kita semua. Amin Yaa Robbal 'alamin.

Tidak ada komentar: