MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 01 Maret 2013

ANAS URBANINGRUM'S SONG , AS A BOOK OR JUST A BROCHURE ?

Beberapa saat setelah tahu Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum saya berharap Anas dapat menjadio Justice collaborator bagi terungkapnya berbagai "Mega Korupsi" yang dia ketahui, paling tidak yang terkait dengan apa yang sedang dialaminya. Saya melunis status di FB : Be a Justice Collaborator for the Highest Corruption Actors as far as you know Mr. Anas ! Beberapa hari sebelumnya saya menulis : Ada 2 pembuktian yang sedang dinanti-nanti, pertama pembuktian keterlibatan Anas dalam kasus Hambalang. Yang ke dua pembuktian Janji Anas jika benar-benar dia terbukti terlibat secara syah dan meyakinkan. Beberapa hari lalu terjadi demo di Bogor yang dilakukan oleh HMI yang saya yakin membawakan aspirasi kubu Anas Untuk meng "kick back" kubu atau katakanlah faksi lain di PD sekaligus ingin menyatakan "kami juga punya kekuatan" Terkait dengan hal ini saya menulis status : HMI Bogor menuntut Ibas dan Anik Yudoyono diseret ke KPK. Apakah keterlibatan Keluarga Yudoyono sdh bocor ke kader Kader Anas ? Ataukah sebagaimana pernyataan Anas, bahwa Anas halaman Pertama, Keluarga SBY halaman ke 2, Budiono hal 3, Sri Mulyani hal 4 dst ? Sampai berapa halamankan buku "Anas Berkicau" ? Kita tunggu keberanian seorang Anas. Seperti ingin membenarkan tuntutan para demonstran, tidak lama setelah itu beredar data aliran dana proyek hambalang ke Ibas (Edi Baskoro). Mengenai hal ini, jpnn.com menulis : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus menyelidiki keterangan Anas Urbaningrum yang menyatakan ada aliran uang dari mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin ke Sekjen Partai Demokrat, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas. "KPK harus secepatnya menelusuri kebenaran tudingan Anas tersebut dengan secepatnya memeriksa Anas untuk memperoleh keterangan resminya sebagai saksi yang mengetahui dan menyaksikan adanya pemberian uang tersebut," kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat melalui pesan singkat, Jumat (1/3). Ibas membantahnya dengan mengatakan : "Saya katakan tudingan tersebut tidak benar dan tidak berdasar. 1000 persen saya yakin kalau saya tidak menerima dana dari kasus yang disebut-sebut selama ini," kata Ibas. Menurut putra bungsu Susilo Bambang Yudhoyono itu, informasi yang menyebut dia menerima dana dalam proyek bernilai Rp 2,5 triliun itu seperti lagu lama yang kembali dimainkan. "Ini seperti lagu lama yang diulang-ulang sehingga Saya terpaksa harus mengulangi dan menegaskan kembali bahwa saya tidak mengetahui apapun terkait tudingan tersebut," ucap Ibas Terkait dengan data aliran dana tersebut, Tempo.co menulis : Kini, dokumen yang diklaim menunjukkan aliran dana Hambalang ini beredar di kalangan wartawan. Data ini disebut-sebut sebagai catatan perusahaan grup Permai yang dibuat Yulianis, staf keuangan Nazar. Dalam catatan itu, Ibas tercatat menerima uang senilai US$ 900 ribu untuk kedua transaksi. Transaksi itu terjadi pada 29 April 2010 dan 30 April 2010. Pada transaksi 29 April 2010, Ibas menerima dana senilai US$ 600 ribu. Dana diserahkan oleh staf Nazar bernama Amin R. Lantas, 30 April 2010, Ibas kembali mendapat dana senilai US$ 300 ribu, yang diserahkan oleh staf bernama Bahri. Selain kasus hambalang, "Nyanyian Anas" juga telah menggerakan Timwas kasus Bank Century. Metrotvnews.com menulis :Tim Pengawas (Timwas) Century telah sepakat membentuk tim kecil untuk menelusuri informasi terkait kasus bailout Bank Century dari mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Pasalnya, Anas ditenggarai mengetahui informasi dugaan kasus korupsi yang merugikan negara hingga triliunan rupiah itu. Namun hal ini ditentang oleh Ketua DPR Marzuki Alie. Menurut Marzuki, hal itu tidak perlu dilakukan oleh Timwas Century. "Timwas itu tugasnya mengawal proses penegakan hukum. Bukannya malah mengorek cari informasi. Buat apa?," ujar Marzuki di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (1/3). Menyimak berbagai informasi dan berita berbagai mass media dan direferen kan dengan ungkapan anas tentang halamn pertama, maka kemungkinan halaman buku "Anas Urbaningrum Bernyanyi" yang selanjutnya adalah : halaman dua keluarga Yudhoyono, halaman wapres Budiyono, Halam Sri Mulyani. Dan jika dilanjutkan dengan halaman-halaman berikutnya yang anas tahu tentu akan menjadi sangat menarik, meski belum memenuhi semua harapan saya untuk menyeret semua koruptor. Meski "anas telah mengawali i8ntro nyanyiannya, namun ada pihak-pihak yang menyangsikan keberanian Anas. Anggota Tim Pengawas DPR terkait Pengusutan Kasus Bank Century dari Fraksi Partai Demokrat, Achsanul Qosasi, meragukan pernyataan bahwa mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum akan membongkar kasus Bank Century. Pernyataan ini terlontar dari Yuddy Chrisnandi, mantan politikus Partai Golkar, yang kini di Partai Hanura. Namun, kalau pun benar Anas akan ungkap kasus Bank Century, diyakini Achsanul, informasi tersebut biasa saja. "Tidak akan ada info yang dahsyat (dari Anas)," ujar Achsanul ketika dihubungi di Jakarta, Senin (25/2). Menurut Achsanul, informasi yang dimiliki Anas soal kasus Bank Century tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki anggota Fraksi Partai Demokrat lainnya. Anas adalah mantan anggota Panitia Khusus Hak Angket Bank Century saat menjadi ketua Fraksi Partai Demokrat DPR. Itu mengapa, menurut Achsanul, ia meragukan Anas memiliki banyak informasi soal kasus Bank Century. "(Jadi) Kalau Mas Anas merasa tahu tentang kasus Bank Century aneh," katanya. Meski demikian, Achsanul mengakui, Anas selalu mengikuti rapat internal terkait kasus Bank Century. Berani atau tidak saya berharap Anas terus bernyanyi tidak terhenti sampai masalah Century sehingga halaman-halaman yang Anas susun benar-benar menjadi buku yang tebal dan akurat, tidak sekedar sebagai lembaran brosur. Halaman halaman berikutnya bisa saja berupa halaman Besan Yudhoyono, Hatta Rajasa yang sudah sering dituntut diusut terkait dengan masaha transportasi. Juga halaman-halaman terkait dengan para pembesar Sekgab. Apakah terrjadi deal kapling-kapling "proyek" sebab fenomerna yang mencuat, partai-partai tersandung berkaitan dengan "proyek-Proyek" dari kementrian yang dipimpinnya. Jika ada pengaturan untuk sama-sama panen dari lahan yang berbeda, maka hal ini sangat menarik untuk diusut. JIka halam berikutnya terhenti sampai halam Keluarg Yudhoyono, maka akan terkesan bahwa Anas Urbaningrum hanya sekedar sekit hati dan balas denam kepada SBY yang telah "menyingkirkannya" dari kursi ketua Umum PD atau sekedar Brgaining politik dari seorang politisi bernama Anas Urbaningrum. Jika halam halamannya berupa buku yang akurat dan obyektif, maka Nyanyian Anas Urbaningrum adalah Hymne, yang akan dinyanyikan penuh apresiasi. Bahkan mungkin juga tidak sekedar kasus korupsi berbagai kasus lain yang Anas tahu dapat saja diinformasikan sehingga Buku Anas berupa buka yang mengupayakan pembersihan lahir batihin. Terlepas dari kasus hukum Anas, kasus politis Anas di PD perlu menjadi pembelajaran bg kita semua. Jika kita flash back beberapa waktu lalu, Marzuki Alie pernah berkicau tentang kekuatan kubu HMI (bc faksi Anas) di PD. Tentu saja ini membuat kekhawatiran faksi lain yg tidak memilik akar yg kokoh. Makanya ada intern PD yg tega "nggebugin Anas" perhatikan saja siapa mereka dan backroundnya apa. Tuntutan mantan Presiden BJ Habibie agar HMI introspeksi, memang terasa relevan, namun sesungguhnya Habibie ketinggalan informasi, sebab, Evalusi dan koreksi total atas outcome yang mudah terkooptasi pragmatisme dilakukan dengan mengubah Nilai dasar Perjuangan Insan Cita menjadi Khittoh Ulul Albab pada pertengahan tahun 80 an. Saya yakin komitmen Ke Islaman dan Keindonesiaan HMI MPO termasuk alumninya sangat berbeda dengan AU, AT, AG dll. Sayangnya, ORBA dengan screeningnya telah menyingkirkan kader kader bangsa potensial itu, inilah kerugian yang dilakukan ORBA sehingga Kita kekurangan pemimpin yang Ulul Albab. Disisi lain selama HMI tidak punya "Rumah kaum Penyelamat" dan sekedar menjadi "Power Supply" bagi kepemimpinan lembaga lain, maka "outcome" HMI MPO harus mau "dibubut", "digerenda", "diamplas", "diketok" dan "dicat" sesuai Lembaga User nya. Disitulah menjadi problem. HMI MPO harus menjadi "industri terpadu" dari hulu sampai hilir (Partai Politik) sendiri agar terjaga originalitasnya. Ini sebuah pembelajaran. Jangan sok dapat mewarnai rumah orang lain, mengecat rumah sendiri saja kerepotan. Di Rumah Orang lain (wadah, lembaga, organisasi campuran, paling banter jadi minimalis. Kita minimal bisa menuruh si anuk begini, dll). Koreksi outcome HMI pra MPO menunjukan hal itu spt AG, AT, dan sekarang (TL, HA, AU) terlihat begitu. Penutup : Pada era orde lama kita mengenal politik adalah panglima, politik adalah jendral. Orde Baru berubah jargonnya menjadi Poliknya para Jendral. Reformasi adalah era diaspora dan para jendral berganti kostum, 2014 kembali menjadi politiknya para Mantan Jendral. Ya dan tidak, sangat ditentukan oleh pilihan kita. Yang jelas. Stlh dibuat buta politik dan anti politik saat orde baru sudah seharusnya kita membangun kecerdasan politik yg benar, membangun kehidupan bernegara dengan benar. Hal itu adalah tanggung jawab kita bersama. Intermezo : Sedang banyak dihujat rakyat Partai-Partai tetap saja GR, pasang tarif segala bagi calon Calegnya. Padahal rakyat muak dengan permainan uang mereka yang menuntut cepat balik dengan Korupsi. Kalau saya disuruh memilih, Saya memilih seleksi yang ketat untuk menjadi Caleg dari pada memilih partai yang pakai uang. Saya memilih kontrak politik dengan rakyat untuk menjalankan amanatnya dari pada berkomitment/Integritas kepada partai. Saya memilih menjadi mesin uang bagi kepentingan rakyat dari pada mesin uang untuk kekuatan partai. Jika ada partai yang kriterianya lebih menekankan kualitas dan kerakyatan silakan hubungi saya.

Tidak ada komentar: