MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 24 Maret 2013

PBB, PARTAI BULAN BINTANG SEBAGAI RUMAH PARA PENYELAMAT

Note : Berbagai kalangan telah sadar akan hak-hak dasarnya, termasuk hak politiknya. Sebagai contoh germo/pelacur yang mendaftar sebagai caleg. Mereka berjuang untuk bisa terlibat dalam mewarnai "Role of the game" di negeri ini, jika kita tidak memiliki kekuatan untuk menghadapinya dan siap melakukan pertarungan parlementer, jangan heran kalau ke depan "role of the game" di negara ini kian kelam. Itulah yang mendorong saya turun ke dunia politik lagi. Foto di atas adalah salah satu adegan dalam salah satu Episode sinetron berseri "Emak Gue Jagoan 2" yang dimainkan bersama Nicky Astrea, Bary prima, Ponco Bawono dll. Pada episode "Sembako oh Sembako" penulis berperan sebagai Pak Amir, tokoh sentral pada episode itu. Pak Amir adalah petani idealis yang harus selalu berhadapan dengan mengalami siksaan oleh Kartel Mat Pelor. Sebagai penyelamat adalah dua jagoan : Nicky Astrea dan Barry Prima. Berbicara masalah penyelamat, dalam frame sejarah pemuda identitas Penyelamat demokrasi Indonesia sangat layak diberikan kepada HMI MPO, organisasi yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa pemberani, berani menghadapi moncong senjata dan injakan sepatu laras algojo-algojo rezim orde baru. HMI Ulul Albab ini tidak pula bergeming oleh bujukan dan iming-iming seniornya yang sudah merasakan nikmatnya menyedot "air susu kekuasaan Orde baru. Bagaimana suasana menekan melingkupi kondisi mereka yang harus menghadapi 2 tanggung jawab sekaligus, memikul beban pendidikan yang telah terkooptasi oleh kekuasaan dalam bentuk NKK (Normalisasi kehidupan Kampus), yang menggiring mahasiswa untuk berpesta di menara gading, dan beban moral anak anak bangsa dalam menghadapi sewenang-wenangan, tirani dari rezim otoriter ordebaru. Menjelang batas akhir Deadline penerapan Azaz tunggal, dinamika aktivis yang siap menentang kebijakan represif rezim orde baru terutama dikalangan HMI dan PII yang sebenarnya pernah menjadi Organisasi "Kakak Adik" hasil Konggres Umat Islam di Yogya, semakin ditautkan. Perasaan senasib ini diwujudkan dalam "curhat bersama" di Tegalan di rumah Fauzi Kadir, mantan Ketua Umum HMI Cabang Yogya. hadiri Mas M. Choiron dkk dari HMI termasuk penulis dan Akhi Hery Ananta dkk dari PII. Tertarik dengan kondisi yang berkembang sebagai koordinator bidang kajian dan analisa Labda (Laboratorium Dakwah Yayasan Shalahuddin Yogyakarta) kami berinisiatif menyelenggarakan bedah buku : Islam, Panca Sila dan Azaz Tunggal, pembicaranya pelaku sejarah Deliar Noor (penulisnya) beserta mendatangkan para politisi teladan (bpk AR Baswedan), Pak Darban, dan berbagai tokoh organisai mahasiswa Yogyakarta (HMI, PII, Jama'ah Shalahuddin, Jama'ah Masjid Mujahidin, dll). Apa yang disampaikan Prof Deliar, Pak AR Baswedan. dan tokoh lain memompa semangat yang hadir, hingga dalam sejarahnya, HMI Yogya harus berhadapan dengan aparat keamanan yang secara paksa menyegel sekretariat Dagen dan Hijrah ke Karang Kajen. HMI Yogya terbelah menjadi HMI barat dan Timur, perebutan "stempel" terjadi di gedung Wanita Yogya, tepat HMI Komisariat FKH UGM melakukan munyawarah di komplek Soedirman, musyawarahpun dihentikan, dan satu komesariat menyerbu gedung Wanita. HMI Timur, memang sangat berambisi mendukung penerapan Azaz Tunggal, karena backing Chumaidi Syarif Romas yang merupakan colega Akbar Tanjung, Entah apa kepentingan Chumaidi, yang jelas munculnya HMI Yogya Timur tidak lepas dari dukungan Chumaidi. Pada akhirnya, Terbentuklah Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO)sudah semestinya, sejarah pergerakan pemuda Indonesia layak mencatat HMI MPO sebagai organisasi mahasiswa, yang berani menentang kesewenang wenangan Rezim Orde baru atas dilai-nilai kebinekaan dan demokrasi. Meski terkesan hanya terkait interen HMI, tetapi sesungguhnya, penolakan HMI MPO atas tirani rezim orde baru memiliki makna secara nasional dalam gerakan kbinekaan dan demokratisasi. Perjuangan dan berdirinya HMI MPO pada hakikatnya sebagai penyelamat nilai-nilai Demokrasi yang saat itu diinjak-injak rezim Orde Baru. Secara khusus, HMI Komfak UGM Yaogyakarta dimana penulis termasuk di dalamnya, benar-benar merasakan betapa demokrasi itu diinjak-injak orde baru. Pasca Tragedi tanjung priuk misalnya, Komfak FKH rapat di sekretariat komisariat di bilangan Samirono. Kami sepakat untuk menyebarkan selebaran putih dari petisi 50 yang isinya mepertanyaakan bagaimana sebenarnya yang terjadi. Biasanya penerbitan selebaran, maupun buletin Harmonis ada di bawah tanggung jawab penulis secagai Kabid Komunikasi dan publikasi menggunakan stensilan yang biasa dikerjakan di masjid Syuhada karena disana ada Faqih Zuhdi. Untuk keamanan maka selebaran itu disimpan di sekretariat itu, dan belum sempat digandakan, pagi-pagi buta ketua komesyaraia, Bang Udin (Syaifudin) bersama Wakil ketuanya Rusdiyanto (lihat foto di atas), diciduk dan di dakwah sebagai pemuat makar. Bang Udin dan Cak Rusdi pada akhirnya mendapat hadiah hidup gratis di hotel prodeo. Keberanian saudara-saudara kita di HMI MPO Yaogya tidak terhenti dengan hadiah hotel Prodeo bagi Bang Udin (Allah Yarham) dan Cak Rusd, meski dengan gerilya kaderisasi terus berlangsung meski sering diincar oleh aparat. Dalam kondisi seperti itu, kita menjadi tahu, bahwa ternyata ada saja warga yang iokhlas menolong dan menyembunyikan kader-kader MPO sebisa mereka. Padahal apa yang dikaderkan oleh HMI MPO tidak lain adalah khittoh perjuangan yang sesungguhnya adalah penanaman nilai-nilai ulul albab. Namun begitulah realitasnya, orde baru dan aparatnya harus dihadapi dengan keberanian sebagai Penyelamat nilai-nilai demokrasi dan kebinekaan. Ketakutan rezim te4rhadap HMI MPO sesungguhnya amat tidak beralasan. Penolakan azaz tunggal, buka karena menolak Panca Sila, tetapi menolak kesewenang-wenangan orde baru yang menginjak nilai-nilai yang telah tertanam dalam masyarakat ribuan tahun. Dan sangat terlalu jauh jika HMI MPO membuat makar, sebab bagi HMI MPO, Ulul Albab, Keindonesiaan dan Keislaman adalah kesatuan yang integrate. Di tengah tingkat kepercayaan umat terhadap kredibilitas partai dan politisi muslim pada titik nadzir, akhibat ulah oknum politisi Islam yang terjebak pragmatisme kekuasaan, sesungguhnya jika kita telisik lebih jauh ada ancaman serius akan kerberlangsungan NKRI yang di dirikan oleh mujahid mujahis muslim. Amputasi kekuatan politik dan politisi Islam sesungguhnya berlangsung sangat sistematik. Pola mengajak duduk bersama, saling bergandengan, ngobrol saling bekerjasama, pesta bersama lalu mencekoki khamr kekuasan kepada oknum-oknum politisi muslim haus kekuasaan, merupakan tahapan tahapan yang smooth dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Saat pintu kebebasan dibuka, oknum-oknum itu bekan berkristalisasi membentuak satu kekuatan pendukung nilai-nilai syariah, sebaliknya demi kekuasaan oknum-oknum ini lebih memilih bergandengan tangan dengan mereka-mereka yang memilik kepentingan lain. Azaz keterbukaan adalah lubang kubur bagi politisi-politisi pragmatis untuk menyuarakan idealismenya. Dan akhibat pesta bersama (bancakan korupsi bersama) para politisi ini menjadi "pelo" dalam menyuarakan amar ma'ruf nahi munkar. Muranya, kehidupan permisif mendapatkan promosi gratis apalagi para tokoh ini juga tidak steril untuk tidak melakukannya. Inilah sesungguhnya terminal antara untuk memutuskan NKRI dari dasar falsafahnya. Dan hedonisme kebebasan yang dikamuflase dengan HAM dapat dilegalkan ketika penghuni Senayan adalah para penganut liberalisme, daan sepi dari para penyeru amar ma'ruf nahi munkar akhibat keberhasilan marginalisasi politisi dan pemimpin Islam. Pengamputasian kekuatan politisi dan kepemimpinan Islam yang tersistematis sesungguhnya terkait dengan "Gwaswul Fikr" global. Berbagai produk hukum yang bertyentangan dengan nilai-nilai ketuhanan yang maha Esa bisa saja menjadi legal atas tekanan tekanan berbagai negara kuat, terutama yang telah meloloskan hukum sejenis. Oleh karena itu, perlu Para Pemberani yang bersedia menyelamatkan Indonesia dari proses yang demikian. Oleh karenanya diperlukan partai yang membuka diri dan meprioritaskan saudara-saudara kita yang kapabel. Saya yakin karakter penyelamat yang terpateri pada mereka yang selalu menjaganya, insya Allah dapat membantu menyelamtakan Indonesia dari ketenggelaman pada arus anomali itu. ! Partai Bulan Bintang sangat potensial menjadi Rumah Para Penyelamat !, jika iya, berarti para penyelamat itu tidak salah memilih jalan pulang, sebab seperti kata sebuah lagu : Aku tersesat dan tak tahu jalan pulang, padahal Aku tanpa-Mu , butiran debuuuuuu. Paling tidak, kita menghidupkan lagi amanah hasil konggres umat Islam di Yogyakarta pada awal kemerdekaan, ada satu partai sebagai penyambung lidah kaun santri, Masyumi ! Berlambang Bulan Bintang ! Indonesia makmur subur tetapi terbelit hutang, itulah realitasnya. Kekayaan alam anugerah ilahi yang luar biasa itu, telah disalahgunakan oleh oknum-oknum selama berpuluh-pu;uh tahun sejak awal orde baru hingga kini. Beberapa waktu lalu di blog ini ditulis kolom berjudul Ghorimin itu bernama Indonesia. Begawan ekonomi orde baru Soemitro Joyohadikusumo (ayahanda Prabowo Subianto) besan Soeharto disekitar era reformasi pernah menyatakan bahwa kebocoran anggaran sekitar 30 %. Penulis saat itu menghitung, jika total anggaran dari tahun 1967 hingga 1999 selama 32 tahun sekitar 6000 triliun, maka kebocoran nya sekitar 1800 triliun, maka sesungguhnya hutang menumpuk itu tidak perlu terjadi. Tetapi itulah enaknya menjadi "sales lembaga keungan dunia", komisinya bisa ditumpuk untuk pundi-pundi anak cucu, dan tidak adil jika pada akhirnya seluruh anak bangsa harus memikul hutang ini. Tapi itulah yang terjadi. Oleh karenanya, generasi muda, pelajar dan mahasiswa harus benar-benar memberikan kecerdasan politik bagi seluruh anak bangsa, agar di Pemilu 2014 dapat memilih dengan cerdasm memilih dengan mempertimbangkan sejarah yang telah terjadi. Agar kita tidak memilih untuk mengembalikan kekuasaan generasi penerus rezim yang telah membua bangsa itu benar-benar terpuruk dangan lilitan hutang. Sebab penerus rezim ini telah berdiaspora dan berlindung diberbagai partai seperti yang ditulis pada edisi sebelum ini. Jangan mudah terpesona dengan atribut-atribut artificial mereka.

Tidak ada komentar: