MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 13 Juli 2014

STRATEGY PEMBELAJARAN MINIMAL YANG PERLU DILAKUKAN

Biologi jelas merupakan salahsatu cabang sain yang sudah barang tentu dirumuskan melalui saintifik method , methodeilmiah dengan langkah-langkah tertenentu. Namun dalam realitanya, pembelajaran biologi tidak jarang diperlakukansebagai “ilmu hafalan”. Realitas initidak hanya semakin mereduksi keilmiahan biologi itu sendiri,namun juga dapatmenyebabkan tragedy intelektual dimana biology menjadi tidak mengembangkan dayakreasi cipta sekaligius juga menjadikan biologi sebagamateri ajar yangmembosankan dan memberatkan karena sangat membebeni memori siswa. Padahal biologi bagi negeri megabiodiversitas danagraris seperti Indonesia memegang peranan penting dalam upaya memposisikanIndonesia sebagai Negara terdepan dalam penyediaan pangan, bioenergy danpengelolaan lingkungan.
Sebagai upaya mengimplementasikanKurikulum 2013 dengan penekanan pendekatan saintifik yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,menalar dan mengkomunikasikan maka Empat(4) strategi pembelajaran biologi yang dianggap strategy kunci dan syarat minimal yang mutlak harus dilakukan sesuai dengan tuntutanKurikukum 2013 adalah : (1) PembelajaranInkuiri (2) Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching Learning); (3) Pembelajaran Partisipatif (ParticipativeTeaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning).
Uraian berikut memaparkan secarasingkat dari beberapa strategipembelajaran yang disarankan tersebut. I. Pembelajaran Inkuiri ... Pembelajaran inkuiri merupakankegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswauntuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secarasistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiripenemuannya dengan penuh percaya diri.
Menurut Joyce dalam Gulo, (2005) mengemukakan beberapakondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa,yaitu: (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisifyang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diujikebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam prosespembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimanalazimnya dalam pengujian hipotesis, Proses inkuiri dilakukan melaluitahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah; kemampuanyang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnyamasalah dan (c) merumuskan masalah. 2. Mengembangkan hipotesis;kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a) mengujidan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskanhubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis. 3. Menguji jawaban tentatif;kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, terdiri dari :mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasidata; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data, menginterpretasikandata dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihathubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend,sekuensi, dan keteraturan. 4. Menarik kesimpulan; kemampuanyang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b) merumuskankesimpulan 5. Menerapkan kesimpulan dangeneralisasi Guru dalam mengembangkan sikapinkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yangkritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalamankelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
II. Pembelajaran Kontekstual (Contextual TeachingLearning) Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konseppembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengandunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan danmenerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual,tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, denganmenyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanyamenyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungandan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Dengan mengutip pemikiranZahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikandalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
1. Pembelajaran harusmemperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik 2. Pembelajaran dimulai darikeseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum kekhusus) 3. Pembelajaran harus ditekankanpada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukansharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c)merevisi dan mengembangkan konsep. 4. Pembelajaran ditekankan padaupaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari. 5. Adanya refleksi terhadapstrategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
III. Pembelajaran Partisipatif (ParticipativeTeaching and Learning) Pembelajaran Partisipatif(Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran denganmelibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003)menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatanemosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untukmemberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajarterdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Pengembangan pembelajaranpartisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: 1. Menciptakan suasana yangmendorong peserta didik siap belajar. 2. Membantu peserta didikmenyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan 3. Membantu peserta didik untukmendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya. 4. Membantu peserta didikmenyusun tujuan belajar. 5. Membantu peserta didikmerancang pola-pola pengalaman belajar. 6. Membantu peserta didikmelakukan kegiatan belajar. 7. Membantu peserta didikmelakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
IV. Belajar Tuntas (Mastery Learning).... Asumsi belajar tuntas adalah bahwa di dalam kondisi yang tepat semuapeserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimalterhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperolehhasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengansistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yangdilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yanggagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harusdiorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahanperlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahanyang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari parapeserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasiyang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatanbelajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuanutama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan danpenguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukandimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalammencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,danmenguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).
Strategi belajar tuntas dapat dibedakandari pengajaran non belajar tuntas dalam hal berikut : (1) pelaksanaan tessecara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagaialat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test); (2) peserta didikbaru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasaibahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan; dan (3)pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapaitaraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif). Strategi belajar tuntasdikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1) mengidentifikasipra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar; dan (3c)implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untukmenyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1) correctivetechnique yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberikanpengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedurdan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan waktukepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas).
Di samping implementasi dalampembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak diimplementasikan dalam pembelajaranindividual. Sistem belajar tuntas mencapai hasil yang optimal ketika ditunjangoleh sejumlah media, baik hardware maupun software, termasuk penggunaankomputer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar.
Tentu saja semakin variatifstrategy pembelajaran maka implementasi kurikulum 2013 akan semakin menciptakanproses belajar mengajar yang sangat menyenangkan dan mengena. Oleh karena itu,inovasi-inovasi strategy pembelajaran sangat perlu dilakukan oleh setiap guru.
Darwono, Guru Honorer satu SMA di Jakarta

Tidak ada komentar: