MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Jumat, 18 Juli 2014

I'TIKAF RAMADHAN XXXII PONDOK PESANTREN BUDI MULIA YOGYAKARTA

( SEBUAH CATATAN SEORANG SANTRI ) Subhanallah, mendapat amanat mewakili tema-teman Alumni Pondok Paesantren Budi Mulia untuk mengisi I’tikaf Ramadhan 1435 H. Bagi kami “pulang Pondok” itu berarti “merechaz” energy perjuangan untuk lebih bermanfaat bagi masyarakat sesuai Missi Pondok Pesantren Budi Mulia. Pulang Pondok terakhir kami lakukan 6 bulan sebelum Romo Kyai Soeprapto Ibnu Juraimi Allah Yarham dipanggil Allah SWT.
Saat itu, kami semua dipanggil Pulang Pondok dan terus digugat tentang apa yang telah kami lakukan terkait dengan Dakwah Islamiyah. Meski Romo Kyai harus diganti cairan tubuhnya segara berkala oleh dr. Ghufron (Wamenkes Prof. Ali Ghufron Mukti), namun dengan spirit jihad yang luar biasa Romo Kyai mengupas kembali Mandzumatul Adzkiya, kitab kecil, kepada para Santri, dan kami seperti biasanya menjadi “DEKLAMATOR” tarjamahan bahasa Indonesianya setelah Romo Kyai membacakan Nadzom Nadzomnya. Pulang Pondok Itikaf, juga berarti menrenda kenangan selama 5 tahun tinggal di PPBM, pondok pesantren khusus mahasiswa berprestasi akademik dan non akademik, yang setiap tahun menyelenggarakan Pengajian I’tikaf untuk para aktifis mahasiswa seluruh Indonesia sejak tahun 1404 H yang berarti hingga kita sudah 30 tahun lebih, tepatnya 31 kali Ramadhan.
Sosiolog UGM. Saefullah Mahyudin MA, memberikan apresiasi positif kepada peserta Pengajaian i’Tikaf ramadhan (PIR) Budi Mulia melalui Ramadhan Post terbitan Panitia Ramadhan di Kampus Jama’ah Shalahuddin UGM tahun 1404 kurang lebih : di tengah kesibukan teman-teman seusianya yang sibuk kian kemari mempersiapkan perayaan lebaran, bahkan tidak sedikit yang disibukan dengan gempita diskotik, para mahasiswa peserta PIR itu ndepe-ndepe menggembleng dirinya mengisi 10 hari terahir bulan Ramadhan. Pengajian yang pada awalnya dirancang untuk memberikan Sibghoh Spiritual oleh pemrakarsanya, KH. Soeprapto Juraimi, kemudian berkembang dalam pelaksanaannya dengan ditangani langsung oleh Punggawa Kaderisasi HMI Cabang Yogyakarta, Zulkifli Halim (sekarang Sataf ahli menristek) dan Said Tuhuleley (Mantan Purek UMY) dengan mengkaji berbagai aspek dinul Islam selaras dengan gema ruju ilaa Qur’an Wa sunnah yang sedang hangat-hangatnya di awal abad kebangkitan Islam XV hijriyah itu.
Alumni PIR PPBM pertama saat ini telah banyak berkecimpung di masyarakat melalui disiplin Ilmunya masing-masing. Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, melalui jaminan kesehatan masyarakat, bahkan mampu mengimplementasikannya dalam program nasional, dan penulios Yakin, jika Prof. Dr. Ali ghufron menjadi orang Pertama Di Kementrian kesehatan, maka penye,mpurnaan program jaminan kesehatan itu dapat disempurnakan untuk kemaslahatan seluruh bangsa. Pada alumni PIR pertama juga terdap[at Misbahul Huda yang banyak berkecimpung di Temprina Group Jawa Post, aktivis dakwah dan motivator nasional, Ruth Indiah Suwarno (Yuyut) yang menjadi aktivis perempuan, Pramono wahyu Nigraha, doktor ahli Fiber, dll.
Alumni PIR PPBM yang ke dua justru banyak melahirkan aktivis perempuan, diantaranya Cici farha (IAIN SUKA), Yayah Khisbiyah (UGM), Yulia Ilmawati (UGM) Farida Irianti (Stiper), Rufaida (UNJ, Nyonya Zulkifli Halim), Umi Widiastuti (FK Undip), Mulyaningrum (ekonomi Unsoed) dll. Selama 5 tahun menjadi pemandu (master of training) PIR PPBM, Dynamic Class Discus PIR ke dua ini memang paling dahsyat. hal ini selain adanya akhwat aktivis, gabungnya “usroh” Abunawas Senior Course HMI Cabang Yogyakarta, juga ikwan aktifis kritis seperti Erwin Muslim (UII, sekarang DPR PDIP), Arief Affandi (Komunikasi UGM, mantan wakil wali kota Surabaya), Jose Rizal geneng (FT mesin Trisakti), Giri wiyono (FTM UNJ) dll.
Tentu saja PIR PIR kemudian dari PIR IO hingga PIR XXX insya Allah banyak melahirkan alumni-alumni yang berkomitmen pada pembangunan Indonesia, karena Sibghoh Spiritual dan discus discus komitmen Islam melalui berbagai aspek Kehidupan secara integrated, yang dilakukan disaat- saat dimana jumhgur Ulama meyakini datangnya Lailatul Qodar, ndepe-ndepe para aktivis tersebut akan memberikan Sibghoh spesifik yang dapat bermanfaat bagi Umat.Dengan harapan menjumpai Lailatul Qodar dalam komitmen membangun bangsa itu pula, untuk beberapa waktu kami tinggalkan hiruk pikuk Ibu Kota. semoga Allah memebrkahi dan memberikan keridloan-Nya bagi kami dan seluruh bangsa Indonesia
Pengajian I'tikaf ramadhan Pondok Pesantren Budi Mulia yang ke 32 tahun 1435 H ini telah dibuka resmi oleh Ketua yayasan Shalahuddin Yogyakarta Dr. Amien Rais MA. diikuti oleh 120 mahasiswa/mahasiswi aktivis kampus dari berbagai penjuru tanah air. Dalam khutbah iftitak PIR itu, Dr. Amien Rais memberikan perenungan akan optimisme dan pesimisme Kebangkitan Islam setelah berjalan 35 tahu, Amien Rais menyatakan : Al I’tishom bihablillah harus menjadipegangan yang paling azazi dan selanjutnya walaa tafarroquu, jangan berpecah belah. Petunjuk Al Quran jelas, jika kita mengikuti millah Yahudi dan Nashrani maka tidak ada pelindung dan penolong dari Allah. Tidak menjadikan Yahudi dan Nashrani pemimpin karena mereka bersatu padu untuk melawan Islam.
Sungguh meprihatinkan, realitasnya justru umat Islam umat yang mudah menumpah darah. Sungguh sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan, meski sudah lemah, kalah, “diengkuk-engkuk” tetap tidak bersatu. Afganistan telah luluh lantak infra strukturnya, Pakistan dengan orang-orang pintar justru terseret perseteruan antar golongan, Mesir yang dijului “The spring Muslim”, musim semi Islam, jatuh menjadi antek-antek Amerika. Dunia sunni yang masih utuh tinggal Indonesia, Malaisia dan Turki, Syi’I, Iran mau ditenggelamkan oleh Nasoro dan Yahudi karena Iran berpotensi menjadi Negara kuat terutama dengan teknologi nuklirnya, sementara Indonesia akan ditenggelamkan bukan dengan mendudiki secara fisik, namun melalui penguasa-penguasa negeri ini.
Sebagai seorang yang secara khusus dipanggil oleh buya Muhammad natsir dalam kaitannya kebangkitan abad XV Hijriyah bersama Taufik Ismail dalam bidang budaya, Amin Rais memilih pergi ke Karaci untuk masalah social politik, dan Taufiq Ismail ke London untuk Islamic Festival yang lebih kearah seni budaya, yang kemudian bahu=membahu dengan para ntelektual muslim lain menghidupkan kebangkitan Islam ke seluruh Indonesia, terutama di kampus kampus, Pak Amien merasa gagal karena Indonesia masih menjadi Negara kacung.
Setelah 35 tahun kebangkitan Islam menjadi gabungan optimesme dan pesimisme, sisi terang dan sisi gelap. Opyimisme kerena adanya kebangkitan Intelektual muslim, dimana sebelumnya kemampuan orientalis kadang melebihi kemampuan-kemampuan ulama kita. Kebangunan intelektual Islam sangata nyata, diman dalam berbagai debat dunia, intelektual Islam lebih unggul dibandinga yang lainnya. Bahkan kebangkitan Intelektual islam itu hingga terlihat secara fisik. Di UGM pada tahun 60, hanya dua mahasiswi yang berjilbab yakni Wasiah dari Kauman dan Wasilah puitri Pak AR (AR Fakhruddin) pada tahun 70 rata-rata 1 mahasiswa di setiap jurusan, dan mulai tahun 80 an hingga kini, hamper semua mahasiswi berjilbab. Intelectual Regeneration merupakan sisi cerah Kebangkitan Islam, Sementara sisi gelapnya adalah kekuatan politik kaum muslimin, hal ini terutama dikarenakan Elit politiknya belum ada pencerahan. Elit lebih percaya pada Koran daripada Qur’an. Di Indonesia, setelah 10 tahun lebih reformasi, telah terjadi perubahan besar, mega perubahan, dimana pada waktu yang lalu, para cukong hitam ada di pinggir, sehingga pada saat membangun poros tengah sangat mudah, Very easy, Power sharing juga mudah dilakukan, Saat ini konglemerat hitam terjun ke tengah sebagai pemain dengan berbagai mesin kekuatan yang dahsyat.
Perlu dikedepankan ada 2 (dua) jenis orang kafir, yakni , pertama, orang kafir yang memeng mengingkari kebenaran Al Quran, sebagaimana digambarkan Q.S al Baqoroh 6 – 7, yang ke dua, orang kafir yang menjadikan agama sebagai senda gurau sebagaimana dijelaskan Q.S Al A’ Raf 50 – 51, yakni Alladzina ittakhodzuu diinahum lahwan wa la’iban dan mereka tertutup oleh kemewahan dunia. Kenyataan kekuatan Islam tidak bersatu menjadikan tugas kita menjadi berat, namun demikian the Show must goon. What going on dengan Negara ini ? dengan tugas semakin berat, maka berpegang pada Al Qur’an akan menjadi jaminan paling lurus (Hiya Aqwam).
Kepada seluruh peserta I’tikaf Ramadhan yang telah berusia 32 tahun itu, yang kali ini diikuti oleh aktivis kampus seluruh Indonesia Dr. Amien rais berpesan untuk terus berpegang pada Al Quran sehingga para peserta dikemudian hari menjadi para pemim[in yang lurus. Semoga !

Tidak ada komentar: