MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 12 Agustus 2014

SOEHARTO TELEPON DARI ALAM LAIN

Mungkin karena terbawa oleh kondisi perpolitkan tanah air yang sedang dalam gonjang-ganjing politik pasca pilpres dengan sengketa di Mahkamah Konstitusi, atau mungklin juga karena kondisi diri yang sedang turut prihatin akan kejadian yang menimpa sebagian saudara kita di Gaza yang mengakibatkan kami bermimpi berkomunikasi dengan Penguasa Orde Baru, Soeharto, tentang diskusi wawasan kebangsaan.
Sebenarnya, mimpi bersama dengan orang-orang yang telah berada di “dunia lain” bukanlah sekali itu terjadi. Dalam kondisi-kondisi tertentu khususnya dalam moment-moment pribadi yang penting kami bermimpi bertemu, berdialog, dinasehati atau diberi sesuatu oleh mereka yang telah pergi ke rahmatullah. Tentu saja yang sering datang dalam mimpi untuk melakukan hal itu dalah mereka yang sangat dekat dengan penulis, ayah, nenek. pak kyai dll. Semua terasa dalam dunia nyata. Begitu akrab, begitu dekat, begitu menyenangkan.
Mimpi dini hari tanggal 10 Agustus 2014 itu, menjadi catatan sendiri mengingat sepanjang hari sebelum mimpi itu terjadi kami sedang berfikir bagaimana “Menyusun Konfigurasi Semesta”, agar dunia ini menjadi tempat yang nyaman bagi semua anak bangsa. Semua itu dapat terjadi jika semua umat manusia merasa bahwa kita satu keluarga, kita adalah umat yang satu. Selama kita terjebak dan mengkotak-kotakan manusia berdasarkan ikatan ikatan primordial maupun ikatan-ikatan berbau SARA, maka kita akan tetap menganggap ada kami dan mereka. Namun ketika paradigma itu diubah menjadi manusia adalah “big perfect family” maka yang akan muncul adalah kita.
Satu hal yang mendorong mimpi itu dijadikan catatan bagi kami adalah, bagaimana kami berakrab-akrab dengan Penguasa Orde baru yang sejak menjadi aktivis mahasiswa hingga sekarang pun penulis sangat tidak sreg dengan Pak De, demikian kami aktivis Yogya menyebut smiling Jeneral itu. Namun, subhanallah, MIMPI ditelepon Pak Harto itu membuat kami terbangun dini hari menjelang jam 03.00 WIB. Beliau menyatakan kesediaan hadir dalam diskusi tentang Wawasan Kebangsaan yang kami selenggarakan. Semua dalam mimpi dini hari ini. begitu menyentaknya mimpi itu, sehingga kamipun segera ingin “berbagi cerita” tentang mimpi itu dengan berusaha menulis dalam status facebook kami. Tujuh kali berusaha menulis dan mengupload MIMPI itu pada status facebook, tetapi gagal. Subhanallah !.
Akhibat berbagi cerita mimpi dini hari itu di status Facebook kami, tanggapanpun segera mengalir, Comment di status itupun mulia terus diisi, bahkan seorang Romo Kyai di Banten menelepon : “Tentu saja Pak guru sangat tepat dengan berlindung kepada Allah, tetapi Pak Guru Juga harus ada harapan. Kalau boleh mentakwilkan, saya yakin, apa yang pak Guru Perjuangkan telah sampai ke Jokowi, memang kadang Allah menyamarkan dalam mimpi dengan mantan Presiden Soeharto, yang maknanya adalah Presiden Jokowi” ungkap pak Kyai itu. Kamipun mengapresiasi takwil Pak Kyai dengan ucapan terima kasih. Dan sambil mengucapkan permohonan maaf, kamipun sampaikan bahwa tentang mimpi kami memiliki keyakinan tersendiri.
Sikap yang kami kedepankan akan mimpi itu adlah, apapun arti mimpi itu kami hanya berlindung kepada Allah SWT. Hasbunallah wa nimal wakil nimal maula wa niman nashir. Namun demikian hingga pagi kami terus merenung, apakai itu elemen dari KONFIGURASI SEMESTA yang kami fikirkan ? Wallahu ‘alam bishowab.
Hanya satu keyakinan kami , untuk membangun konfigurasi semesta yang baru, maka paradigma kita tentang Israel, Paradigma kita tentang palestina, paradigma kita tentang semua umat manusia harus dirombak dan kembali pada pangkal asal muasal adanya kita umat manusia, kita adalah satu keluarga, kita adalah anak cucu ahli surga. Dengan paradigma seperti ini, kita akan dapat berlaku sebagai mana layaknya stu keluarga, bukan melanggengkan paradigma pertentangan, bahkan permusuhan yang meneguhkan alasan untuk saling menyerang. Sebab menurut hemat kami jika serangan dibalas dengan serangan, maka akan terjadi perang tak berkesudahan. Jika anda dan sekutu anda menginginkan israel hancur, maka jangan heran jika Israel dan sekutunya pun menginginkan dan berusaha agar kita dan saudara kita yang paling dekat dengan mereka hancur pula.
Dengan cara demikian maka sebaiknya Interpretasi Jihad dengan pengaruh kekerasan alam Timur Tengah, yang digambarkan sebagai “rihlata syita i wasyaef”, dapat dikembangkan menjadi interpretasi Jihad di tengah alam yang ramah, di budaya keluarga yang saling peduli. Di tanah yang ramah, dimana kita saling berdampingan maka jihad Al Islam terfokus pada bagaimana kita berupaya sebaik mungkin dapat menebar rahmat bagi semua. Kekuatan ukhuwah imaniah, meluas dalam kontek ukhuwah wathoniah dan selanjutnya menjadi rahmatan lil alamin melalui ukhuwah basyariah dimana kita meyakini manusia adalah ummatan wahidah, umat yang satu. Konfigurasi besar ini jangan dirusak okeh elemen elemen parsialnya.
Terkait dengan “gejolak Fikroh” demikian mungkin juga “Makna” telepon Soeharto dari dunia lain itu adalah “proses” rekonsiliasi spiritual, rekonsiliasi hati semua anak negeri yang kami wacanakan sejak hadirnya Idul fitri 1435 H itu, yang juga kami sampaikan melalui status facebook kami. Mimpi itu seakan mebawa kita pada upaya terus menumbuhkan ukhuwah wathiniah dalam konteks satu kepentingan abadinya NKRI dengan “wawasan kebangsaan” Indonesia yang memang berbeda-beda, seperti kami yang selalu berseberangan dengan Soeharto sejak mahasiswa yang melahirkan aktivitas-aktivitas kami, dan bahkan sampai pada meski kita berbeda alam dan dunia kita.
Sudah barang tentu, mimpi akan tetap menjadi mimpi, ketika kita tidak berkreasi menjadikannya impian. MIMPI HARUS MENJADI IMPIAN, IMPIAN HARUS DIPERJUANGKAN UNTUK MENJADI KENYATAAN YANG MEMBAHAGIAKAN, REALITA YANG INDAH ! Mudah-mudahan impian untuk Indonesia yang Hebat benar-benar terwujud, dan dengan Indonesia yang hebat kita bangun dunia sebagai taman suraga, sebab Impianku terbesar adalah membangun taman surga di setiap jengkal persada bumi manusia, dimana anak semua bangsa, berjabatan bersama menyanyikan lagi Nenek moyangku dari surga.

Tidak ada komentar: