MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 08 September 2009

RAMADAN I'TIKAF OF UNIVERSITY STUDENTS ACTIVIST


Di awal dasawarsa delapanpuluhan (80-an), pada sebuah kolom yang termuat di Ramadan Pos yang diterbitkan oleh Unit Penerbitan Jama'ah Shalahuddin UGM Yogyakarta, Buya Syaefullaah Mahyuddin (Allah yarham) mengungkapkan "Kekagumannya" kepada para aktivis kampus - kampus ternama yang memilih "ndepe - ndepe" sepuluh hari sepuluh malam di akhir bulan Ramadan untuk melakukan I'tikaf Ramadan di Masjid Abu Bakar Assidiq komplek Padekokan Budi Mulia Yogyakarta.

Betapa tidak, di saat temen-temen seusianya pada hari-hari itu sibuk kian kemari ke pusat-pusat pembelanjaan untuk menyiapkan keperluan lebaran yang lebih banyak didorong oleh pola hidup konsumerisme,atau mememenuhi tempat-tempat disco dan tempat nongkrong lainnya, para aktivis ini justru tekun mengaji berbagai persoalan Islam, dari yang mahdoh sampai yang ghoirul mahdoh, dari yang khusus sampai yang umum. Dari Ibadah khusus sesuai kaifiyah (tata cara) yang dicontohkan Rasulullah muhammad SAW, sampai kajian - kajian keilmuan lain (Shirah Islam, Ekonomi Islam, Politik Islam, seni Budaya Islam, Sosiologi Islam dll). Dari ayat ayat Qauliyah hingga ayat-ayat Kauniah. Mulai Dini hari (02.30) untuk kiyamul lail hingga pukul 24.00.

Tanpa mengecilkan peran Mas Amin Rais, Mas Watik, Mas Mansyur Romi, Mas Chairil Anwar, Pak Syafii Ma'arif,Ichlashul Amal, Pak Yahya Muhaimin, Pa Kunto Widjaya (Allah Yarham), Bang Said Tuhuleley dan Bang Zulkifli Halim dll penggerak Padepokan Budi Mulia,Ikon Pengajian I'Tikaf Di Padepokan Budi Mulia yang saat ini menginjak usia hampir 30 tahun ini tetep dipegang oleh Ustadz Suprapto Ibnu Juraimi.Ustadz yang memiliki keahlian Yudo (selain Ilmu Agama beserta tasauf tentunya) ini menempati ruang tersendiri di hati para peserta I'tikaf. Terutama pengalaman spiritual yang sublim bagi para aktivis dalam melakukan ibadah-ibadah maghdloh dari Thoharoh, sholat hingga doa=doa matsurot.







Tahun ini, adalah I'tikaf pertama tanpa kehadiran Kyai Cleleng itu. I'tikaf tahun yang lalu, meski harus dengan mengganti cairan tiap beberapa jam, Kyai Cleleng ini tetep penuh semangat membimbing para aktivis kampus dari seluruh Indonesia menghidupkan Sunah Rasul di 10 hari terakhir Ramadan. Sayang memang, penulis tidak sempat mengikuti itikaf terakhir dengan beliau. Namun penulis dan keluarga besar santri masih beruntung, karena pada ahir desember 2008,benar-benar dapat menyaksikan betapa spirit dakwah, dan tanggung jawab pada generasi penerus, mengalahkan rasa sakit dan berbagai halangan, Kyai Cleleng Suprapto Ibnu Juraimi, meberikan pengajian sehari semalam dengan tema khusus Menggugat : Apakah kita semua sudah melaksanakan Amanah kerisalahan yang ada pada Al Qur'an ? Apakah kita sudah melakukan tugas-tugas sebagai orang tua sebagaimana dilakukan oleh Nabi zakaria ? Bagai mana kamu Wardono ? demikian tanya Sang Kyai kepada penulis.

Profesor DR. Ali Ghufron (Dekan FK UGM) tergugat, Misbahul Huda (Direktur dan Motivator SDM), tergugat. Saya yang suka cuap - cuap juga tergugat. Semua yang hadir tergugat. Apa lagi ketika "Senandung JIhad" dinyanyikan bersama seluruh hadirin :

"Nahnu alladziina bayaa'u Muhammadan, 'alal Jihadi ma baqoina abadan. Wal Musyrikuuna qod baghai alaina, wa in aroodu fitnatan abaina. Fa anzilan sakinatan alaina, fatsabitil aqdama in laqoina "

Kami orang-orang yang telah berbait kepada Muhammad
Untuk berjihad selama kami masih hidup
Sungguh orang-orang musyrik telah melampaui batas kepada kami
Jika mereka memaksa kami, kami tolak !
Ya Allah turunkan ketenangan bagi kami
Dan kokohkan kaki kami jika berjumpa dengan mereka "

Sudahkah kita berjihad dengan benar ? seperti spirit yang tertulis tegas pada kaligrafi di lengkungan dinding Mighrab mesjid kita ? Wajaahiduu fillahi haqqo jihadih (Q.S. Al haj : 78) ?

Sudahkah Kecelelengan (militansi) yang diamanatkan oleh KH. AR Fakhruddin (Allah yarham) pada Khutbah iftitah pembukaan Padepokan Budi MUlia cantrik angkatan pertama (12 Rabiul Awwal 14004 H)kita lakukan ? Sudahkah kita jadi Santri Cleleng ? Dai Cleleng ? Dokter Cleleng ? Direktur Cleleng ? dan warga masyarakat cleleng ? sehingga bisa bermakna bagi lingkungan dimana kita berada ? Bisa menjadi cermin (Kaca Benggala - Istilah Mas Amin) bagi siapapun ? atau sebagaimana digambarkan dalam Purnama Di Budi Mulia :

Purnama di Budi Mulia,
seorang pemuda memainkan kameranya
bidik bintang,
Bidik Bulan,
Bidik Alam raya
dan mentari bercermin di matanya


Semoga, I'tikaf kita ramadan tahun ini, di manapun kita melakukannya, meski tanpa didampingi oleh Kyai Cleleng kita, dapat menshibghoh diri kita, untuk menjadi muslim cleleng, dan mampu memberikan cahaya seribu bulan bukan hanya untuk terciptanya Purnama Di Budi Mulia, tapi juga mampu Mempurnamakan Alam Raya. Insya Allah.

Selamat ber I'tikaf Ramadan Saudaraku.

Tidak ada komentar: