MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Minggu, 20 Maret 2011

A NUCLEAR PARTH OF GOODY





Berbagai bencana alam akhir-akhir ini harus diterima oleh kita umat manusia. Dimanapun itu terjadi, karena umat manusia adalah umat yang satu (ummatan Wahidah) maka musibah yang terjadi itu sesungguhnya juga musibah bagi kita semua. Terakhir, terjadi Tsunami yang menimpa saudara-saudara kita di Jepang.

Kejadian-kejadian yang begitu beruntun, mengingatkan kita pada "kegoncangan dahsyat" yang digambarkan oleh Allah SWT dalam Q.S. Al Zal Zalah. Mari kita renungkan bersama;



Kampanye kebersamaan ini disusun oleh The Holistik Leadership Center, yang berusaha mengembangkan kepemimpinan untuk mewujudkan rahmatan lil 'alamin.



Apabila bumi digoncang dengan segoncang-goncangnya

Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Az Zalzalah 1
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1)
Orang-orang kafir bertanya-tanya tentang hari hisab. Mereka berkata: "Kapan datangnya Hari Kiamat itu?" dan lain-lain pertanyaan mereka. Lalu Allah menjelaskan dalam surah ini tanda-tanda Hari Kiamat, agar mereka mengetahui bahwa tidak mungkin menentukan waktu datangnya hari tersebut, saat manusia seluruhnya dikumpulkan di hadapan Allah SWT untuk ditentukan siapa-siapa yang berhak mendapat azab dan siapa pula yang harus mendapat pahala.
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa bumi bergetar dan berguncang sedahsyat-dahsyatnya, sebagaimana diterangkan dalam ayat lain dengan firman Nya:

يا أيها الناس اتقوا ربكم إن زلزلة الساعة شيء عظيم
Artinya:
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat) (Q.S. Al-Hajj: 1)
dan firman-Nya:

إذا رجت الأرض رجا
Artinya:
Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya. (Q.S. Al-Waqi'ah: 4)
Keterangan ini menunjukkan tentang dahsyatnya keadaan ketika itu, dimaksudkan untuk menarik perhatian orang-orang kafir agar mereka memikirkan dan merenungkannya. Seakan-akan dikatakan kepada mereka apabila bumi sebagai benda padat bisa bergetar dengan dahsyat pada hari itu, maka mengapakah kamu sendiri tidak mau sadar dari kelalaian dengan meninggalkan kekafiranmu.



Dan Bumi mengeluarkan segala kandungannya.
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Az Zalzalah 2
وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2)
Dalam ayat ini Allah menyatakan bahwa pada hari terjadi kegoncangan itu, karena dahsyatnya maka bumi menghamburkan isi perutnya yang terpendam berupa logam, harta simpanan dan mayat-mayat isi kuburan.
Dalam ayat lain yang sama maksudnya Allah berfirman:

وإذا الأرض مدت وألقت ما فيها وتخلت
Artinya:
Dan apabila bumi diratakan dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (Q.S. Al-Insyiqaq: 3, 4)
Contohnya, sebagaimana terjadi dengan letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 dan lain-lain di Indonesia, yang begitu dahsyat sehingga mengeluarkan lava dan isi perutnya.




Dan Manusia bertanya : ada apa geraangan ?
Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Az Zalzalah 3
وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3)
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang berkesempatan mengalami dan menyaksikan kejadian yang dahsyat yang belum pernah terjadi, membuat terperanjat orang-orang yang melihatnya, berkata, "Apa gerangan yang terjadi bagi bumi yang belum pernah terjadi sebelumnya?".
Dalam ayat lain yang bersamaan maksudnya Allah berfirman:

وترى الناس سكارى وما هم بسكارى
Artinya:
Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. (Q.S. Al-Hajj: 2)





Pada hari itu dinyatakan perkabarannya

Artinya bahwa di hari itu bumi itu sendiri akan menceriterakan sendiri khabar berita tentang dirinya. Yaitu meskipun bukan bumi berkata dengan lidah, tetapi keadaan yang telah terjadi itu, yang kian lama kian hebat dahsyat dan menakutkan, telah menjawab sendiri pertanyaan yang timbul di hati manusia. Yaitu bahwa inilah permulaan hari kiamat: Dunia lama mulai dihancurkan dan zaman akhirat telah mulai datang.



Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memperintahkan yang demikian.
“Bahwa Tuhan engkau telah memerintahkannya.” (ayat 5). Artinya bahwa segala yang tengah terjadi itu adalah suatu ketentuan yang pasti dari Allah, qadar yang telah ditentukan, atau ajal yang telah sampai pada waktunya, bilangan dunia sudah sampai!

Al-Qasyani menegaskan: “Artinya Tuhanlah yang memerintahkan bumi itu bergoncang dan rusak dan hancur dan runtuh dan mengeluarkan segala isinya yang terpendam,” (sebagai disebutkan di ayat 2).



Pada hari itu manusia dikeluarkan dari kuburnya untuk melihat atas apa amal-amal mereka.

“Di hari itu manusia akan pergi berpisah-pisah.” (pangkal ayat 6). Berpisah-pisah dibawa untung masing-masing, keluar dari kampung halaman atau rumah tangganya, sehingga terpisah-pisahlah di antara satu dengan yang lain, tidak dapat berkelompok lagi. Hal ini pun diterangkan lebih jelas dalam Surat 80, ‘Abasa ayat 34 sampai 37, bahwa di hari itu orang lari dari saudaranya, dari ibunya dan ayahnya, dari isterinya dan anak-anaknya, karena masing-masing orang menghadapi urusannya sendiri: “Untuk diperlihatkan kepada mereka amal-amal mereka.” (ujung ayat 6).

Itulah pula yang dinamai “Yaumal-Hisab”, Hari Perhitungan, atau “Yaumal-Mizan”, Hari Penimbangan. Akan diselidiki satu demi satu amal perbuatan, kegiatan dan usaha selama hidup di atas duni, baiknya dan buruknya. Dan semuanya akan diperlakukan dengan adil dan tidak ada yang tersembunyi.



Maka barang siapa beramal kebajikan sebesar zarah (bagian dari nuklir)maka dia akan melihatnya.



Dan barang siapa beramal kejelekan sebesar zarah, diapun akan melihatnya.

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Dalam ayat-ayat ini Allah memperincikan balasan amal masing-masing. Maka barangsiapa beramal baik, walaupun amalnya itu seberat atom atau karena terlalu kecil niscaya akan diterima balasannya, begitu pula yang beramal jahat walaupun seberat atom akan merasakan balasannya. Amal kebajikan orang-orang kafir tidak dapat menolongnya dan melepaskannya dari siksa kekafirannya. Mereka akan tetap sengsara selama-lamanya di dalam neraka.
Adapun keterangan ayat yang menyatakan bahwa pahala amal perbuatan mereka tidak berguna, maksudnya tidak dapat melepaskan mereka dari siksa kekafiran, walaupun ada keringanan dari siksa kejahatannya selain azab kekafiran. Adapun siksa kekafiran tidak akan dikurangi sedikitpun, sebagaimana firman Allah:

ونضع الموازين القسط ليوم القيامة فلا تظلم نفس شيئا وإن كان مثقال حبة من خردل أتينا بها وكفى بنا حاسبين
Artinya:
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hart Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat atompun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan. (Q.S. Al-Anbiya': 47)
Di dalam kedua ayat ini disebut dzarrah, yang supaya lebih popular kita artikan saja dengan debu. Padahal dzarrah adalah lebih halus dari debu. Di zaman modern ini, setelah orang menyelidiki tenaga atom dan telah dapat memanfaatkannya, maka atom itu dipakai dalam bahasa seluruh dunia dengan memakai kalimat dzarrah. Ahli-ahli fisika Arab menyebut juga dzarrah itu dengan Al-Jauharul-fard, benda yang sangat halus yang tidak dapat dibagi lagi. Lantaran itu boleh jugalah kita artikan: “Dan barangsiapa yang mengerjakan setimbang atom pun dari kebaikan, niscaya dia akan melihatnya.” Jadi bukti bahwa tidak ada satu pun yang tersembunyi di sisi Tuhan dari hal amalan manusia dan kegiatan hidupnya, supaya dibalas dan diganjari setimpal dengan perbuatannya.

Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya menegaskan “ayat ini telah menyatakan bahwa segala amalan dan usaha, baiknya dan buruknya, besarnya dan kecilnya akan dinilai oleh Tuhan. Baik yang berbuatnya itu orang beriman ataupun kafir. Tegasnya lagi, amal kebaikan orang yang kafir dihargai Tuhan, meskipun dia dengan demikian tidak terlepas daripada hukuman kekafirannya.”

Beliau kemukakan sebuah ayat di dalam Surat 21, Al-Anbiya’ ayat 47: “Bahwa di hari kiamat itu alat-alat penimbang akan diletakkan dengan sangat adil, sehingga tidak ada satu diri pun yang akan teraniaya, walaupun sebesar biji daripada hama (telur hama), semuanya akan dipertimbangkan.”

Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Said bin Jubair yang menceritakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya, "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya..." (Q.S. Al Insaan, 8). Orang-orang muslim pada saat itu berpendapat, bahwa mereka tidak akan mendapatkan pahala apa pun jika mereka memberikan sesuatu dalam kadar yang sedikit. Orang-orang lainnya berpendapat pula, bahwa diri mereka tidak akan dicela hanya karena dosa kecil, seperti berbicara dusta, melihat wanita yang lain, mengumpat dan perbuatan berdosa lainnya yang sejenis. Mereka mengatakan, bahwa sesungguhnya Allah swt. itu hanyalah menjanjikan neraka kepada orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa besar saja.

Maka Allah segera menurunkan firman-Nya, "Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya." (Q.S. Az Zalzalah, 7-8)

Saat ini zarah dikenal sebagai bagain terkecil, bukan hanya atom, tapi lebih kecil dari itu, bahkan lebih kecil dari inti atom (nucleous, nuclear). Karena dalam struktur ato, dikenal ada beberapa zarah yang merupakan bagian dari inti atom. Zarah Alfa, Zarah beta, Zarah gama, atau elektron, netron, proton, positron dll.

Dengan demikian sekecil apapun, meski sebutir zarah (A Parth of Nuclear) sebesar inti ato yang dipecah lagi sekalipun akan kebaikan yang kita lakukan, maka semua itu akan dapat kita peroleh. Kita tidak perlu merasa paling suci ketika kita "tidak tertimpa" bencana, sebaliknya, kita meski membuka hati untuk meneri "derita saudara kita" sebagai derita kita juga. Yang selanjutnya adalah bagaimana kita dapat berbagi dengan apa yang kita bisa meski sebezar zarah (A Nuclear parth of goody). Termasuk doa kita untuk mereka yang sedang mendapat musibah. Semoga semua hal cepat pulih menjadi baik kembali.

Mudah-mudahan dengan cara peduli dan berbagi kita dapat hidup berdampingan dengan penuh berkah.

Insya Allah.

Tidak ada komentar: