MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Senin, 21 Maret 2011

SURAT KPD SAHABAT : AKTIVIS KAMPUS 80-AN

Indonesia masih berkutat dan terus akan berkutat dalam berbagai maslah nasional jika kita tidak bersama-sama segera melakukan berbagai upaya yang dapat mengahirinya. Negeri ini diciptakan Allah SWT sebagai negara yang kaya berbagai sumber alam. Negeri ini "laksana mutu manikam", laksan "setetes surga yang dtebar sepanjang khatulistiwa, semestinya menjadi negeri yang Gemah Ripah lohjinawi tata tentrem karta raharja.




Kenyataanya Kekayaaan itu menjadi tidak memberikan kecukupan bagi sebagaian besar bangsa ini yang hidup jauh di bawah garis kemiskinan. Sungguh ironis, anak-anak bangsa dibiarkan kleleran, dan hidup semakin "ngga nggenah" sementara sebagian kecil dari sesama anak bangsa tega menghisap darah saudara-saudaranya, berpestapora, menari-nari di atas air mata saudara sebangsa.

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu mau merubahnya demikian "dalil nakli" yang diyakini oleh sebagian besar bangsa ini. Namun setiap akan merubah selalu terjadi kekeliruan menangkap gejala. Hiruk pikuk yang ada, menjebak bangsa ini terperosok pada keindahan sesaat yang ditaburkan para aktor berwatak di panggung politik Indonesia.

Sekali lagi, Allah senantiasa menampakkan Kasih Nya ketika kita mulai terjerembab. Allah membukakan tabir demi tabir, topeng demi topeng yang para aktor gunakan. Sudah semestinya kita semakin cerdas dalam dinamika ini karena tidak jarang, keterpesonaan kita pada sinar blencong yang menyorot wajah-wajah para aktor, seketika berubah menjadi api amarah, api dengki, api dendam yang menyala tak kunjung padam yang selalu menggali liang tragedi.

Oleh karenanya, peran aktif mereka yang masih memiliki air suci idealisme, yang mengalir di alkautsar yang ada di jannah Indonesia semoga bisa menggulung tabir-tabir hitam pertunjukan, sekaligus membangun "stage" baru, yang disebut sebagai Stage Indonesia yang berujud baldatun thoyyibatun warobbun ghofur. Untuk itu setiap gejala perlu kita maknai secara mendalam dan tidak perlu emasional.

Saat PKS dan Partai - partai berbasis konstituens nuslim lainnya Memilih Paket (SBY-BUD) di blog saya menulis yang cuplikannya sbb :

Sementara itu, birahi kekuasaan telah mematikan fikiran sehat bangsa ini dengan tidak malu-malu melacurkan diri atas ucapannya, tindakannya, dan kritiknya terhadap status quo saat ini yang justru dinilai gagal mengemban amanah rakyat. Dimanapun juga, rezim yang gagal tentu harus diganti agar kehidupan rakyat menuju perbaikan bias diupayakan.

Sungguh sangat ironi, kritik, koreksi, bahkan kecaman yang selama ini dijadikan alat untuk meraup suara rakyat pada pemilu Legislatif atas kegagalan status quo, justru saat ini berubah menjadi dukungan hanya karena mengaharap pembagian jabatan-jabatan. Logika mana yang bisa menerima alasan atas tindakan ini. Kita memahami, politik ujung-ujungnya adalah kekuasaan, namun kekuasaan yang dibangun dengan mematikan hati dan mengamputasi logika sehat bisakah kita harapkan kemanfaatannya bagi bangsa ?

Wahai mahasiswa, pelajar, pemuda dan siapa saja yang masih menginginkan negeri ini hidup dengan hati dan berdegup dengan fikiran sehat, Orde reformasi telah menghianati kita, bersatulah, rancang perubahan dan bekerjalah bersama rakyat untuk perbaikan negeri ini.

Mungkin bukan saat ini, kita perlu bersabar 5 tahun mendatang. Biarlah sejarah mencatat partai-partai mana yang lacut dalam ujian, dan partai-partai mana yang bertahan untuk mengawal demokrasi, meski tidak menjadi bagian dari Rezim Antihati atau Antifikri.

Sebelumnya, melalui blog yang sama saya menulis :

Permainan belum selesai, namun rupanya para "ayam kate" telah bersiap-siap melemparkan handuk meski baru melihat skor sementara dan ramai-ramai ingin segera dipangku dengan "tetirah" ke Cikeas. Gegap gempita ingin merubah negeri ini menjadi lebih baik hanyalah sandiwara untuk menutupi kekerdilan jiwanya, jiwa yang sekedar menadah "pemberian" kedudukan, bukan jiwa yang mencerminkan karakter pejuang sejati. Sebuah proses penghancuran "Character Building" bagi bangsa ini, terutama bagi generasi muda tercinta, sebuah stigma bahwa politik ya hipokrit.

Sebenarnya jika mereka yakin dengan ucapan-ucapannya, bahwa pemilu legislatif kemarin terlalu banyak kecurangan, apalagi konon sekitar 40 persent pemilih tidak memperoleh haknya, maka "skor sementara" tidak perlu membuatnya "ndepe-ndepe" untuk menyerah pada lawan tandingnya.40 % adalah jumlah yang dahsyat untuk dapat memberikan perlawanan bagi "dominasi sementara SBY". JIka angka itu benar, saya yakin angka itu adalah bukan dari penerima BLT, sebab penerima BLT pasti sudah sejak dini didaftar dan diwanti-wanti untuk mencontreng.

Apabila jumlah itu dimanage dengan benar, disertai upaya-upaya program "buffer" menghadapi BLT, maka koalisi Perubahan nasib bangsa bisa memberikan perlawanan katakanlah dengan koalisi status quo (SBY-JK) atau Koalisi status quo(Demokrat-Golkar_PKS)

Jadi secara realita, memang PKS yang dikendalikan oleh Oknum-oknum tertentu, memang bukan berjalan pada rel idealisme, tapi sudah tergelincir pada pragmatisme (Apalagi setelah menjadi Partai Terbuka, Partai Kita semua Lihat tulisan di bawah). Pada bagian lain saya menulis ini adalah tragedi idealisme, mengorbankan idealisme oleh birahi kekuasaan, bersabar untuk tidak duduk bersama status quo untuk beberapa pemilu jauh lebih baik untuk menjaga idealisme. Tetapi birahi kekuasaan telah menyeretnya. Padaahal jika benar-benar partai ini berpijak pada tarbiyah nabawiyah, maka baru setelah 23 tahun berjuang rosul mendapat kemenangan dan mau bekerja sama pada posisi kuat (Bargaining positionnya kuat)

Oleh karenanya, jika di Intern PKS saat ini terjadi berbagai benturan adalah wajar belaka. Dan jika benturan-benturan itu saling memecah silaturahmi, maka menunjukan bahwa disana bukan terjadi persahabatan antar kaum muttaqin seperti digambarkan : Persahabatan pada hari itu akan mejelma menjadi musuh (satu dengan lain) kecuali persahabatan orang 2 bertaqwa. "Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS. Az-Zukhruf: 67)

Artinya, anggapan bahwa PKS adalah kumpulan orang 2 bertaqwa, sebaiknya tabbayun dulu juga sehingga kader-kader PKS tidak menyebar kebohongan publik saat mengkampanyekannya. "Apakah benar, tokoh-tokoh itu seindah aslinya di panggung dan di kehidupan nyata ?


Pemeran "Pejabat ORBA" pada Drama : DAJJAL, meski berdarah Batak tapi Faseh berdialek Jawa ala Salah Satu menteri Di Rezim Soeharto.


Sebagai mantan aktivis kampus di awal kebangkitan Islam 1400 (Abad XV Hijriyah) yang mengusung tema besar Kebangkitan Islam "Ruju ila Qur'an wasunnah" di Mesjid Kampus, HMI MPO, dan sering berinteraksi derngan organisasi lain, saya yakin, banyak ikhwan-ikhwan yang punya komitmen dan kemampuan yang jauh lebih bagus dari mereka yang ada di panggung sandiwara " Jagad Perpolitikan Indonesia saat ini.

Mereka menjaga idealismenya untuk tidak tercemar oleh "pesan sponsor" , namun jika mekanisme pemilihan melalui Calon Independent di legislatif juga di buka, maka kemungkinan tampil pemimpin-pemimpin yang mengakar bukan polesan instan akan menjadi lebih besar. Sayangnya, lagi-lagi kita terjebak copy paste demokrasi barat yang instrumenya partai politik, ya beginilah jadinya.

Kepada ikhwan dan akhwat yang masih memiliki Api kebangkitan di dadanya, yang masih punya komitmen pada Ruju ila Quran wa shunnah dalam makna luas dimanapun berada, kiprah anda untuk menjadi pencerah bagi negeri ini sangat dibutuhkan. Saya sangat yakin dengan integritas saudara-saudara.


Jazaakumullahu khoiron katsiron !
Untuk referensi, lihat blog saya : www.doitsoteam.blogspot.com edisi anatar April - Juli 2009.


Coba Crossceck dengan Tulisan dari Pendiri PK ; Syamsul Balda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -

Mantan pendiri dan Wakil Presiden Partai Keadilan, Syamsul Balda mengaku sedih melihat konstituen dan kader PKS dibawah yang selama ini dikenal militan namun tidak sadar kalau selama ini hanya dibohongi elit-elit PKS.

"Sebagai salah satu pendiri PK saya sedih. Walau PKS bukanlah PK karena perbedaan ideologi, namun selama ini konstituen PKS adalah konstituen PK yang dikenal militan, taat, ikhlas dan yakin bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam," ujar Syamsul, Senin (21/3/2011).


Menurutnya, azas Islam sudah tidak ada lagi di PKS dan pada akhirnya konstituen maupun kader dibawah hanya dijadikan komoditas oleh para elit PKS saja. Namun, dia yakin kader-kader di bawah dan konstituen tahu seperti apa sebenarnya PKS, pasti tidak akan mengikuti lagi PKS.

"Saya sendiri karena tahu permainan mereka, makanya saya mengundurkan diri. Namun kader-kader dibawah dan konstituen selama ini banyak yang tidak tahu bagaimana dan seperti apa mereka menjalankan roda partai, selama ini yah cuma dibohongi," tambahnya.

Syamsul Balda mengatakan masyarakat kalau melihat PKS jangan hanya melihat platformnya namun lihatlah perilaku elit-elitnya.


"Saya yakin masyarakat sudah semakin cerdas untuk menilai apakah partai membela kepentingannya atau tidak atau hanya membela kepentingan para elitnya," kata Syamsul Balda.

Merujuk uraian pendiri PK (S) di atas, memberikan informasi berharga terhadap kader dan semua bangsa Indonesia, terutama yang berharap akan "ada jihad di Parlemen". Diakui atau tidak, begitu deklaeasi PK yang begitu memukau dengan santun dan penuh harapan pada "santri kota ini", PK menjadi tumpuan akan ditegakkannya keadilan dan kebenaran. Namun sejarah mencatat, bahwa harapan hijau royo-royo itu hanya berjalan seumur jagung. Birahi ingin cepat berkuasa, menjerumuskan pada pembenaran-pembenaran yang membuat muak masyarakat. Pada kondisi yang demikian saya mengatakan, PKS dari partai ketiban suara, akan menjadi partai kehilangan suara.

Dan dengan kondisi mutahir, ditambah realitas yang telah terbuka, bahwa PKS sesungguhnya secara ideologi berbeda dengan PK, maka PKS menjadi parti kehilangan suara akan mejadi realitas. Benar atau tidak, sejarah akan membuktikan.

Perlu kita ingat, bahwa dalam sejarah bangsa ini, banyak borok-borok pragmatisme ditutup dengan pembenaran-pembenaran parsial. Aji mumpung sering disarukan dengan pertimangan-pertimangan strategi obyektif dsb. Padahal jika kita sedikit kritis maka akan muncul borok-borok itu. Untuk seseorang misalnya, kita berani memasang tabir-tabir agar tidak kelihatan aibnya, namun sesungguhnya, pada saat yang sama kita telah memasang aspal hitam di ratusan juta mata anak bangsa, kita menegakkan benang yang basah.

Bahkan lebih tragis, kita harus menjunjung tinggi ulama sebagai Pewaris Nabi, padahal kelakuannya adalah penyembah iblis sejati. Kita sering membela mati-matian seseorang dengan penuh emassional, seakan tidak mungkin berbuat salah, padahal kita tahu tidak seorangpun bersifat maksum.

Realitas konstelasi politik yang demikian, wajar saja muncul pertanyaan : siapa yang akan mengibarkan panji-panjo amar ma'ruf nahi munkar di berbagai sektor kehidupan yang kian berat tantangannya ?

Pataka-pataka lain telah dikibarkan, melalui Nasional demokrat, yang saya yakin tidak akan berhenti menjadi sekedar "LSM", maka pilar lain yang mengibarkan Islam Nasionalis, yang mengibarkan nilai-nilai keislaman dalam konteks nasional Indonesia, yang memahami keunikan keislaman dan kenasionalisa, perlu juga segera dikibarkan sebagai penyeimbang.

Lantas Oleh siapa ? Untuk menjawab hal ini merunut munculnya gerakan kebangkitan islam yang melahirkan tarbiyah-tarbiyah di kampus mungkin dapat memberikan gambaran referensi yang selama ini tidak pernah diuraikan, termasuk untuk menepis stigma yang berkembang bahwa tidak ada gerakan mahasiswa angkatan 80 -an.

Peristiwa Budi Mulia

Santri PP. Budi Mulia (aktivis dari berbagai kampus) yg berprestasi Akademik dan Non akademik yang lulus melalui berbagai test

Semangat Isyhadu bianna muslimin, nampak jelas pada aktivis muslim di kampus-kampus ternama di awal abad kebangkitan Islam. Di UGM misalnya, selain Ada Lembaga Dakwah Kampus Resmi Jama'ah Shalahuddin UGM, aktivitas merubah "kampus biru" menjadi "kampus hijau" dilakukan oleh banyak pihak, termasuk pemanfaatan kokurikuler Mata Kuliah Agama islam yang dipelopori oleh Ali Ghufron (Sekarang dekan Fakultas Kedokteran dan Direktur PPBM), Awwaluddin Nor (sekarang Ahli Syaraf di Kuningan Jabar), Gunawan Wibisono (Bertugas di Nganjuk) yang merupakan trio santri angkatan pertama Pondok Pesantren Budi Mulia Yayasan Shalahuddin yang diketua oleh Dr. M. Amien Rais sepulang studi dari USA.


Aktivitas Dakwah Jamaah Shalahuddin sendiri sangat luas, dari Kajian Ilmiah, Tafsir, Pesantern Ramadhan, Pesantren Budaya, Ekonomi Islam, Teater Shalahuudin, dll. Aktivitas beragam itu ditujukan untuk ummat yang beragam minat dan tingkatan keislamannya. Ditingkat fakultas semangat menyatukan kelompok-kelompok juga dilakukan. Misalnya, begitu runcingnya hubungan HMI dan GMNI di Fakultas kedokteran Hewan di dirikan study club untuk semua orang islam dengan nama IMSC ikhwanul Muslimin Study Club yang diprakarsai Imran Baehaki (Saat ini dikenal sebagai abu Thalut, Bang Udin (Terseret kasus Selebaran Putih - Kasus Tanjung Priuk) dkk.


Prof. Dr. Ali Ghufron (tengah), Santri Angkatan Pertama PP.BUdi Mulia. Sekarang Sebagai Direktur PP. Budi Mulia dan Dekan Fakultas kedokteran UGM Yogyakarta.


Untuk melaksanakan program asistensi serentak di seluruh fakultas, diadakan rekruetmen dan training calon pendamping di Pondok Pesantren Budi Mulia. Acara ini dilandasi oleh keinginan bersama menjadikan UGM lebih Islami, sehingga selain peserta, Master Training pun direkrut dari semua komponen yang ada. Maksud baik ini justru melahirkan peristiwa "yang tidak Mengenakan" dari kelompok tertentu, sangat keras dan menolak seorang Doktor Wanita yang menyampaikan materi dengan sebagaimana layaknya ibu-ibu (ber make up). Peristiwa ini melahirkan tulisan "Typology Dai Muda Kita", yang diterbitkan oleh Surat Kabar Masa Kini.

Dalam tulisan itu saya mencoba menklasifikasi tipe dai muda menjadi 3, Yakni mereka yang keras dan tidak mau tahu dengan realitas, mereka yang berkomitmen tinggi tapi mencoba untuk berstrategy jangka panjang, dan mereka yang pragmatis mau dicocok kemana saja oleh Rezim. Tipe pertama adalah mereka yang membuat acara training asistensi itu sesuai keinginannya, Kelompok kedua adalah dari aktifis HMI MPO, Jama'ah Shalahuddin dan PII, dan kelompok ke tiga, adalah kelompok HMI Timur (Non MPO), yang mau diperalat oleh rezim saat itu.

Waktu akhirnya menentukan bahwa kemudian yang banyak berperan adalah kelompok ke dua. Yang mencoba menampilkan Islam di kampus secara bersahabat tetapi meiliki komitmen tinggi dan strategy yang sesuai masing-masing kampus. Keberhasilan ini kemudian ditularkan oleh UGM melalui Jama'ah Shalahuddin dengan mengadakan semacam forum Lembaga Dakwah Kampus se Jawa, yang dilaksanakan Awal Ramadhan 1986 di Pondok Pesantren Budi Mulia juga.


Silaturrahmi Antar lembaga Dakwah Kampus Di Awal 80-an


"Aliran Keras" yang tokoh nasionalnya di tahun 80 an itu adalah Tony Ardi, dengan kajian kajian keislaman yang dikenal dengan "FOSI" (Forum Study Islam), yang saya kenal tokoh-tokohnya di kalangan UGM juga (karena di PPBM beberapa santrinya ada yang aktif di FOSI) pada awal deklarasi PK, mereka gabung disitu. Namun pada perjalanan berikutnya, selaras tuntutan obyektif dan dinamika partai, utamanya setelah PK bermetamorfosa menjadi PKS, sudah tidak menampakan dominassi kelompok itu.

Disamping itu, saya melihat kelompok-kelompok strategis yang mengandalkan komitmen dengan tampilan yang santun belum banyak teradopsi dalam gerak kepemimpinan bangsa.
Penulis berharap tokoh-tokoh dari kelompok ini, yang saat ini tentu sedang pada peack performance kepemimpinan, dapat dimunculkan melalui mekanisme-mekanisme non partai. Mendorong penghapusan sistem partai tentu tidak populer, oleh karenanya nitan ikhlas dari mereka-merak yang punya komitmen untuk membentuk kekuatan baru yang tidak berikatan dengan kekuatan lama mungkin salah satu alternatifnya.


Teater PAS Salman ITB. Tampil Di Ramadhan di Kampus UGM 1406 H


Last but not least, saya yakin di bumi nusantara ini banyak satria-satri sejati, kita tidak perlu tergesa-gesa dalam apapun, agar tidak terjebak mengikuti satria gadungan, Satria Sontoloyo !!


Yth. Sahabat

Reformasi 1999, bukanlah peristiwa yang begitu saja terjadi. Benih-benih perubahan telah tertanam sejak awal kebangkitan isalam abad XV H, Dalam menyemai benih-benih reformasi ini Jama'ah Shalahuddin melalui berbagai kegiatannya : tela'ah Ahad Pagi, Pesantren ramadan, Pesantren Budaya, Seminar Ekonomi Islam, termasuk gagasan mempertemukan Lembaga Dakwah Kampus se jawa dan kemudian nasional. Dengan Demikian JS dan LDK Lain serta Organisasi Kemahasiswaan Islam, Pusat kajian Islam (PP Budimulia) dan tentu saja tokoh-tokohn dll memiliki peran sangat sentral.


Penabur benih-benih reformasi melalui berbagai kegiatan yang berspektrum luas di UGM


Claim-clam bahwa LDK adalah buah karya Partai tertentu (yang memang kemudian mengkooptasi) yang membuat sebagian besar LDK tidak lagi seperti dulu milik semua civitas akademika muslim, saat ini dirasa semakin turun Ini tidak berbedaa kooptasi Orba terhadap lembaga-lembaga kemahasiswaan dan kepemudaan lainnaya. Tragisnya, peran mahasiswa di era 80 an dianggap tidak ada. Oleh karenanya, saya bermaksud menulis catatan sejarah tentang peran LDK terutamanya JS dalam menabur benish-benih reformasio sebagai tuntutan obyektif isyhadu bianna muslimun yang terpancarkan dari semangat Ruju ila Qur'an wassunah sebagai tema sentral Abad kebangkitan Islam Abad XV Hijriah.

Mohon bantuan foto dan dokumentasi terutama berkaitan dengan Forum LDK se Jawa pertengahan 80-an. Akan sangat membahagiakan jika ada Teman-teman JS (Kepengurusan I - 4), Santri PPBM angkatan 1- 3, aktivis HMI MPO, serta PII Yogya(Hary Ananta dkk) dapat mengambil peranan dalam penulisan Ini.

Jazakumullahu khoiron kasiron.

Jika anda sekalian ingin buka praktek atau Klinik Kedokteran Timur, Anda dapat memperoleh Sertifikat dengan mengikuti School Of Consultance 1 - 2 April di Hotel Mega yang diampu oleh Dokter Profesional. 2 hari hanya 360 ribu sudah sekalian untuk Makan, Coffe Break, Ujian dan sertifikat. Daftar segera peserta dibatasi 5o orang.

Untuk Lebih Jelasnya, Pelajari Tulisan Di Kompas pada foto click tengahnya untuk memperbesar !



Tidak ada komentar: