MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 08 Oktober 2013

AWAS ANTRAK, ZOONOSIS LAIN DAN RACUN PADA HEWAN QURBAN !

Idul Adha Tahun lalu, pada pemeriksaan post mortem hewan-hewan Qurban di sekolah kami di Jakrta, kami menemukan adasatu sapi yang seluruh hatinya harus dibuang karena bernanah, penuh endapanbatu hitam dll, Ada juga Kambing yang ternyata kudisen di daerah ikatan di leher dan di telinga dan juga sapi yang mengalami radang testis.
Sudah barang tentu heawan yang sakittidak SYAH Untuk digunakan dalam Ibadah Qurban seperti hadits yang diriwayatkan oleh ImamBukhari dan Muslim. Disamping itu dagingyang tidak sehat akan mengancam kesehatan bahkan nyawa yang mengkonsumsinya.
Terkait dengan hal itu, Untuikmemberikan masukan kepada masyarakat akan Hewan yang Syah Untuk Qurban(ditinjau dari Medik Veteriner tentunya) beserta beberapa penyakit Zoonosis,yakni penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia dan sebaliknya.
Disamping resiko dari penularan zoonosis, hewan hewan yang sakit boleh jadi sesungguhnya mengandung deposit toksik yang membahayakan. Toksik-toksik dalam hal ini racun khemikalia misalnya yang dapat berpindah melalui rantai makanan juga dapat berpindah melalui bagian hewan yang mengandung deposit toksik yang dikonsumsi manusia. Menurut Balai Besar Penelitian Veteriner Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Pestisida sebagai salah satu senyawa racun yang sering ditemukan dalam pakan ternak, terutama dalam pakan konsentrat yang terdiri dari jagung dan jenis biji- bijian, sementara selama pertumbuhannya (mulai tanam sampai panen) umumnya mengalami perlakuan pestisida untuk mengejar target produksinya. Penggunaan pestisida yang tidak sesuai aturan dosisnya akan menyebabkan residu dalam produk pertaniannya dan dapat mengakibatkan keracunan bagi ternak.
Cemaran pestisida yang terdeteksi dari lingkungan pertanian (tanah, air, dan sedimen) diduga sebagai sumber kontaminasi pada produk pertanian dan ternak(INDRANINGSIH et al., 1990; WILLETT et al., 1993;NTOW, 2003). Keracunan pestisida pernah dilaporkan terjadi di Jawa Barat pada itik yang digembalakan di sawah yang menggunakan pestisida cukup tinggi (SABRANI dan SETIOKO, 1983; YUNINGSIH dan DAMAYANTI, 1994). Selanjutnya keracunan organofosfat dilaporkan meracuni sapi perah di Jawa Barat (INDRANINGSIH, 1988). Gejala keracunan seperti hiperemia mata, eksudasi cairan mukus dari mata, hipersalivasi, diare, sesak nafas dan berakhir dengan kematian ternak, muncul setelah sapi mengkonsumsi rumput terkontaminasi oleh pestisida
Dalam kadar rendah, gejala keracunan tidak terjadi, namun Residu insektida/pestisida akan terdeposit dalam jaringan lemak. Residu yang terdeposit di dalam jaringan lemak dari sapi-sapi, kerbau, kambing maupun domba yang digembalakan di sawah sawah pasca panen, boleh jadi jerami-jerami atyau sisa-sisa tanaman itu mengandung residu insektisida/pestisida yang kemudian dideposisi di jaringan lemak seluruh tubuh hewan dan menyatu dengan otot (daging). Ketika hewan hewan Qurban tinggal sementara di lokasi pelaksanaan pemotongan hewan Qurban, boleh jadi hewan tersebut mengalami stress yang bisa berdampak pada penurunan nafsu makan yang drastis. Unruk menjalankan fungsi-fungsi fisiologis tubuh sementara asupan pakan kurang mencukupi akhibat kurang berselera, tubuh akan memanfaatkan lemak lemak itu sehingga residu residu akan terlepas dan dapat mengakhibatkan gejala keracunan akan nampak seperti seperti hiperemia mata, eksudasi cairan mukus dari mata, hipersalivasi, diare, sesak nafas dan berakhir dengan kematian ternak akan nampak
Oleh karena itu, ketika hewan-hewan qurban kita di lokasi “transit” sebelum dipotong pada hari raya qurban mengalami gejala-gejala di atas, jangan dianggap remeh, karena boleh jadi material hewan qurban tersebut jika dikonsumsi justru akan berkontribusi bagi masuknya residu pestisida itu kedalam tubuh masyarakat yang mengkonsumsinya.
WHO (World Health Organisation) memperkirakan bahwa setengah juta kasus keracunan pestisida muncul setiap tahunnya, 5000 orang diantaranya berakhir dengan kematian.Dampak secara tidak langsung dirasakan oleh manusia, oleh adanya penumpukan pestisida di dalam darah yang berbentuk gangguan metabolisme enzim asetilkolinesterase (AChE), bersifat karsinogenik yang dapat merangsang sistem syaraf menyebabkan parestesia peka terhadap perangsangan, iritabilitas, tremor, terganggunya keseimbangan dan kejang-kejang (Frank C. Lu, 1995).
Untuk detailnya, baca Edisi Idul Adha tahun-tahun lalu (lihat di arsip) tahun 2012, 2011 dst. Buka juga tulisan di : kompasiana.com/DarwonoGuruKIta

Tidak ada komentar: