MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Kamis, 24 Oktober 2013

NKRI Bersyariah, NKRI Berkah

Minggu lalu, penulis dihubungi sahabat penulis Mas Gatot, yang dikenal sebagai KH Muhammad Khotot, Pemimpun Umum Suara Islam, sebuah media massa yang menyatakan diri sebagai media yang memperjuangkan Aspirasi dan hak-hak umat, terkait dengan pooling Capres Syariah. Dalam SMS nya beliau menyebut jika berpartisipasi untuk memberikan pendapat bisa menghubngi Radio Silaturrahmi (Rasil Cibubur). Kemudian Mas Gatot menympaikan kabar bahwa nomor saya telah di disampaikan ke pihak Rasil dan tinggal menunggu kontak dari Rasil.
Tidak lama setelah SMS-an dengan Mas Gatot, sekitar jam 11.00, Rasil menghubungi penulis. Karena penulis memang terbiasa menyampaikan pemikiran melalui baca puisi, maka saat itupun panulis membacakan puisi “Berhentilah Menadah Tuah Dajjal Serakah” , yang intinya, selama ini kita sangat tergantung dengan Tuah Dajjal (negara-negara neolib, utamanya sang Dajjal) sejak oknum-oknum Orde Baru berkonspirasi dengan CIA untuk merampok bersama kekayaan Tanah Surga. Proses itu terus menerus terjadi hingga era reformasi yang masih dikendalikan oleh “murid-murid Sasng Guru Orde baru” bahkan telah berdiaspora di seluruh kekuatan politik
Puisi ingin menegaskan cobalah kita berhenti dari ketergantungan dan stagnasi politik, ekonomi, sosial, budaya, hankam dari tetesan air kencing Sang Dajjal, apalagi Sang Dajjal sendiri beserta penyembah-penyembahnya, justru sedang kolap menunggu sakaratul maut. Tulisan Jimmy Carter, mantan penguasa gedung Putih yang pernah dikutip pada edisi lalu, merupakan bukti introspektif tentang hal itu. Sehingga tidak ada alasan bagi bangsa Indonesia untuk tetap menadah tuah Dajjal serakah. Kita harus memulai melanhkah dengan kekuatan kaki sendiri menuju berkah. Orang-orang pintar, para pemimpin Indonesia harus berani berhanti menjadi “Sales Kredit” dari lembaga-lembaga keungan kaum neolib hanya karena ingin menadapatkan “komisi” dari komitmen fee maupun sejenisnya. Kita harus berani melangkah bersama menuju berkah.
Berbicara berkah, kita tidak bisa lepas dari pengakuan tulus religius bangsa Indonesia yang tertuang dalam konstitusi kita, bahkan mukadimah konstitusi 45, yang tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilu (DPR dan DPD), bahka kemerdekaan Indonesia adalah “berkah rahmat Tiuhan yang maha Kuasa”. Oleh karenanya, tidak heran jika NKRI juga berdasar “Ketuhanan yang maha Esa”.
Ketuhanan yang maha Esa, yang sebelumnya dalam Piagam Jakarta disebut sebagai Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya melaluiproses yang disebut sebagai getlemen Agreement dari Para Founding Fathers muslim bangsa Indonesia, yang dimaknai sebagai Tauhid, bagi penulis merupakan juga Intelligent Agreement, sebuah kesepakatan cerdas, karena Ketuhanan Yang maha Esa dalam makna tauhid itu sebuah penegasan bahwa Indonesia, NKRI adalah negara Tauhid, yang meruoakan esensi syariah bagi umat Islam zaman nabi Muhammad SAW, maupun agama-gama Samawi sebelumnya yang mengikuti Millah Ibrahim.
Sebenarnya, penerapan syariah di NKRI bukanlah hal asing, kita menerapkan syariah pada Peradilan Agama, bahkan perkembangan mutahir kita dapat melihat penerapan syariah di bidang ekonomi di sektor perbankan dll. memang kita belum melaksanakannya secara sempurna, masih banyak yang perlu diperbaiki, disempurnakan, ditambah dan didiversifikasi ke bidang kehidupan berbangsa yang lebih luas, juga mengembalikan pelakuan yang dulu pernah ada, seperti dalam bidang pendidikan, yang dulu menggunakan konsep hijab, sekolah pria dan wanita banyak yang memisahkan sebagai madrasah ala Indonesia yang semakin ditinggalkan, namun kita bisa melihat banyak sekolah-sekolah unggul Katolik justru tetap menerapkan pemisahan gender ini, karena memang dalam tinjauan apapun pria dan wanita tidak sama sehingga sangatlah memaksakan diri jika dilakukan pencampuran.
Untuk keperluan menerapkan syariah di NKRI yang berbineka sehingga tercipta NKRI yang berkah, maka diperlukan pemimpin Bangsa yang bersyariah pula. Presiden Republik Indonesia yang memiliki pemahaman dan komitmen syariah yang kuat, juga para anggota DPR yang memiliki niatan, daya juang dan komitmen penerapan perundang-undangan yang bersifat mengasihi seluruh alam (Rahmatan Lil alamin) yang merupakan karakteristik dari syariah. Perlu disampaikan disini, bahwa dalam syariah juga menghormati perbedaan, menghormati kebinekaan, dan dalam syariah, penuh dengan keberkahan, jika ada hal-hal yang bersifat kurang menyenangkan, maka itu hanya berlaku bagi mereka yang melakukan kejahatan, penyelewengan, korupsi, kriminal dan sejenisnya.
Aksi riil telah dilakukan oleh Forum Umat Islam, silaturrahmi dan training Relawan Capres Syariah telah dilakukan di Jakarta dan diikuti oleh ratusan relawan dari Jakarta, Bekasio, Bogor, Bandung, Banten, Medan dll. Juga mulai diambil jajak pendapat (pooling) tentang capres Syariah ini. Prof. Yusril Ihza Mahendra, Habib Rizieq, KH Abu Muhammad Jibril, KH Abu Bakar Basyir dll adalah figur-figur yang masuk dalam bursa Capres bersyariah.
Sudah barang tentu, gerakan relawan Capres syariah akan menjadi lengkap manakala berbarengan dengan gerakan dukungan bagi Caleg syariah dari Partai-Partai yang memeliki komitmen pada dasar dan penegakkan syariah. Pada pemilu 2014 nanti, hanya 2 (dua) partai dari 15 partai kontestan pemilu adalah partai syariah, satu diantaranya adalah Partai Bulan Bintang yang ternyata, Ketua majelis Syuronya yakni Prof. Dr. Yusril Ihza mahendra juga masuk dalam bursa Capres bersyariah. Untuk partai-partai lain apalagi partai terbuka seperti PKS, PAN, PKB dan lain lain sudah barang tentu akan tidak mudah untuk terlibat dalam upaya penegakkan syariah ini, karena paling tidak, parttai-partai ini harus melakukan penyesuaian intern terlebih dahulu dan itu merupakan jalan berliku dan panjang. Oleh karenanya, bagi kaum muslimin yang memiliki niat baik, untuk menjadikan NKRI berkah dengan bersyariah, maka segeralah dukung dan bantulah capres maupun caleg syariah dario partai yang memilik komitmen syariah seperti Partai Bulan Bintang itu.
Insya Allah, dengan dukungan, bantuan dan doa seluruh kaum muslimin yang merupakan 90 % bangsa Indonesia, niatan untuk menjadikan NKRI Berkah dengan NKRI bersyariah akan menjadi kenyataan. Adalah tanggung jawab kita bersama agar Perahu Negeri Ini tidak semakin tenggelam. Oleh karenanya, kiprah kita semua akan menjadi sesuatu yang berharga. Insya Allah !
Darwono, peserta pelatihan Relawan Capres Syariah Forum Umat Islam (RCS FUI) relawan dan pelatih pengembangan Masyarakat (Community Development), pendidik dan Caleg DPR RI Partai Bulan Bintang Dapil Jakarta Timur. Sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/10/23/nkri-bersyariah-nkri-berkah-604171.html

Tidak ada komentar: