MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 03 September 2014

KEMBALIKAN UJIAN NASIONAL SESUAI PAKEM PENDIDIKAN

Seperti biasa penulis sampaikan kepada peserta didik di kelas, bahwa jika norma kelulusan tetap seperti tahun tahun lalu, maka masalah lulus atau tidak itu bakan lagi masalah. Dalam artian untulk lulus Ujian Nasional bagi siswa - siswi SMA sangat mudah, asal proses pembelajaran sesuai yang digariskan untuk mendapatkan nilai akhir (NA) 4,00 sangat mudah. Hanya saja kelulusan dengan nilai pas-pasan tentu menjadi sangat perlu dihindari bagi mereka yang ingin melanjutkan study ke perguruan tinggi melalui jalur Undangan yang saat ini disebut sebagai SMPTN (Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Hal ini dikarenakan, mulai SMPTN tahun 2014 nilai Ujian nasional menjadi salah satu komponen seleksi.
Dengan demikian, mau tidak mau, jika ingin dapat merebut jatah kursi yang disediakan oleh Perguruan Tinggi Negeri , seorang siswa selain harus menyiapkan prestasi belajaranya sejak kelas X, juga prestasi non akademik melalui berbagai prestasi lomba, ia juga harus mempersiapkan diri sacara optimal untuk menghadai ujian nasional sehingga mampu m,ereih prestasi yang dapat bersaing untuk masuk di PTN yang dia pilih.
Sebenarnya secara fondamental antara UN sebagai alat Evaluasai dan SMPTN sangat berbeda. Ujian Nasional sebagai alat evaluasi tentunya mengacu pada sejauh mana tujuan pembelajaran itu telah tercapai. Produknya adalah semakin banyak yang lulus/tuntas maka dinyatakan capaian targetnya makin baik. Sementera itu SMPTN sebagai alat seleksi, tentu mangacu pada tujuan seleksi yakni mencari calon mahasiswa yang terbaik yang memungkin kan dapat memenuhi kriteria-kriteria untuk sukses di Perguruan tinggi.
Untuk maksud tersebut, maka dalam tampilan soal Ujian nasional banyak soal yang telah diberikan baik SKL maupun kisis kisinya dan jika ditilik dari taksonomi Bloom, maka soal Ujian nasional berada pada kriteria C2 (Pemahaman) dan C3 (Analisis), sementara itu karena bertujuan untuk mendapat calon mahasiswa terbaik , Sejak SKALU Hingga SMPTN dan Terakhir SBMPTN soal-soal yang disajikan didominasi pada soal-soal terkatagori C3 hingga C6.
Realitasnya, hal yang secara mendasar berbeda tujuan tersebut “seakan dipaksakan” untuk dijalankan. Sehingga terjadi tarik menari kepentingan. Perguruan Tinggi yang berkepentingan mendapatkan Calon Mahasiswa yang berkualitas wajar saja menginginkan Soal Ujian nasional sesuai dengan apa yang dijalankan selama ini, yakni tingkat kesulitan dan ranah berfikir dari soal-soal Ujian nasional dinaikkan levelnya.
Pada ujian Nasional 2014 yang lalu, soal-soal jenis tersebut, soal-soal yang disebut sebagai HOT yakni yang memerlukan High Order Thinking, memerlukan tingkay berfikir yang lebih tinggi ditampilkan hanya sebagian kecil dari jumlah soal keseluruhun. Dimasukkannya soal soal HOT ke soal Ujian Nasional itu konon mengakhibatkan penurunan nilai Ujian Nasional secara nasional sebesar ) 0,2. Kita memang tidak tahu hasil analisis soal UN dari soal-soal HOT itu. Namun jika boleh diasumsikan soal-soal HOL itu “mbrojol” 2 soal tiap mata pelajaran, dan rata rata jumlah soal 50, maka 0,2 itu setara dengan bobot nilai satu soal rata-rata, artinya kemungkinan soal HOT ini dapat dikuasai peserta ujian adalah 50%.
Mengingat masih sebagian besar lulusan SMA tidak melanjutkan keperguruan tinggi dan yang melanjutkan juga tidak mesti perguruan tinggi negeri, maka pencampuran “Pola seleksi” ke dalam “Evaluasi’ sungguh merugikan peserta didik yang memang tidak akan melanjutkan keperguruan tinggi dan ke perguruan tinggi swasta. Mengerjakan soal-soal HOT bagi mereka yang bekerja keras sekedar untuk mendapatkan selembar Ijasah SMA hanya akan mengotori nilai-nilai di ijasahnya (KHS) dengan nilai-nilai yang rendah karena gagal menyelesaikan soal-soal HOT demikian juga bagi mereka yang tidak berniat melanjutkan ke PTN> Rasanya tidak adil orang yang tidak memerlukan dibebani dengan sesuatui yang harus dikerjakan dan itu lebih sulit.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis berharap rencana menambahkan soal - soal HOT yang berorientasi untuk SMPTN pada ujian nasional mendatang perlu dikaji ulang. Bahkan ada baiknya, kembalikan masing-masing pola sebagaimana pakemnya masing masing seperti yang telah dijalankan di masa yang lalu. Jangan memaksakan sesuatu yang secara fondamental berbeda harus dikemas dalam satu paket hanya karena ingin melakukan efesiensi hal ini hanya akan melahirkan ketidak adilan pendidikan.
Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2014/08/29/h-o-t-676027.html

Tidak ada komentar: