MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Selasa, 02 September 2014

GOTONG ROYONG SELAMATKAN NKRI DARI LILITAN HUTANG

Rasulullah dalam setiap sholatnya sering memohon kepada Allah SWT supaya terhindar dari masalahutang, “Allahumma inni a’uudzu bika min al-ma’tsami wa al- maghram, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan lilitan utang.” Karena kebiasaan Nabi SAW berdoa dengan kalimat tersebut, seorang sahabat bertanya kepada Nabi, “Mengapa Engkau banyak meminta perlindungan dari utang, wahai Rasulullah?” Jawab Nabi tegas, “Sesungguhnya seseorang apabila sedang berutang ketika dia berbicara biasanya berdusta dan bila berjanji sering mengingkarinya,” (HR Bukhori). ”Berhati-hatilah kamu dalam berhutang, sesungguhnya hutang itu mendatangkan kerisauan di malam hari, dan menyebabkan kehinaan di siang hari” ( Riwayat Al baihaqi).
Memasuki suksesi Kepemimpinan nasional tahun 2014 ini kondisi negara Republik Indonesia telah menjadi ghorimin dengan hutang yang telah tembug 2000 triliun rupiah. Posisi sebagi ghorimin, pihak yang terjerat hutang tentu harus menerima kenyataan sebagi Negara yang Kedaulatannya tergadaikan. Dengan lilitan hutang, bagaimanapun juga kita tidak dapat menegakkan kepala di hadapan para pemilik modal itu.
Terkait dengan hutang hadits Rasulullah lainnya menyatakan : عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَتَقَاضَاهُ ، فَأَغْلَظَ ، فَهَمَّ بِهِ أَصْحَابُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « دَعُوهُ فَإِنَّ لِصَاحِبِ الْحَقِّ مَقَالاً » Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Seseorang pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menagih hutang dan berkata keras (kepada beliau), maka para shahabat ingin memukulnya, lalau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Biarkan dia, karena seorang yang mempunyai hak berhak untuk berkata-kata.” HR. Bukhari.
Dalam riwayat lain bahkan dinyatakan Rasulullah samapai dicengkeram lehernya (krahnya) dan berpesan untuk tidak berhutang. Pesan rasulullah ini benar-benar diperhatikan oleh Founding fathers, sehingga Bung Karno benar-benar menggariskan prinsip Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Prinsip kemandirian ini menjadi garis yang juga dipegang teguh oleh Megawati di awal reformasi. Makanya langkah Megawati menjual beberapa aset yang laku dijual untuk mendndapatkan modal agar program pembangunan dapat dijalankan menjadi bisa dipahami.
Menjual tentu tidak berkonsekuensi seperti berhutang, ketika kita menjual kepemilikan kita memang lepas, namun orang lain tidak bisa memiliki dan merontokkan kedaulatan kita. Prinsip ini semoga juga dijalankan Jokowi dalam menjalankan pembangunan dengan warisan huitang yang ditinggalkan pemerintahan SBY dan telah tembus di atas 2000 triliun.
Kesadaran akan kehormatan dan kedaulatan bangsa tanpa hutang juga perlu disadari oleh seluruh bangsa Indonesia, dengan kesadaran itu, seluruh bangsa Indonesia kembali pada prinsip berdikari, dengan bersedia prihatin demi kedaulatan dan kehormatan bangsa. Semoga kebersamaan prinsip untuk tidak hidup wah tanpan marwah akan semakin menyusutkan hutang RI sehingga kedfaulatan RI secara bertahap dapat kita kembalikan.
Pilpres 2014 telah menegaskan prinsip kekuatan kemenangan, prinsip rakyat rela berkorban untuk sebuah kemenangan. Bangsa ini adalah bangsa pejuang yang rela berkorban, siap dalam keprihatinan asal merdeka dan berdaulat. Sayangnya para pemimpinnya telah memilih komisi dari hutang dari pada mempertahankan harga diri sebagai bangsa. Para pemimpin telah berlaku sebagai sales girld dan sales man lembaga keuangan internasional untuk memdapatkan komisi dari bertumpuknya hutang luar negeri RI.
Terus memasalahkan pilpres dan Presiden terpilih yang telah ditetapkan secara syah oleh MK, sama saja membiarkan Indonesia dalam konflik berkepanjangan. Tanpa kesadaran mau menerima kekurangan dan siap melengkapinya dengan tulus sebagai satu bangsa, tidak lebih dari sekedar mengharap bahtera NKRI HANCUR akhibat lubang kecil yang kita tak peduli untuk segera menutupnya.Jangan biarkan rasa kecemburuan kalah bersaing terus membakar rasa dendam kita dan tidak menghiraukan dampaknya bagi kehidupan bangsa. Jika hal itu yang yang terjadi, sesungguhnya kita bukanlah orang-orang yang mau merngurus negara, tetapi sesungguhnya hanya sebagai oknum-oknum yang mau memanfaatkan kedudukan untuk kepuasan pribadi. Termasuk DPR yang berkualisi permanen untuk membuat pansus pilpres karena merasa didukung oleh 63 % kekuatan parlemen, padahal riilnya kuantitas yang tadinya mendukung mereka, 16 % telah beralih dukungan ke Presiden terpilih. Sehingga jika Kualisi permanen terus menyudutkan presiden terpilih berarti menghianati para pendukungnya yang telah mendukung Jokowi.
Kecemburuan yang dilatar belakangi paradfigma “alan berpesta” jika menjabat sesuatu dalam konteks kondisi RI saat ini sangan tidak beralasan. Realitasnya Dengan mewarisi hutang di atas 2000 triliun rupiah, dengan berbagai sumber daya yang telah dirampok dan digadaikan Pemerintah saat ini beserta seluruh bangsa harus mau hidup prihatin jika tidak ingin kedaulatan dan kehormatan (marwah) bangsa terkoyak.
Masa pesta pejabat telah berakhir, saat ini yang diperlukan bangsa ini adalah mereka yang dalam bahasa Anies baswedan sebagai anak-anak bangsa yang mau mengurus negara. tekad mau mengurus dnegara dalam kondisi terbelit hutang dan segera membebaskannya sambil menjalankan fungsi-fungsi negara terus berjalan diperlukan para pejuang yang tulus dan mau repot. Apalagi berhadapan dengan para lawan politik yang memang nginnya berpesta dengan kemenangannya tanpa peduli nasib nasib bangsa.
Budaya hidup mewah tanpa marwah, hingga utang RI yang jauh melampaui APBN harus dihentikan. Dengan kekuatan kerelaan dalam memengangkan Pilres, penulis yakin Jokowi mampu membangkitkan kembali Kekuatan Kerelaan untuk Membebaskan NKRI dari jeratan hutang. Hanya orang orang tidak bertanggung jawab yang menuntut kemewahan di tengah kondsi bangsa dililit hulang. Bagi kami, lebih baik tidak melakukan lawatan ke luar negeri dengan pesawat kepresidenan yang mewah demi pengiritan. Pengiritan di semua lini memungkinkan dana terkumpul untuk terus mengangsur hutang. Kekuatan kerelaan membantu membebaskan RI dari hutang harus terus digalakan melalu rekening keprihatinan nasional. Gerakan rela berkorban untuk menolong Indonesia dapat melibatkan berpuluh puluh juta pelajar seluruh Indonesia. Gerakan Prtiotisme riil ini insya Allah dapat membantu Indonesia.
Tentu saja itu semua harus diteladani oleh para pimp[inan republik ini dan sudah barang tentu dimulai dari Presiden Ir. Joko Widodo sendiri, para kabinetnya, dan para wakil rakyat. Kerelaan untuk menyesuakan dengan kondisi anggaran yang ada bagi tunjangan mereka adalah cerminan kepedulian bagi nasib bangsa. Sebaliknya tuntutan untuk menambah pendapatan dari jabatannya adalah perilaku tidak peduli dan tidak bertanggung jawab.
Penulis teringat pada diskusi denga pemilik warteg sebagai berikut : Menanggapi kenaikan BBM dan TDL pemilik Warteg menanggapinya dengan realistis dia mengatakan : “ya wis kepriben maning wong wis kudune mundak regane. Sing penting pada ngartine ya Pak Guru ?” ” Bener yu, kebo ora kaboten sungu ya yu ? “ ” Lah ya iya oh pak Guru.” ” Hmm mentep tep tep tep yu.” jawab kami.
Tentu saja, apapun yang terjada sudah barang tentu akan selalu ada pihak-pihak yang berusaha memancing ikan di air keruh. tetapi kami yakin sebagai bangsa pejuang, bangsa patriot, Bangsa Indonesia akan mampu membedakan mana yang pejuang dan mana yang pecundang dan pilpres 2014 sudah membuktikan hal itu.

Tidak ada komentar: