MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Sabtu, 02 Januari 2016

JOKOWI AN UNIQUE PERSON

Satu tahun ini dunia dicengangkan oleh kehadiran pemimpin yang perjalanan kepemimpinannya begitu berjenjang. Dimulai dari pemimpin keluarga, pemimpin perusahaan, wali kota, gubernur dan akhirnya Presiden Republik Indonesia. Dunia mengakui kehebatan kepemimpinan dari alumnus Managemen Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyaakarta ini dengan segala prestasinya uniknya.
Penulis jadi teringat, Pagi tadi, penulis bertadarus melalui youtube Q.S Ar Rahman dan kemudian penulis share ke teman-teman FB dengan judul Maha Cinta Menyapa Dengan Cinta. Subhanallah, melalui surat Ar Rahman kita dapat mengambil tarbiyah atau pembelajaran tentang Maha cinta sendiri, kreasi dan Edukasi-Nya, Kekuatan jin dan manusia, kesetimbangan alam dan kehidupan, dan juga Teguran (gugatan) berulang "Maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?"
Sungguh keagungan, kekomplekan, kenikmatan juga teguran yang indah dari Allah yang disampaikan melalui surah Arrahman ini. Gambaran kehebatan itu tidak diberi nama atau diawali dengaan Al Aziz, Al Hakim, At Tamim atau lainnya, tetapi dengan Ar rahman ! Yang Maha Pengasih, Maha Cinta ! Yang Mengajar Manusia. Sebagai guru, penulis menangkap Maha Cinta mengajar manusia tentu dengan kemahacintaan-Nya, bukan dengan kemahakuasa-Nya, bukan dengan kemahakuat-Nya atau dengan kemahaberkehendak-Nya, sekali lagi dengan Kearrahmanan-Nya, Kemahacintaan-Nya.
Manusia diciptakan dan diajar (dididik, diberi pengetahuan, diberi Ilmu) dengan sifat kemahacintaan_Nya. Manusia dengan keunikannya, dididik dengan cinta yang unik pula. Allah mendidik, memberi pengetahuan dan ilmu, serta "takdir-takdir" kepada setiap manusia, setiap mahluk dengan unique pula. Pemahaman itu saya coba proyeksikan dengan apa yang terjadi di Indonesia selama satu tahun terahir ini yang kina semua paham, dipimpin oleh Ir. H. Joko Widodo, yang mendapat panggilan unik Jokowi.
Bagi penulis, Jokowi adalh pribadi yang unik yang diberi kemampuan (ilmu) dengan unik pula oleh Yang Maha Cinta. Tentang keunikan Jokowi penulis dapat telusuri jejaknya melalui tulisan-tulisan kami di kompasiana. Keunikan Jokowi tentu melahirkan sikap, perilaku dan tidakan yang unik, termasuk pada gaya kepemimpinan dan komitmen-komitmennya. Keunikan ini tentu akan gagal dipahami oleh mereka yang menggunakan pisau analisa dengan tingkat berfikir linier, logis - analitis-generalis belaka. Dan itulah yang nampak satu tahun ini, dengan berbagai gemuruh kritik, sisnisme bahkan pelecehan terhadap beliau.
Salah satu hal unik Jokowi adalah penunjukan Ibu susi sebagai menteri pada kabinetnya. Pandangan wajar pemikir linier tentu menggunakan premis-premis umum yang dibangun pada dunia formalistis. Maka hasilnya adalah pelecehan, sinisme pada kehadiran Ibu Susi di kabinet Indonesia Hebat. Namun bagi pribadi Unik Jokowi, jelas sudah memahami keunikan Ibu Susi. Dan fakta telah membuktikannya, dan para linieris tetap saja tidak akan mampu memahaminya. Cara mendidik Allah yang unik dengan cinta-Nya, memang dapat dibuktikan dengan lahirnya orang-orang "extra ordinary" yang menghasilkan karya-karya "extra ordinary" pula. Mereka yang terbatas berbagai faktornya (biaya, kesempatan dll) tetapi terus mau belajar (manusia pembelajar) ecara unik "dicerdaskan " oleh Allah.
Banyak pribadi-pribadi extra ordinary, meski pendidikan formalitasnya sangat minim, tetapi tingkat berfikirnya, karyannya, jauh melampaui mereka yang secara formal memegang gelar profesor doktor. Keunikan cara mengajar Allah menuntun pemahaman penulis, bahwa belajar itu bukan berarti berada di tempat formal yang di batasi dindingnya dan diberi label sekolah/universitas. Alam dan kehidupan dalah tempat belajar pribadi-pribadi unik yang akan dicerdaskan dengan cara unik pula oleh Yang Maha Cinta.
Allah maha tahu, mereka yang terus belajar dimanapun, adalah hamba-hamba yang ingin mengetahui kemahaluasan ilmu-Nya, untuk terus mengasah keyakinan keagungan-Nya dari ainul yakin, hingga haqqul yakin. Hal jazaaul ihsaan illal ihsan, demikian garis ketentuan_Nya, tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan. Dan "barang siapa yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, maka akan kami tunjukan jalan kemudahannya" Oleh karena itu, jangan putus belajar, bagi kita yang mungkin tidak mendapat kesempata belajar di sekolah/universitas formal. Universitas alam raya, universitas kehidupan jauh lebih luas kajiannya, jadilah manusia pembelajar, hingga kita mendapat gelar "Ulul Albab"
Dari Page/halaman Facebook : Darwono Tuan Guru

Tidak ada komentar: