MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Kamis, 28 Januari 2016

POISONED COFFEE

Kematian Wayan Mirna Salihin, karena keracunan sianida dalam kopi yang diminumnya, telah menjadi headline berbagai media massa dan sosial media domestik bahkan mendunia. Pers Inggris malah menyamakan kasus kematian kema nten baru itu sebagai "patronnase" salah satu novel dari pengarang terkenal inggris Agatha Christy. Agatha Cristie adalah penulis kisah misteri paling terkenal di dunia yang karyanya paling laku sepanjang masa dengan pengecualian William Shakespeare. Buku-bukunya telah terjual sebanyak lebih dari satu miliar eksemplar dalam bahasa Inggris dan satu miliar lagi dalam 45 bahasa asing (hingga 2003).
Disebut nama Agatha Christy, tentu kita dihadapkan pada imajinasi cerita detektif berliku yang, menyuguhkan pertanyaan-pertanyaan menantang dan membingungkan dalam artian tidak mudah ditebak endingnya jika kita tidak membaca novel itu secara tuntas. Apabila benar, pembunuhan Wayan Mirna Salihin diilhami oleh cerita dari salah satu novel Agatha Christy, maka mau tidak mau polisi maupun penegak hukum harus membuka kembali liku cerita novel itu, untuk menemukan jejak-jejak pembunuhan yang sangat tidak berjejak, meski muncul berbagai pertanyaan kunci yang menggiring pada potensial suspect, terduga potensial. Adakah jejak yang sama dari cerita Agatha Christy dengan kasus yang menimpa Wayan Mirna ?
JIka ada tentu simpulan dari kasus pembunuhan mirna hanyalah repetisi dari scene yang dibuat oleh Agatha, atau paling ada 2 dua hal yang terjadi, yakni mengahiri dengan variasi ending, atau mengahiri dengan kisah berlawanannya. Kita memang dapat mengajukan pertanyaan Mengapa salah seorang dari tiga sahabat itu datang beberapa wkatu sebelum ketiganya berkumpul ? Mengapa salah satu dari mereka meletakkan paaaper bag di atas meja dan menutupi minuman yang biasanya paper bag ditelakkan di bawah atau di jok tempat duduik ? Mengapa Waiter dan hani secara reflek mencicipi kopi sementara jesika dalam kontrol penuh tidak spontan mencicipi apa yang disodorkan Mirna setelah mengeluh ? Apakah Jesika tahu kalau disitu ada sesuatu yang dapat membunuh ? keterkaitan emosi ini juga terlihat saat terjadai "puncak krisis Aksiden" dimana semua panik dan Jesika tenang ? Mungkinkan ketenangannya menyebabkan celana robek karena mau menolong ? Mengapa Jesika menyuruh SR untuk membuang celana dan dia berbohong seolah SR yang menyarankan celana dibuang karena sobek ? Wajarkah seorang pembanu berani menyarankan demikian ? dan masih banyak rahasia dan misteri seperti cerita Agatha Christy.
Yang jelas, Mirna dan Jessica pernah kuliah bersama di Billy Blue College of Design Australia dan Swinburne University of Technology, Melbourne. Dan sudah barang tentu, jika kemungkinan yang saya ungkapkan kepada teman guru di sekolah bahwa itu mungkin terkait asmara benar, maka pemesan minuman sangat tahu, minuman yang paling favorit untuk cepat dilahap oleh korban dan cepat pula merengguk nyawa. Polisi tentu sangat lihai membaca gelagat, dan bahkan menemukan bukti. Tapi apakah bukti itu dapat diterjemahkan dan dirangkaikan dalam legal formal untuk penentuan tersanagka, itu memer4lukan keahlian lain polisi.
Perkembangan baru nampak mewarnai perjalanan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin. Dengan telah diberikannya kesaksian Ahli dari Dr Sarlito Wirawan Sarwono. Profesor Psikologi UI itu mengungkapkan : "Saya di sini diminta oleh Pak Reserse untuk jadi saksi ahli kasus Wayan Mirna, jadi saya memberikan kesaksian dan saya laporkan pada berita acara," Selanjutnya beliau menilai : " "Terkait alat buktilah, dan menurut pendapat saya, sudah cukup baik dan signifikan"
Dalam pandangan Guru Besar fakultas Psikologi UI itu menyatakan bahwa "keterangannya cukup baik untuk dijadikan alat bukti penetapan tersangka" Dengan kesaksian Ahli ini, Polisi memiliki dasar yang kuat menetapkan siapa tersangkanya Namun hingga tulisan ini diupload, sebenarnya Polisi belum menentukan siapa tersangkanya. Apa yang disampaikan polisi selama ini sekedar pukulamn wantu atau "job-job" pemancing untuk menarik respon "Hiddeen Murder" .
Kehati-hatian dan ketelitian Polisi memang sangat diperlukan, sehingga bukan target waktu yang harus dikedepankan namun target ketepatannlah yang harus ditekankan. Walau polisi belum menetapkan siapa tersangkanya hingga kini, namun sudah sejak lama Jesika dan pengacaranya yang justru memposisikan dirinya sebagai tersangka. Terkait dengan hal itu langkah Jesika yang mendatangi dan curhat kepada komnas HAM boleh jadi merupakan bagian dari menggiring opini publik agar pertama, publik semakin beropini, memandang bahwa dirinya adalah korban, dan yang utama jelas bahwa langkah itu boleh jadi sebagai penegasan bahwa dirinya bukan pelaku.
Namun demikian apa yang ditunjukan oleh pengacara Jesika justru dapat memancing pertanyaan publik, mengapa yah, pengacara Jesika belum apa-apa seakan berupaya menegaskan bahwa jesika bukan pelakunya ? Boleh jadi Jesika dan pengacaranya terpancing oleh "job-job" Polisi yang mendapat riuhnya teriakan supporter baik melalui media massa maupun sosial media. Apa bila pada ahirnya keduanya terpukul telak, boleh dikatakan strategi pancingan polisi sukses menuai point-point penting.
Sudah barang tentu semua langkah yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dengan peristiwa yang merenggang nyawa kemanten baru Wayan Mirna Salihin itu tidak akan lepas dari pemantauan, pengawasan dan rekaman polisi untuk kepentingan penyelesaian tugas aparat keamanan menuju penuntutan dan penghukuman yang fair nantinya jika tersangka pembunuhan Mirna Wayan salihin telah ditetapkan, siapapun tersangkanya nanti.
Yang pasti, kesahksian Ahli Dr. sarlito Wirawan Sarwono dan kesaksian ahli lainnya yang sangat dnantikan untuk memberi makna serentetan bukti yang diperlukan dapat menjadi angin segar yang akan menambah energi bagi polisi untuk melangkah ke depan dengan pasti dalam menyelesaikan kasus Pembunuhan Wayan Mirna salihin yang menjadi sebagian dari tugasnya. apalagi jam berapa cianida dimasukkan ke dalam kopi sudah diketahui. Bravo Polri !

Tidak ada komentar: