MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 16 April 2014

Bill Gates, KKN UGM , Jokowi dan Pemilihan Presiden 2014

Bill Gates, diam diam “nongkrong” di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta awal April 2014 ini. Mengapresiasi penjelasan Rektor UGM Prof Dr Pratikno tentang KKN PPM yang merupakan perwujudan spirit UGM sebagai kampus kerakyatan. Saat ini salah satu program unggulan yang dimiliki UGM adalh pengabdian dan pemberdayaan masyarakat UGM melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pendiri Microsoft itu menyatakan : “Saya sangat mengapresiasi program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat UGM, karena sifatnya yang multidisiplin dan diperkuat sumber daya pengetahuan indegeneous,” ujarnya saat berkunjung di Fakultas Kedokteran UGM, Sabtu (5/4).
Tentu saja jika Bill Gates berkesempatan hadir di lokasi KKN yang sesungguhnya, Bill Gates akan bisa lebih terkesima. Bagaimana mahasiswa mahasiswi S1 yang berasal dari berbagai disiplin Ilmu yang ada di UGM melakukan pembelajaran dirinya sekaligus menerapkan Ilmu yang terintegrasi di pedesaan dengan segala karakteristiknya.
Ketika penulis mengikuti KKN, ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh mahasiswa calon sarjana untuk mengikuti program KKN itu. Diawali dengan Orientasi KKN, dimana mahasiswa dibekali tentang berbagai aspek Kuliah Kerja Nyata itu sendiri sebagai pengejawantahan dari Tridharma Perguruan Tinggi khususnya idealisme UGM sebagai Kampus Rakyat, masalah sosiologi dan pemerintahan desa, hingga teknologi tepat guna yang mungkin harus diterapkan di desa-desa dimana peserta KKN ditempatkan. Tahapan ini biasanya diakhiri dengan post test dimana mahasiswa harus memenuhi kriteria tertentu untuk dapat mengikuiti tahapan berikutnya.
Menjelang keberangkatan, setelah terbentuk team-team dengan dosen pembimbingnya masing-masing, maka dilakukan team building, dengan berbagai kerja dilingkungan kampus, Satu team pada saat itu terdiri dari beberapa bidang, bidang peningkatan produksi (biasanya dari Agrokomplek), Bidang peningkatan sarana Fisik dan Bidang Sosial Budaya/Keagamaan, intinya adalah semua bidang kehidupan yang terdapat di pedesaan.
Kerja nyata di desa selama sekitar 3 bulan diawali dengan obeservasi, identifikasi permasalahan desa dengan Rural rapid Apraisal, juga dengan berbagai teknik perumusana masalah, yang kemudian disusun dalam action plan yang berupa problem solving dari berbagai maslah tersebut. Dalam melakukan Action plan team KKN sekitar 8 mahasiaswa harus mampu memanfaatkan sumber lokal sehingga tercipta berbagai inovasi. Dalam melakukan kerja nyata ini, peserta KKN juga harus mampu melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Oleh karena itu tidak jarang peserta KKN dari desa terpencil di pucuk gunung harus melakukan koordinasi dengan instansi terkait di ibu kota kabupaten.Tahap terakhir adalah evaluasi dan penyusunan laporan. Dalam penyusunan ini peserta harus memberikan masukan berupa rekomendasi-rekomendasi yang perlu dilakukan dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Saat KKN di tahun 1988, penulis ditempatkan di desa Tawang Sari, Tretep Kabupaten Temanggung Jawa Tengah, saat itu pada sarana fisik untuk meningkatkan ekonimi Team KKN membangun jalan menuju obyek wisata Curug Tujuh. Sementara team lain dalam satu kecamatan, membangun Lapangan Sepak Bola di desa Tretep. Sementara itu untuk peningkatan kesejahteraan dilakukan program-program pengolahan pasca panen untuk memberikan nilai tambah terhadap berbagai hasil pertanian, peternakan dan perikanan darat yang ada, tentu saja dengan teknologi tepat guna yang dapat dilakukan masyarakat setempat.
Melalui program KKN mahasiswa diharapkan menjadi “Sarjana sing Sujana” , yang menurut Prof. Dr. Edy Mulyono MPH, pemateri pembekalan KKN waktu itu, bahwa Lulusan UGM hendaknya menjadi sarjana yang seperti sujan, sebuah motif lurik yang menggambarkan teras siring, yakni menjadi penjaga erosi nilai-nilai luhur yang ada di masyarakat. Disamping itu, hendaknya juga “bisaha rumongso aja rumongso bisa”, harus bisa rendah hati untuk tidak merasa bisa, tetapi dapat merasa (beremphati).
Dengan belajar dan bekerja nyata bersama masyarakat, lulusan UGM diharapkan selain memiliki kekuatan akademis, juga memiliki emphati, komitmen kerakyatan, problem solver dan karakter-karakter unggul lainnya yang dibutuhkan bangsa ini. Jika saat ini yang terlihat memiliki beberapa aspek itu adalah Jokowi, maka sesungguhnya puluhan ribu lulusan UGM yang seperti itu bahkan jika dipindai sesungguhnya jauh di atas Jokowi. hanya saja memang dengan karakter lulusan UGM yang lebih berorientasi pada pengabdian masyarakat, maka “orang-orang” berkualitas itu lebih memilih berada di akar rumput. Di dunia kerjapun karakteristik lulusan UGM sangat beda nyata, "Salary" bukan segalanya, yang kadang menjadi sindiran lulusan dari kampus lain.
Maka jika PDIP mampu mengangkat Jokowi dari daerah ke ibu Kota, bahkan dari bukan kader menjadi "pejabat" yang diusung PDIP, sehingga menasional, itu perlu diakui kejelian PDIP dalam mencari putra-putra terbaik yang dibutuhkan bangsa ini meskipun dia bukan siapa-siapa di Partai, sebagaimana juga Risma. Hal ini perlu dilakukan oleh kekuatan politik lainnya, bahwa pemindaian terhadap calon-calon pemimpin (pada tulisan lalu penulis sebut Leadership Talent Scott) perlu dilakukan dan jangan terpaku pada “stock” yang ada, apalagi dibatasi pada hanya kader partai. Inilah inovasi recruitment pimpinan nasional yang layak diapresiasi.
Sebagaimana tulisan yang lalu, penulis tekankan lagi, yakinlah ibu pertiwi banyak melahirkan putera-putera yang dibutuhkan untuk memimpin negeri ini. Jadi untuk pemilihan presiden nanti, figur baru selain Jokowi, perlu diberi kesempatan. Ada partai yang punya komitmen seperti itu ? JIka ada, itu sebuah terobosan bagus.

Tidak ada komentar: