MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Rabu, 02 April 2014

MEMILIH YANG BERSIH

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Hasil survey yang telah direlease oleh berbagai lembaga survey, tidak menunjukan hasil yang konsisten. Dalam artian, hasil survey satu lembaga dengan lembaga lain selalu berbeda. Partai atau capres yang unggul pada hasil survey dari satu lembaga survey tidak tampil kembali sebagai partai atau capres unggul di lembaga survey lainnya. Inkonsistensi ini melahirkan simpulan di mata banyak orang bahwa “Keunggulan Partai atau Capres” hasil survey tergantung siapa yang mengadakan dan siapa yang membayar, meskipun, lembaga itu menggunakan label : Lembaga Independen. Kita sulit melihat siapa sebenarnya yang unggul.
Realitas survey-survey yang seakan menjadi “alat kampanye” satu partai atau capres tertentu, namun sesungguhnya “tindak manipulatif” itu menjadi sulit untuk dijadikan pijakan bagi kita semua, partai, caleg, capres dll yang ingin memperbaiki “performance” untuk dijadikan bahan-bahan berarti bagi aksi pasca survey tersebut. Tndakan pragmatisnya sementara pencermata adalah, jangan percaya survey survey yang ada.
Lebih tragis lagi, hasil survey-survey itu menunjukan bahwa masyarakat seakan tidak peduli dengan berbagai penyimpangan, penyalahgunaan, pelanggaran dan berbagi atribut-atribut negatif dari partai maupun Capres bersangkutan. Jika demikian adanya, maka apa yang kita harapkan bersama akan terjadinya perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik hanyalah wacana intelektual saja, realitas yang tercermin dari survey-survey itu adalah masyarakat tidak peduli dengan berbagai atribut maupun prasarat yang harus dijadikan landasan memilih.
Apakah realitas sesungguhnya demikian ? Masyarakat tidak peduli dengan “status bersih” dari partai atau Capres ? Masyarakat tidak peduli dengan berbagai penyimpangan, penyalahgunaan dan berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh Partai, Kader Partai, maupun Capres ? Benarkah masyarakat kita begitu persmisif atas semua itu sehingga benar-benar tidak mempedulikannya ? Jika jawabnya tidak, dimana rakyat sebenarnya juga punya komitmen untuk memilih yang bersih maka menajdi lebih tragis lagi (tragis akbar) jika lembaga-lembaga survey itu bermain main dengan apa yang telah dilaksanakannya.
Kami sebut Tragis Akbar, kiamat besar bagi bangsa ini sebab dengan bermain-main melalui survey yang dilakukan berarti telah mengubur dalam dalam “sikap ilmiah” yang mestinya dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga penelitian itu. Kejujuran sebagai karakter terdepan talah menjadi almarhum. Dengan sikap manipulatif, bagaimana kita dapat mengambil langkah perbaikan yang tepat ?
Tragis besar ini akan semakin terasa lebih besara ketika juga mengkaitkan bagaimana para rektor, maupuntokoh-tokoh kampus dengan mudah diseret dalam pusaran korupsi yang terkait dengan mantan Putri Indonesia. Anggelina Sondah dari partai demokrat beberapa lalu. Begitu ringkihkan sistem pendidikan kita sehingga menghasilkan outcome yang tidak dapat menegakka integritas intelektual ?
Sepanjang penulis hidup di tengah masyarakat yang majemuk, bekerja sebagai relawan sosial dan pendidikan, bergaul bersama dengan berbagai lapisan masyarakat dengan berbagai latar belakang , apa yang penulis lihat, dengar dan rasakan masyarakat kita tidak demikian adanya. Masyarakat kita tetap sebagai masyarakat yang berketuhananh yang Maha Esa, yang menjunjung tinggi keyakinana adanya surga neraka, yang dapat memahami klasifikasi tindakan dosa dan tindakan taqwa, oleh karenanya, penulis yakin, meski survey-survey mencerminkan hasil yang absurd, pada pemilihan susungguhnya yang akan dimulai pemilu legeslatif pada 9 April 2014, masyarakat Indonesia akan memilih yang bersih.
Caleg yang bersih dan kapabel akan dipilih oleh bangsa Ini karena Bangsa Indonesia memerlukan legislator-legislator yang demikian. Bersih disini terkait dengan bersih moral, ideologis dan legal. Caleg bersih moral terkait dengan track record moral jujur, amanat , pengabdian dll. Caleg bersih legal , berarti caleg terbebas dari berbagai pelanggaran hukum dalam segala bentuknya seperti korupsi, perampasan hak, HAM, tindak kekerasan, penculikan maupun pembunuhan. Sedang bersih ideologis, adalah komitmen terhadapamanah konstitusi yang terkait dengan seluruh aspek cita-cita bangsa. Serta steril dari berbagai paham dan ideologi yang bertentangan dengan konstitusi betapapun hebatnya dia di sektor itu (ekonomi, pendidikan, hukum, dll).
Kapabilitas seorang caleg terkait dengan kemampuan profesional akan tusas-tugas legislator nantinya, seorang caleg sudah memahami apa dan bagaimana melakukan apa yang akan menjadio tugas-tugasnya. Kejelasan Visi dan Misi beserta detail deskripsinya dari seorang caleg adalah indikasi seorang caleg tahu akan kemana dana akan melakukan perjuangan parlementer apa.
Berbagai paparan terkait dengan hal itu semua, selayaknya memang tergambar dalam sebuah “Profile Caleg” yang utuh yang dapat dengan mudah diakses oleh pemilih untuk mengambil keputusan dalam proses pemilihan itu. Berbagai kelompok anak bangsa telah mencoba membantu pemilih dengan menyediakan berbagai rekam jejak Caleg. Sayangnya caleg-caleg tertentu justru keberatan profilenya dipublikasdikan, mereka ingin tetap bersembunyi dalam karung dan masyarakat dipaksa untuk membeli kucing dalam karung.
Untuk penulis sendiri, sebagai caleg DPR RI dari Partai Bulan Bintang, Dapil DKI 1 Jakarta Timur, rekam jejaknya banyak berserakan di media massa, sosial media, youtube.com/doitsoteam, www.kompasiana.com/darwonogurukita, di Web KPU, dll.

Tidak ada komentar: