MISI

***************** A MAN WHO WANT TO CREATE AN EDEN IN THE WORLD *****************

Senin, 09 Desember 2013

DEKLARASI CALON PRESIDEN : GUS YIM DI SURABAYA

Penolakan Prof. Yusril Ihza Mahendra untuk mengikuti Konvensi Capres Partai Demokra dengan alasan utama ingin membesarkan PBB (Partai Bulan Bintang) pada akhirnya menjadi gayung bersambut, sebab kader-kader PPB akan segera mendeklarasikan YIM For President yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 8 Desember 2013.
Pendeklarasian YIM for President diselenggarakan di kota Surabaya, kota Pahlawan yang telah menjelma menjadi kota pendukung SBY, kota PD. Jika Bali diidentikan dengan Kandang Banteng, maka Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya telah menjelma menjadi “Show Room Mercy”, Gerai demokrat. Entah kebetulan atau tidak, penolakan dan pendeklarasian YIM terkait dengan partai yang sama, PD, Partai Demokrat, penulis menganggapnya sebagai moment Strategis mengingat beberapa alasan diantaranya :
1. Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya, Caleg-Caleg PBB banyak yang merupakan Caleg “Pindahan” yang berasal dari PKB Gus Dur dan Partai Partai berbasis Nahdliyin (PKNU) dll, yang tidak lolos proses Verifikasi. Pada umumnya mereka kembali ke PBB karena merasa PBB sebagai penerus pembawa Amanat “Masyumi” , partai yang didirikan oleh Hadratus Syaih KH. Hasyim Asy’ari bersama tokoh tokoh Islam lainnya. Oleh karenanya semangat dan keterpanggilan kembali mengibarkan panji-panji “Bulan Bintang’ untuk mengembalikan Indonesia kembali pada spirit berkah rahmah Allah yang Maha Kuasa dan berdasar kepada Ketuhanan yang maha Esa sesuai spirit UUD 45 yang telah diselewengkan penguasa selama ini, dari “arek Arek Suroboyo” akan dapat menjadi seruan “jihad Politik” Partai Bulan Bintang secara nasional.
2. Jawa, dengan jumlah pemilih kurang lebih 60 % dari total pemilih Nasional, dimana mayoritas kaum Nahdliyin, tentu sebuah potensi sangat besar bagi Partai Bulan Bintang untuk meraih suara yang cukup untuk mengusung Profesor Yusril Ihza Mahendra dalam pemilihan Capres 2014 pasca pemilihan anggota legislatif. Dukungan kaum Nahdliyin sangat diperlukan dalam proses ini.
3. Karakter kaum Nahdliyin yang memiliki budaya silaturrahmi sangat massif , rukun, guyup, gotong royong, maka dukungan kaum Nahdliyin Jawa Timur akan merambah dengan cepat kepada kaum Nahdliyin di wilayah lain terutama di Jawa tengah, DIY, Jawa Barat dan Banten. Dengan demikian sebenarnya Partai Bulan Bintang dan YIM telah memiliki modal sosial besar untuk memenangkan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, PBB sebagai Partai Berjaya Benar akan menjadi kenyataan.
Apalagi, kedekatan dan restu dari para Ulama Kharismatik yang telah bersama-sama berjuang bersama YIM dalam penegakkan Keadilan dan Kepastian Hukum di Madura dan Jawa Timur pada umumnya jelas merupakan nilai plus plus plus yang sangat prospektif. Proses kedekatan YIM dengan Ulama dan Pondok Pesantern di Jatim dengan melakukan “perjuangan” bersama dalam neghadapi kasus-kasus hukum, jelas sangat berbeda dengan proses yang dilakukan oleh Anis matta dari PKS yang justru banyak menuai warning di situs-situs Nahdliyin.
Ketika kami tengah mengikuti dengan seksama pembacaan Deklarasi Pencalonan Presiden Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra SH atau dalam spanduk-spanduk dan kaos peserta deklarasi tertulis Gus YIM For President, masuk SMS yang isinya singkat : Alhamdulillah, akhirnya Pak Darwono hadir juga di Surabya. SMS ini langsung kami jawab spontan : Alhamdulillah, biar dapat “Soul” agar saat kampanye kita makin punya greget.
Saya sambung dengan SMS berikutnya : perjalanan dengan kendaraan takyat (kelas ekonomi) selalu memberi inspirasi sendiri. Perjalanan Jakarta - Surabaya berbaur dengan grass root dan berdiskusi tentang berbagai bidang kehidupan berbangsa, sungguh membuka mata kita bahwa rakyat tidak buta. Rakyat makin cerdas dalam menyikapi segalanya , termasuk dalam menentukan pilihannnya. Terus bergerak, rakyat muak karena harga dirinya diinjak injak , dihargai hanya sekantong sembako untuk suara yang sangat menentukan masa depannya.
Apa yang saya tulis pada SMS ke dua sebenarnya adalah intisari versi kami dari hasil diskusi dengan grassroot dalam perjalanan Jakarta Surabaya. Dalam kepungan diskusi itu, kebetulan cukup variatif, ada pemerhati pembangun, anggota TNI, wira usahawan, Ibu Rumah tangga dan buruh pabrik. Nuansa diskusi jadi berwarna, tetapi semuanya bermuara pada satu kesimpulan “Masyarakat kian cerdas dan Kritis”. Kami juga menggaris bawahi, satu hal yang harus diingat adalah bahwa apa yang terjadi, itu bersifat sistemis, jadi jika akan memperbaiki maka perbaikilah sistem ketatanegaraan dan penyelenggaraan negara ini dulu. Siapapun pemimpinanya, jika sistemnya belum beres, maka meski Jokowipun sebagai pemimpin type Trouble Shooter, akan terjungkal.
Oleh karena itu menurut henat penulis, amanat dari Persatuan Kasultanan, Kasunana dan pemangku adat Se Indonesia yang telah memberi amanat untuk memperbaiki Nusantara ini dengan menetapkan sebagai Calon Presiden penulis nilai cukup tepat dalam kontek mengatasi masalah nusantara ini dari perbaikan systemnya. Hal ini juga meyakinkan kepada penulis akan Janji Gus YIM yang ingin memperbaiki sistem dalam satu periode pemerintahannya (hanya sekali periode YIM ingin jadi Presiden) sehingga siapapun kelak presiden RI pasca Profesor Yusril Ihza Mahendra SH akan dapat memperbaiki kondisi dengan sistem yang telah dibedah mapan. Sebagai profesor dalam hukum tata negara, dan pengelaman di bidang itu plus kapasitas kecerdasannya yang diakui nasional maupun Internasional, maka Deklarasi Gus YIM For President bagi kami adalah saat yang monumental bagi kita semua.
Entah mengapa, perjalan pagi ba’da sholat Subuh melanjutkan dari Rembang ke Surabaya , kami disuguhi film nasional yang dimainkan oleh Tora Sudiro, Timbul, Didik Nini Towok dll, yang pada akhir film itu ada pemilihan kepala desa, yang “dianggap” oleh Rini, putri kepala, sebagai sesuatu yang berat sebelah. Raden Mas Supono dengan segala kekuatannya, uang, pengaruh dll, melawan Syahroni (tora Sutiro) yang “duafa” dalan segala hal. Film ini seakan menjadi bingkai diskusi kami semalaman dan suntikan epirit dalam menghadapi persaingan politik pemilu 2014. Bagi kami PBB yang telah penulis tulis pada Kompasiana beberapa waktu lalu sebagai “Partai Laskar Pelangi”, dengan segala keterbatsannya, harus bersaing dengan partai-partai yang siap disuplay dananya oleh para “investor politik”. Antara kami, caleg-galeg dengan modal sosial, dengan mereka yang siap membeli suara rakyat dengan uang yang mereka tumpuk oleh para incumbent. JIka tiap orang caleg incumbent mengeluarkan 1 - 5 miliar rupiah untuk mengelabuhi masyarakat, sebenarnya toh mereka masih “ndilep” dana yang mestinya untuk masyaeakat pemilih 10.000.000.000 (puluhan miliar) karena konon dana aspirasi yang tidak pernah sampai ke masyarakat adalah 3,5 M pertahun alis tiap anggota DPR memiliki dana Rp. 17,5 M hasil tilepan dana hak rakyat itu.
Maka ketika tekad mencari “soul” deklarasi telah bulat, dan siap turun ke gelanggang meski seorang, rasa lelah, capai, ngantuk, tiba-tiba berubah menjadi gairah ketika keluar dari terminal Bungurasih, di sepanjang jalan Jl. Ayani menuju Gedung Expo Jatim, menyaksikan pawai akbar deklarasi Gus YIM for President 2,5 KM. Pawai itu diikuti, pasukan Merah putih, Drum Band Bulan Bintang, Hadrah, Ngremo, Reog, Barongsai dll, Subhanallah wal hamdulillah ! Jiwa ini bergetar, darah ini menggelegak ketika rombongan memasuki lokasi deklarasi disambut dengan “Thola’al badru alainaa, min tsniiyatil wada, wajabasysyukru ‘alainaa mada’aalillahidaaa”. Meski Gus YIM bukanlah Al Badru” yang dimaksud “nyanyian hati” tetapi spirit kebahagiaan menyambut harapan, menyambut Indonesia terang, telah menyatukan ideom tersebut !
Deklarasi pencalonan Profesor DR. Yusril Ihza Mahendra sebagai Calon Presiden Masyarakan Nusantara Berbineka, dan satu-satunya calon presiden dari PBB, dilakukan setelah orasi dari Ketua Presidium Badan Eksekutif Maha siswa, yang berjanji akan berkonsolidasi dengan seluruh komponen Mahasiswa Indonesia untuk mengamankan amanat Masyarakat Nusantara Berbineka. Sementara itu penandatanganan piagam deklarasi lakukan oleh 14 komponen penukung seperti Persatuan Ulama madura, Persatuan Ulama Pantura, Pesatuan Habaaib Nusantara, Pemuda Sumatrera Bersatu, Pemuda Jawa Bersatu, Pemuda Sulawesi Bersatu dll.
Sungguh perjalanan ini benar-benar, deklarasi Gus YIM for President, telah memberikan “A National Soul” dan spirit untuk yakin pada perjuangan kebenaran dan menegakkan keadilan dan kepastian hukum, dan membangun Indonesia tanpa Korupsi. Lagi-lagi. menjelang samapai Rawamangun, kami disuguhi lagi film RM Soepono VS Syahroni dalam memperebutkan kursi Kepala Desa. Ini lagi-lagi seakan menjadi pengingat agar terus berjuang. Kali ini nasehat Rini, putri Pak Lurah, Mahasiswi tingkat Akhir IPB yang pulang ke dusun di wilayah pegunungan Dieng kepada Syahroni : “Yang penting Ikhlas”, menjadi sangat bermakna untuk menghadapi pesaing-pesaing dengan segala intrik licik, bahkan syirik ! Allahu Akbar ! Darwono, pendidik, Penggerak Cerdas Politik Untuk Indonesia Lebih Baik, Caleg DPR RI Partai Bulan Bintang Dapil DKI 1 (Jakarta Timur).

Tidak ada komentar: